Mohon tunggu...
Pramuja Yudha Pratama
Pramuja Yudha Pratama Mohon Tunggu... Penulis - Cogito Ego Sum

Education Develops Abilities, but doesn't Create them | Didik Keras Diri Sendiri atau Keras Dunia Menampar Nasib Diri | Find me at Instagram @pramujayudhaa_

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Trump Bunuh Diri dan Ekonomi Global Terus Transisi

26 Desember 2019   21:10 Diperbarui: 27 Desember 2019   10:01 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping : Sumber (AFP/Nicolas Asfouri) via Kompas.com

Kemudian John Kelly kepala staff kepresidenan AS yang tidak sepakat dalam banyak kebijakannya, Jimm Matis menteri pertahanan AS yang berbeda pandangan dalam ambiguitas AS menghadapi China dan Rusia.

Ditengah semua keretakan internal kabinet trump, China justru menggandeng negara-negara Asia untuk menjalin kesepakatan perjanjian perdagangan terbesar di dunia yang disebut Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang dimaksudkan untuk menyumbang 30 persen dari PDB global dan mencakup setengah dari penduduk dunia. 

Dengan semua kontra perspektif itu trump justru mengklaim itu semua adalah produk "deep state" (pemerintah bayangan) yang ingin menjegal kekuasaannya. Padahal pengamat geopolitik George Friedman dalam artikel di Huntington Post mengatakan bahwa semua itu adalah upaya dari pemerintahan yang stabil dalam membatasi kesewenangan kekuasaan presidennya.

Ketidakjelasan integritas dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahan trump menyeret dunia pada mosi tidak percaya atas setiap kesepakatan dan perjanjian yang dibentuknya. 

Bahkan berujung pada tindakan "abuse of power" penyalahgunaan kekuasaan yang dipilihnya untuk memperkuat kedudukannya sebagai pemegang otoritas negara adidaya itu, kekhawatiran atas pemilu 2020 yang mengkerdilkan posisinya dengan isu perang dagang yang berdampak pada ekonomi global.

Ketegangan Amerika dengan Korea Utara yang tak kunjung mencapai kesepakatan, sampai dengan isu kuatnya treck record Joe Biden pesaingnya di pemilu 2020 yang berujung pada penekanan Trump terhadap presiden Ukraina Zelensky dengan imbalan bantuan dana sebesar US$ 400 juta atau Rp 5,6 triliun untuk membongkar skandal ekonomi yang dilakukan Hunter Biden yang merupakan putra Joe Biden. Fakta bahwa sekitar 45% rakyat AS ingin Trump lengser, CNBC News (01/10/19) kembali mengkerdilkan posisinya. 

Inikah yang dinamakan kebijakan yang mengeksploitasi kepercayaan dan berujung pada gelombang kehancuran? Dan benarkah Inkonsisten yang memutar balik legitimasi kejayaan menjadi legitimasi kesengsaraan?

Impeachment atau pemakzulan yang ditetapkan oleh House of Representative (HOR) atau DPR AS atas tuntutan abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan) dan Obstruction of congress (menghalangi kongres dalam proses penyidikan) menjadi akibat atas semua kebijakan yang inkonsisten berubah sejauh otak presiden dapat menempuh itu, dengan sistem politik dua kamar (bikameral) AS.

Pemakzulan Trump saat ini bergantung pada keadilan kaca mata senat, walau narasi tidak percaya sudah sejak awal muncul dipermukaan karena posisi Partai Republik yang mendominasi senat AS akan menjadi Ratu adil bagi Trump yang lahir dari rahimnya, muncul dengan keadilan yang didefinisikannya, tentu hanya berpihak pada kepentingannya.

Rakyat Memang Bukan Sarjana Konstitusional Tapi Rakyat Paham Mana yang Rasional!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun