Mohon tunggu...
Pramoedyarara
Pramoedyarara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sejarah

Painting

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Semangat & Menumbuhkan Solidaritas Konferensi Asia-Afrika bagi Pelajar Masa Kini?

11 Juni 2022   00:09 Diperbarui: 11 Juni 2022   00:23 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentunya Masyarakat saat ini mengetahui hari paling bersejarah bagi bangsa Indonesia khususnya bagi warga Bandung, yaitu tepatnya hari Senin pada Tanggal 18 hingga 24 April 2022 merupakan peristiwa dalam sejarah khususnya bagi bangsa Indonesia yaitu pelaksanaan Sidang Konferensi Asia-Afrika tepatnya di kota Bandung yaitu Gedung Merdeka Bandung. 

Dimana Konferensi ini negara Asia dan Afrika bertemu di Bandung pada 67 tahun yang lalu. Sehingga dalam hal ini mempunyai tekad yang begitu besar untuk menciptakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat khusus bagi generasi muda. Konferensi Asia-Afrika dapat menghidupkan sebuah gagasan semangat khusus bagi masyarakat Bandung karena terdapat KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) 

yang dapat menimbulkan antusias juang terhadap sejumlah negara yaitu Afrika untuk menggores diri dari pengaruh kolonialisme dan menciptakan inspirasi bagi lahirnya sebuah GNB (Gerakan Non-Blok). Apakah masa sekarang khususnya bagi pelajar masa kini dapat menumbuhkan semangat baru dalam solidaritas terkait sejarah dari Konferensi Asia-Afrika?

Dengan cara-cara yang dapat menumbuhkan semangat mengembangkan solidaritas sekarang memanglah penting maka dari itu seperti memberikan semangat dalam memberikan landasan bagi Kerjasama antar satu dengan yang lain. Misalnya dalam sistem politik yang kuat. 65 tahun lebih yang lalu, bangsa maupun negara yang beragam tergabung oleh semangat terkait anti-kolonialisme. 

Mengapa masa kini yang dapat bisa menggeserkan? Apakah memiliki keseragaman antara ideologi? tentu saja tidak sama. 

Bergeloran untuk membangun terhadap antikolonialisme ini dapat membangun semangat bagi para pelajar masa kini, dengan cara perjuangan untuk solidaritas satu sama lain sehingga semangat Bandung inilah megenai kebebasan dan kesejahteraan untuk menumbuhkan sikap yang mencintai peristiwa-peristiwa masa lalu yaitu sejarah.

Terdapat peristiwa di mana sebuah rumah di jalan Setiabudi ini tepatnya Bandung, yang tersimpan sebuah kisah. Dimana Syahdan ini, tepatnya pada tahun 1955, di wilayah Bandung Tengah terdapat gerabak-gerebuk yang menyiapkan Konferensi Asia-Afrika atau yang sering disebut dengan KAA. 

Namun saat meliput dalam penyelenggaraan Konferensi Gerakan Non-Blok ini di Mesir tepatnya tahun 1964, dimana Joesoef ini ternyata tidak menemukan hal yang sama. Dan menurut beliau tidak tahu apa nama panitia itu di mesir, sehingga dengan adanya komite khusus ini dapat memberikan penawaran untuk mendapat pendamping dalam delegasi tersebut, dikutip dalam buku Konferensi Asia-Afrika, 2019.

Gambar. Penyambutan Konferensi Asia-Afrika (1955)

Bagi pelajar masa kini seharusnya mengetahui terkait peristiwa-peristiwa sejarah, apalagi pada bulan April ini. Tentunya bagi masyarakat Bandung mengetahui terkait peristiwa sejarah Konferensi Asia-Afrika dimana konferensi ini dilaksanakan di kota Bandung. Tujuan dari penyelenggaraan ini untuk membangun semangat kerja sama, solidaritas yang tinggi untuk 

mewujudkan dunia adil, bebas dan damai dari penjajah. Selama peristiwa Konferensi Asia-Afrika ini, dimana disebutkan dalam sumber:historia bahwa pelajar masa lalu ini dilibatkan. Sehingga mereka dikumpulkan di lapangan Tegalega yaitu pada tanggal 18 April tahun 1955. Dalam sumber tersebut dijelaskan Pelajar Indonesia berbaris rapi, untuk menunggu para tamu 

penting dari 29 negara dari peserta Konferensi Asia-Afrika (KAA). Pada saat matahari mulai tinggi, dan cuaca mulai terik, para tamu tersebut bermunculan di lapangan. Dalam sumber tersebut disebutkan para tokoh konferensi Asia-Afrika dari negara Asia-Afrika ini seperti Gamal Abdul Nassed, dan Jawaharlal Nehru. Dalam perwakilannya Perdana Menteri Indonesia, dalam Sidang Konferensi Asia-Afrika diwakili oleh Ali Sastroamidjojo.

Dalam situasi ketika, Panitia KAA atau Konferensi Asia Afrika yang berkumpul di Hotel Savoy Homann, tepatnya di kota Bandung, dimana anggota delegasi dari salah satu negara Afrika tersebut hilang. Sehingga dicari-cari di tempat yang lain namun tak ditemukan juga. Baru setelah saat para pengawas keamanan ikut mencari seorang tersebut yang menghilang, tetapi pada saat itu seorang tukang becak mengaku membawa ke sebuah rumah di jalan bernama Nyengseret, dan para paniti pun lega.

Bangsa Indonesia dan negara Afrika Selatan melaksanakan Konferensi Asia-Afrika pada tahun 2005 di Jakarta dan Kota Bandung. Sekadar sebuah hari peringatan ulang tahun dan pembaruan mendasar terhadap “Semangat Bandung tahun 1955. Dalam Majalah terdapat informasi mengenai tokoh yang bernama Chou En Lai merupakan tokoh primadona dari

 delegasi Konferensi Asia-Afrika Bandung. Kehadirannya ini merupakan tokoh istimewa dan pertama kalinya yaitu pemipin RRC menghadiri dalam sebuah delegasi Konferensi Asia-Afrika sejak negeri berkuasa dan berdirinya tahun 1949.

KAA atau Konferensi Asia-Afrika dilaksanakan di kota Bandung ini pada tahun 18-24 April jelas adalah peristiwa sejarah dengan nilai,dan makna maupun arti dalam strategis yang tidak terbantahkan. Akibat keruntuhan kolonialisme tak dapat dilepaskan dari sebuah aspirasi untuk menolak penjajah dan imperialisme. Pada dunia yang berbeda 

dengan masa kini ini wajar, apabila terdapat sebuah pertanya mengapa Indonesia masih dan perlu mengingat kembali peristiwa gelora Bandung melalui sebuah perhelatan peringatan enam puluh tujuh tahun Konferensi Asia Afrika.

Berbagai negara yang berhasil dalam memperoleh kemerdekaan setelah Perang Dunia II, tidak sedikitnya masih berjuang seperti di negara Benua Afrika. Di Negara Indonesia masih berjuang sendirinya untuk melawan penjajahan masih dipermasalahkan sengketa soal Irian Barat meskipun sudah merdeka. Bahkan Perserikatan Bangsa-Bangasa

 yang menjadi badan internasional pun tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam halnya PBB jelas lebih awal mewadahi sebuah kepentingan para pendirinya dari badan yang sudah dibentuk oleh berbagai negara yang menangani sebuah perang. Negara-negara tersebut menyebabkan terpecahnya dua blok terkait kepentingan masing-masing.

 Hal ini menyebabkan berbagai negara kecil yang masih terjajah dan baru merdeka baru saja mendapatkan sebuah dukungan dari satu blok. Sehingga membuat mereka berpotensi dan ikut dalam melaksanakan arus kepentingan dari kedua blok tersebut.

Dalam menyatukan permasalahan tersebut yang menjadi hal utama atau penting untuk menggabungkan satu suara terkait negara yang baru merdeka melakukan cara dengan menyatukan sebuah persatuan yang lebih kuat. Pada tanggal 28 April-2 Mei 1945 yang dikenal dengan Konferensi Kolombo, karena dilaksanakan di Kolombo, Sri Lanka.

Terdapat lima negara yang mengikuti delegasi Konferensi Kolombo, seperti Negara Sri Lanka, Indonesia, India, Pakistan. Dan Myanmar. Dalam Dokumen Pesan Bandung tersebut berisi mengenai Visioner yang mengedepankan kerjasama baru dan konkret. Dalam pesan tersebut banyak yang dibicarakan mengenai problematika yang secara meluas terkait hal-hal yang dapat dilakukan oleh negara- Asia-Afrika.

Selain itu juga, para pelajar Indonesia melihat para tamu dari anggota Konferensi Asia-Afrika ini mulai bersenam dan sangat antusias. Namun dari beberapa pelajar yang lain menempuh cara yang berbeda dalam menyambut para tamu tersebut. Terdapat juga sambutan pelajar dari luar bandung terhadap peristiwa Konferensi Asia Afrika ini.

 Sehingga dalam pandangannya untuk pelajar masa kini harus bangga menjadi masyarakat Indonesia. terdapat sumber yang berjudul dengan nama penulis Siti, berjudul Surat Aku dan Konferensi Asia-Afrika ini menyebutkan bahwa

 “Alangkah bangganya bangsaku ini telah menjadi dan dapat mengadakan pertemuan dengan kawan-kawan se-Asia, dimana mereka akan merundingkan nasib yang sama. Bangsa Asia kini telah insyaf, mereka tak mau lagi dijajah, 

tak mau lagi diperbudak serta dikeruk kekayaannya. Dan pada bagian dari akhir surat tersebut berharap bahwa siti, kelak dia bakal hidup dalam damai bersama teman-teman dari negara tetangga. 

“Dan sudah tentu aku pun akan membangun negaraku bersama anak-anakku tetangga negaraku. Kami menjadi manusia yang cinta tanah air dan perdamaian”. Sehingga dalam sumber tersebut dapat kita peroleh bekal hidup untuk masa depan kemudian hari, dan mampu membangun semangat solidaritas dan perdamaian khususnya bagi masyarakat dan pelajar masa kini.

Sumber yang digunakan oleh Penulis:

  • Buku Sejarah Konferensi Asia-Afrika
  • Buku Sejarah 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika
  • Berita Historia Id.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun