Mohon tunggu...
Pramudi Arsiwi
Pramudi Arsiwi Mohon Tunggu... -

an industrial engineering student who interested in writing ..\r\ninspired by my father ..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

OSPEK, Pembinaan atau Sekedar Ajang Balas Dendam ?

22 April 2011   12:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:31 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


OSPEK, kegiatan ini memang identik dengan kekerasan, tekanan mental dan fisik, tugas yang berat, dll. Polemik mengenai perlu atau tidaknya kegiatan ini dipertahankan atau dihapuskan, sepertinya bukan hal yang baru. Dari tahun ke tahun, persoalan ini dimunculkan ke permukaan, lalu menghilang begitu saja.

Bulan ini, tahun ajaran baru untuk bangku kuliah dimulai. Inilah saat dimana para mahasiswa baru di banyak perguruan tinggi mulai merinding hebat. Terlintas di pikiran mereka, bahwa Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) sudah di depan mata. Itu artinya, aksi "perploncoan" atau "kekerasan" sudah siap menghampiri mereka.

Ospek sepertinya sudah menjadi momok, khususnya bagi para mahasiswa baru. Mereka seakan dihantui oleh bayang-bayang "kekerasan" dan unsur senioritas yang tinggi. Namun benarkah ospek sarat akan "kekerasan"? Benarkah ospek hanya dijadikan sebagai ajang balas dendam belaka? Atau memang ada hal yang benar - benar mendidik dalam pelaksanaan ospek?

Tak dapat dipungkiri, bahwa unsur senioritas yang tinggi selalu dijumpai pada setiap kegiatan ospek. Para mahasiswa (khususnya senior) yang selalu merepresentasikan diri sebagai sosok idealis, pembebas atau pembela kaum tertindas, tiba-tiba berbalik seratus delapan puluh derajat pada saat pelaksanaan Ospek bagi adik-adik angkatannya.

Sesuai dengan namanya, apakah tujuan sebenarnya dari Ospek itu sendiri adalah untuk membantu mahasiswa baru mengenal program studi dan kampusnya? Ya, hal itu memang benar. Tapi pada kenyataannya tetap tak lepas dari adanya unsur "perploncoan", yang diharapkan bisa memberikan kesan tersendiri bagi adik - adik angkatan mereka. Namun, menurut kebanyakan orang, tradisi turun temurun itu dilakukan semata-mata demi memuaskan rasa dendam mereka, karena dulu para senior (panitia ospek) juga pernah diospek.

Dua sisi

Mari kita analisis dua sisi berbeda dari ospek itu sendiri. Jangan hanya melihat sisi negatifnya saja. Dan jangan hanya mencela tanpa berusaha memahami, karena di balik aktivitas yang unik ini pasti ada motif baik yang bisa kita temukan. Tidak mungkin perploncoan bisa menjadi budaya, bila bukan karena kemanfaatan positif yang bisa dihasilkan darinya.

Rutinitas seperti ini (ospek) akan sangat penting peranannya untuk mahasiswa baru yang berada pada masa transisi dari siswa yang biasa pasif menjadi mahasiswa yang harus aktif. Kondisi saat SMA dan perkuliahan sangat berbeda. Watak, karakter maupun kebiasaan manusia pastilah berbeda-beda, sedangkan mahasiswa memiliki peranan sebagai Agent of Change, Moral Force dan Social Control. Artinya, kegiatan pengenalan kampus diharapkan menjadi sebuah wadah awal agar mahasiswa baru dapat menuju ke suatu perubahan yang arahnya lebih baik. Jadi jangan hanya memaknai ospek dari segi istilah, tetapi lebih ke arah makna tersirat.

Berdasarkan pengalaman penulis saat menjadi peserta ospek, terbukti bahwa kegiatan ini memiliki banyak hal yang sifatnya mendidik. Hal tersebut berbentuk terciptanya kebersamaan antara sesama mahasiswa baru, antara junior dan senior, terbukanya wawasan akan pentingnya ilmu pengetahuan, terciptanya kerangka berpikir dan masih banyak lagi yang bermanfaat mendukung disiplin ilmu dan untuk pengembangan.

Kejadian tragis yang memakan korban, bahkan hilangnya nyawa bila terjadi, sebenarnya diakibatkan oleh penerapan konsep yang tidak sesuai dengan substansi ospek. Kejadian - kejadian kasuistik tersebut jangan sampai menyerang dan mengembuskan secara berulang akan sisi negatif ospek. Kembali lagi, kita harus selalu menganalisis sisi positif dan sisi negatif sebelum memvonis sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun