Mohon tunggu...
Pramudya Dhiwangkara
Pramudya Dhiwangkara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai, saya adalah penulis baru disini yang mencoba mengeksplorisasi bagaimana dunia terbentuk melalui jendela-Nya

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Yuk! Bangun Kebiasaanmu Melalui 4 Prinsip Ini!

30 Desember 2022   12:58 Diperbarui: 30 Desember 2022   13:14 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Seringkali kita melakukan kebiasaan yang tidak pernah kita sadari entah itu scrolling sosial media, begadang tiap hari, atau bahkan sering mager (malas gerak) untuk melakukan sesuatu.  Namun, disaat yang bersamaan kalian sadar & pengen banget untuk mengubah hidup melalui rutinitas/kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapiii sekalinya dicoba itu terasa berattt banget untuk dilakuin yang akhirnya menyerah meski baru memulai perjalanan. Dan akhirnya kembali lagi ke rutinitas yang dahulu diiringi kekecewaan serta menyalahkan diri sendiri. 

Nah, maka dari itu saya akan jelaskan bagaimana caranya membangun kebiasaan melalui bukunya James Clear yaitu Atomic Habits : Cara Mudah & Terbukti untuk Membentuk Kebiasaan Baik dan Menghilangkan Kebiasaan Buruk. Dimana buku ini akan mengeksplanasi dari segi apa kebiasaan itu terbentuk dan dari apa pula kebiasaan itu bisa luntur. Dan semoga dengan artikel ini juga membantu kalian untuk tetap berani dalam berprogres :)!.

4 Prinsip Atomic Habits

  1. Menjadikannya Terlihat (Make It Obvious)

Pernah ga sih, kalau kalian ketika bangun tidur langsung mengambil hp ditempat terdekat dari kita bangun? Lalu kita sadar kalau kita  udah  1--2 jam buat main hp doang! Pernah ga? Atau bahkan setiap hari? Nah, permasalahan seperti ini itu rupanya bisa banget loh dijelaskan melalui prinsip pertama dari Atomic Habits yakni Menjadikannya Terlihat. Lalu bagaimana poinnya?

Menurut James Clear, hal-hal seperti ini ternyata bisa terjadi karena faktor konteks lingkungan (keadaan atau situasi pada lingkungan sekitar) yang menonjol sehingga membuat perhatian kita teralih pada hal yang menarik. Kita secara mental memasangkan kebiasaan-kebiasaan kita dengan lokasi-lokasi tempat kebiasaan itu berlangsung, entah itu di rumah, di kantor, ataupun di tempat kebugaran. Dari tempat-tempat tersebut, tentu dari apa yang membuat kita tertarik itulah yang membuat kebiasaan itu terbentuk. 

Perilaku kita bukan ditentukan dari benda-benda di lingkungan, melainkan oleh relasi kita dengan semua itu. Cobalah berpikir dalam konteks bagaimana kamu berinteraksi dengan ruang-ruang sekitarmu. Mungkin sebagian orang, duduk di sofa itu cocok untuk kegiatan membaca. Beberapa orang pula mungkin berpikir kalau duduk di sofa lebih cocok untuk menonton netflix sambil chilling. Kalau menurut kamu gimana?

Nah, dengan memiliki kekuatan konteks lingkungan, kamu dapat melihat strategi yang penting dalam membangun kebiasaan yang lebih mudah tuk diubah di lingkungan yang baru. Konteks memudahkan kamu lepas dari pemicu-pemicu dan petunjuk yang tidak jelas yang mendorongmu menjalani kebiasaan ini. Ingin terlepas dari penggunaan hp setelah bangun?? Cobalah untuk menaruh hp di luar jangkauan yang biasa kamu taruh, entah itu taruh di meja makan ataupun ruang tamu. Dengan begitu ketika kamu bangun, kamu tidak perlu lagi menggunakan hp untuk mengawali aktivitasmu. Atau bisa pula taruh bukumu di tempat yang sering kamu lihat dengan jelas (di meja misalnya) supaya kamu bisa tertarik dalam membaca buku.

2.  Menjadikannya Menarik (Make It Interesting)

Pada prinsip ini, kebiasaan tidak hanya sebatas apa yang terlihat dengan jelas, melainkan apa yang menjadikannya itu menarik. Hah? Kok begitu? Nah, sebenarnya otak kita itu memiliki banyak banget rangkaian saraf-saraf yang sudah disediakan untuk menginginkan ganjaran daripada menyukai sesuatu. Saraf-saraf itu seperti pangkal otak, nucleus accumben, ventral tegmental area, dan masih banyak lagi. Seperti contoh pada peneliti menemukan nucleus accumben itu aktif 100% saat kita sedang ingin, sedangkan saat kita sedang suka hanya teraktifkan sekitar 10%.

Dengan kenyataan seperti ini, otak mengalokasikan lebih banyak ruang yang berperan dalam gairah & hasrat (desire). Karena gairah adalah perangsang otak dalam memulai sesuatu. Gairah pula yang memberikan tanggapan sebelum semua aksi itu dilakukan. 

Lalu bagaimana untuk menjadikan kebiasaan itu menarik? Kamu bisa memulai dengan mengawinkan kebiasaan baru dengan kebiasaan yang menurut kamu itu menarik. Sebagai contoh, kamu ingin membangun kebiasaanmu untuk berolahraga di gym favoritmu. Kemudian carilah aktivitas yang setidaknya bisa dilakukan keduanya disaat yang bersamaan, seperti mendengarkan musik favorit kamu atau melihat movie series di Netflix sambil mengayuh sepeda statis. Dan masih banyak lagi aktivitas yang bisa digabungkan untuk menjadikannya menarik kok!.

3. Menjadikannya Mudah (Make it Easy)

Kebanyakan dari kita kalau ingin konsisten biasanya ngelakuin secepat dan sesempurna mungkin. Hari demi hari setidaknya harus dilakukan di hari itu juga meski terasa sulit banget dijalanin. Capek? iya, Lengah? iya. Hmm, padahal membentuk kebiasaan itu tidak dipacu oleh waktu yang singkat serta track yang sempurna loh temen-temen. 

Jika ditinjau dari Prinsip Ketiga yaitu Menjadikannya Mudah, konsistensi terhadap kebiasaan itu bukanlah dari penyempurnaan, tapi dari seberapa kecil kita bisa memulainya. Kita secara alami akan condong ke opsi pada suatu kebiasaan yang membutuhkan energi tidak terlalu banyak. Oleh karena itu, kebiasaan manusia itu terbentuk dari sesuatu yang mudah. 

Sebagai contoh kamu ingin melakukan aktivitas jogging di pagi hari setiap 2 jam seharinya. Coba bayangin, apakah terasa mudah jika dijalanin? apakah bisa konsisten untuk setiap harinya?  Menurut saya sih tidak. Karena dari pikiran saja sudah menciptakan aktivitas jogging yang sulit untuk dilakuin. Nah, sekarang coba ganti waktunya hanya sekitar 10 menit untuk jogging. Gimana? Halah cuma 10 menit aja kok, ga lama-lama kan?, tentu saja pastinya. Maka dari itu, opsi untuk jogging yang ga memakan waktu yang lama akan menciptakan kebiasaan itu mudah dijalanin. Dapet poinnya? Bagus!. You're good to go!.

4. Menjadikannya Memuaskan (Make It Satisfying)

Di Prinsip keempat ini merupakan prinsip terakhir yang akan menciptakan siklus-siklus pengulangan dalam kebiasaan. Yap, kamu ga salah lihat bahwa prinsip ini harus Menjadikannya Memuaskan. Dimana ketika kamu membuat kebiasaan bertahan adalah merasa sukses meski rasa kesuksesan itu dirasa kecil. Dengan perasaan ini, sudah menjadi tanda bahwa kebiasaanmu akan terbayar semestinya.

Seperti yang ditulis oleh Beliau, "What is immediately rewarded is repeated. What is immediately punished is avoided". Artinya : "Apa yang mendapat penghargaan/ganjaran cenderung diulang. Apa yang mendapat hukuman cenderung dihindari". Maka dari itu, alangkah baiknya jika kita ingin membangun suatu kebiasaan baru itu perlu yang dinamakan ganjaran.

Seperti misalnya kamu pengen ke gym tapi males banget karena memakan waktu 45 menitan lalu balik ke rumah. Dari kebiasaan itu mungkin terasa membosankan (boring) sehingga tidak merasa layak jika diperjuangkan. Tapi, ketika ditambah reward sehabis gym akan terasa menyenangkan rasanya. Simpelnya kayak gini : "oh, sehabis gym daripada aku langsung balik ke rumah mendingan aku mampir dulu ke cafe sambil nikmatin segelas kopi favorit dan ditambah main game 2 match sama temen-temen mabar kayaknya enak deh". Dengan begini, kebiasaan itu akan terus-menerus diulang karena adanya ganjaran di aturan tertinggi dalam membangun kebiasaan.

Nah, gimana temen-temen? Sudah dapat gambarannya belum? Kalau sudah, baguslah!. Setidaknya sehabis baca ini, kalian bisa terapkan sedikit demi sedikit untuk membangun habit yang baru. Atau kalau mau lebih lanjut bisa dibaca bukunya karya James Clear ya!. Semoga tersampaikan! Terima Kasih! -Pram

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun