Mohon tunggu...
Achmad Pramudito
Achmad Pramudito Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Pemerhati seni budaya, dunia pendidikan, dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jumping @Rusun Urip Sumoharjo: Musibah yang Tetap Patut Disyukuri [2]

24 Juli 2023   01:02 Diperbarui: 24 Juli 2023   01:03 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitu sampai di UGD RS Adi Husada, seorang perawat mencoba melihat kondisiku. Dan sesaat kemudian, dia sudah memastikan kondisi yang aku alami. Dengan bantuannya, aku dipapah keluar taksi dan dinaikkan tempat tidur dorong. Ketika bergerak menuju ruang periksa di UGD, aku baru sadar sopir taksi masih belum bergeser.

“Kasih ongkos seadanya, Pak,” usul pak Syukur.

Aku mengambil dompet dengan susah payah di saku belakang celana. Untunglah, masih ada beberapa lembar ribuan dan selembar dua puluh ribu. Aku ambil recehan 20.000 dan aku sodorkan ke sopir taksi yang disambut dengan ucapan terima kasih lalu balik ke mobilnya.

Di ruang UGD, seorang perawat kembali memeriksa tubuhku. Tak berapa lama, dokter jaga meminta aku untuk dirontgen. Permintaan yang ternyata tak bisa segera terpenuhi. Alasannya, untuk bisa rontgen aku terlebih dulu harus membayar beaya administrasi sebesar Rp 80.000!

“Bea registrasi UGD bisa nanti, tapi untuk rontgen harus lunas dulu!” tegas petugas UGD.

Aku mulai bingung. Karena di dompetku tinggal recehan ribuan yang jumlahnya aku yakin tak sampai 10 lembar. Dan aku tentu tidak mungkin melibatkan pak Syukur untuk urusan beaya rontgen. Dia sudah cukup direpotkan dengan mendampingi aku sampai di UGD dan tidak meninggalkanku begitu saja. Aku kembali menghubungi pesawat handphone adikku, dan ternyata dia masih dalam perjalanan dari kantornya.

Aku lagi-lagi pasrah. Beberapa saat tergolek di ruangan serba putih itu tanpa disentuh apa-apa lagi. [Bahkan luka lecet di kaki kiri dan telinga kiri baru dibersihkan setelah adikku datang dan meminta luka itu ditangani.]

Urusan penanganan korban kecelakaan ternyata bisa jadi rumit jika tidak mempunyai uang! Kini aku benar-benar merasakan arti kelakar teman-temanku : jangan sakit kalau nggak punya duit!

Kalau yang macam aku saja diragukan untuk bisa memenuhi pembayaran bea pengobatan, bagaimana orang yang benar-benar tidak mampu ya? [to be continued]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun