Mohon tunggu...
prana kusuma
prana kusuma Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Baskoro dan Skenario Perencanaan Kampus Tembalang yang Merakyat

20 September 2016   23:10 Diperbarui: 20 September 2016   23:21 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebuah gapura kecil menyempil diantara Kompleks Masjid Kampus Undip dan Politeknik Negri Semarang, bukan sekadar gapura yang menandakan sebuah jalan menuju suatu permukiman tetapi merupakan penanda kisruh sejarah yang menamai gapura tersebut bertuliskan Gang Baskoro. Sekitar 10.000 lebih mahasiswa penghuni tembalang bertambah setiap tahunnya tapi tak banyak yang tahu asal mula salah satu kompleks yang terkenal dengan komplek kost kostan terpadat di tembalang yang bernama Gang Baskoro tersebut terbangun. 

Asal mula gang baskoro yang dulunya bernama kampung Galang Sewu sendiri berdasarkan singkatan yang diberikan salah satu rektor Undip yang mendamaikan kekisruhan antara mahasiswa dan warga kampung pada wilayah tersebut yang berujung anarkisme, setelah rektor tersebut mendamaikannya kampung tersebut di juluki kampung Bebas- PerkaraatauBaskara, yang hingga kini lebih populer disebut sebagai Baskoro.

Cukup sulit mencari narasumber yang mumpuni untuk menjelaskan baskoro ini luasan yang terbagi menjadi tiga bagian rukun tetangga dan rata rata penghuninya adalah pekerja warung, fotocopian, laundry, penjaga kos dan mahasiswa berusia dibawah 35 tahun yang kurang sosialisasi terhadap sesama tetangga merupakan cerminan asli wilayah ini. Tiga ketua rukun tetangga yang mengepalai Baskoro inipun tidak ada yang tahu jumlah pastinya warga diwilayah baskoro ataupun jumlah rumah maupun indekost yang bernaung diwilayahnya semuanya hanya kepala wilayah normatif yang melengkapi kelengkapan administrative sebuah wilayah kecil dibawah kelurahan, adapun data yang dimilikinya adalah jumlah kepala keluarga yang aktiv dan jumlahnya hanya kurang lebih15% dari penghuni baskoro disetiap harinya.

Salah satu warga asli Baskoro yang masih bertahan di baskoro dan bisa ditemui adalah Jakimin, Ia adalah generasi kedua keluarganya yang hingga kini masih menetap diwilayah yang konon dijuluki mahasiswa sebagai wilayah yang tidak pernah tidur ini. Diusia jakimin yang sudah menanjak ke kepala enam sudah pasti Ia adalah saksi dari pembangunan kawasan Undip tembalang pertama hingga kini. Bisa dibilang keluarga penduduk asli tembalang inilah keluarga Jakimin, dan jumlah keluarganya yang masih bertahan di Baskoro maupun sekitar tembalang ini tinggal dua kepala keluarga saja.

Kisah jakimin adalah bagaimana kampus tembalang ini terbangun tidak ada yang menyangka bahwa wilayah tembalang merupakan sebuah wilayah berkontur naik turun. Pembangunan kawasan tembalang ini juga merupakan megaproyek gusuran yang dilakukan secara bertahap sejak tahun 1970an. Yang menarik adalah penggusuran yang dilakukan secara bertahap ini berusaha menggeser penduduk asli Galang Sewu untuk pindah ke daerah pinggiran seperti kramas, sigar bencah, gondang dll. 

Kampung Baskoro ini masih bertahan lantaran dana Undip untuk menggusurnya sudah habis dan sudah terlalu banyak tanah yang dibeli menurutnya. Pertimbangan lain adalah bagaimana konsultan perencana kampus undip tembalang berusaha membangun suatu wilayah kampus tanpa menjajah ataupun menggusur warga asli yang telah mendiami wilayah tersebut, cara yang dilakukannya yaitu dengan menyisakan secuil wilayah sebagai pengingat searah kawasan tersebut, namun nyatanya wilayah sejarah tersebut tidak mampu bertahan sebagaimana prioritas zoning yang di sepakati.

Hingga tidak terbayangkan perkembangannya sekarang kampung yang berusaha dipertahankan untuk tetap mempertahankan penduduk asli tembalang ini menjadi sebuah komplek kost kostan yang menjadi ladang emas bagi pendatang. Dan siapa yang menikmatinya ? bukanlah warga asli yang berusaha mempertahankan wilayah ini tetapi pendatang dari luar yang mempunyai modal untuk membangun ratusan kamar kost lengkap dengan basement jalan yang rata bangunan bertingkat tingginya.

Trend pemindahan kampus ke wilayah pinggiran ini memang merupakan buntut dari kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus atau NKK/BKK yang bergulir pada tahun 1979. Peran preseden gerakan mahasiswa pada tahun 1966 merupakan hal yang berusaha dihindari oleh pemerintah pada masa itu. Letak Peruruan Tinggi yang sangat dekat dengan pusat pemerintahan seperti istana, gedung DPR/DPRD, kantor Gubernur/ Bupati/walikota yang sangat rawan dikritisi oleh mahasasiswa merupakan pertimbangan utamanya. Kebijakan ini bergulir di seluruh Indonesia dan dimulai dari pemindahan kampus UI Salemba ke Depok, Unpad Dago ke Jatinangor hingga Undip Pleburan ke Tembalang. Disamping pemindahan ini berusaha menjauhakan mahasiswa dari pusat pemerintahan, hal ini juga untuk membuka pusat ekonomi baru di daerah pinggiran kota yang digerakan dengan kehadiran mahasiswa.

Lalu bagaimanakah dengan rencana kampus Undip tembalang ini kedepan?

Rupanya letak gang baskoro yang strategis di tengah undip akan tertupi dengan megahnya masjid kampus dan akanterbangunnya training center undip 2. Kalaupun akan digusur sudahlah sangat sulit dimana sudah berakar cakar beton bertulang yang kokoh berdiri di kampung baskoro ini. Investasi akan terus berdatangan, Rumah jakimin dan keluarganya akan semakin sering kedatangan tamu yang berusaha menawar kapling rumahnya. Kembali lagi pada niat para konsultan perencana undip tadi akankah terbayangkan oleh mereka wilayah di tengah Undip ini akan menjadi lahan komersil teramai se tembalang seperti ini?

Tembalang tentunya bergerak dinamis sesuai rencana pemerintah untuk menjadi basis ekonomi semarang bagian selatan, empat apartemen akan terbangun menghimpit sorak sorai undip di ujung jalan sudarto. Entahlah bagaimana gaya hidup mahasiswa saat ini yang berusaha untuk tetap kritis namun berlagak hedonis. Yang jelas bukan tanpa alasan para investor besar berani membenamkan ratusan miliar uang mereka di tanah tembalang ini.

Ataukah ada skenario antar investor ini dengan Undip yang memberlakukan SPI di tahun 2016 ini. Tentunya jumlah 25% mahasiswa pembayar SPI di undip atau kurang lebih 2500 mahasiswa  ini bukanlah mahasiswa yang berasal dari keluraga biasa. Investor yang jeli melihat peluang kedatangan mahasiswa dengan uang bulanan berlimpah ini sepertinya siap menampung mereka di jejeran type studio kalpling apartemen mereka. Yang dirasakan tembalang selama ini bukanlah hal yang baru yang melanda suatu komplek mahasiswa, jauh lama dari trend ini pembangunan apartemen di tembalang yang dimulai tahun 2013 ini kawasan Bulaksumur UGM sudah sejak tahun 2009 dan sukolilo ITS sudah sejak 2011 menstarnsformasikan menjadi suatu wilayah mahasiswa penggerak ekonomi kota masing masing.

Yang diharapkan sekarang adalah bagaimana pembangunan kampung baskoro kedepan tetaplah memperhatikan kesinambungan lingkungan bukan hanya los komplek kost kostan tanpa peresapan lahan hijau hanya memikirkan keleluasan lahan parkir dan memaksimalkan penggunaan lahan. Dan yang tak kalah penting hubungan antar satu kompleks kostan dengan kostan yang lain yang tidak saling meninggikan tembok memunggunginya satu sama lain lalu membuang air limbah dan buangan AC di selanya tapi juga memperhatikan penyerapan air kembali ke tanah karena sudah sejak tahun 2010 kebawah ini wilayah baskoro selalu kebanjiran saat hujan dan kering sumurnya saat kemau.

Yang tidak kalah penting dan terlupakan selama ini juga adalah bagaimana sebuah keluarga dapat tinggal di Baskoro, Masihkah baskoro nyaman ditinggali oleh sebuah keluarga ditengah hiruk pikuk kehidupan mahasiswa. Jarang kita temui di pagi hari di Baskoro ada anak sekolah berangkat sekolah dan ibunya belanja pada tukang sayur yang lewat di baskoro karena biasanya yang kita temui di pagi hari mahasiswa baru tidur setelah lelah begadang. Keberadaan sebuah keluarga pada lingkungan mahasiswa berdampak pada terjaganya hubungan ketertiban dan kepedulian lingkungan dimana semuanya terjaga tidak sebebas komplek mahasiswa selama ini. Lalu akankah sebuah komplek mahasiswa dapat merakyat? Menyatu bersama keluarga masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun