Mohon tunggu...
Pramudita Satria Palar
Pramudita Satria Palar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa doktoral di bidang Aeronautika dan Astronautika, Universitas Tokyo. Mencintai buku, matematika, teknologi, musik, dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelajar Indonesia di Luar Negeri, Jembatan antara Indonesia dan Dunia

2 Maret 2014   15:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:19 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di era globalisasi seperti sekarang ini, pendidikan telah mencapai era baru dimana  transfer ilmu dan pengetahuan telah menembus batas-batas negara dan juga jarak dengan dinamika yang sangat berbeda dengan zaman pra-globalisasi. Salah satu bentuk dari transfer pengetahuan lintas negara ini adalah dalam bentuk pelajar Internasional, dalam artian para pelajar (umumnya mahasiswa) yang menuntut ilmu pengetahuan dan mengejar gelar akademis di negara luar yang bukan negara asalnya. Hal ini sendiri relatif tidak baru karena sudah banyak kaum terpelajar Indonesia yang menuntut ilmu di luar negeri di masa pra-kemerdekaan Indonesia sebelumnya. China dan Jepang sendiri saat di awal abad 20 sudah banyak mengirimkan pelajar ke negara-negara Eropa dan Amerika Serikat untuk menuntut ilmu yang nantinya akan berguna untuk kemajuan negara mereka. Dari sejarah dapat kita lihat bahwa kemajuan negara Jepang yang kita saksikan saat ini juga merupakan buah dari transfer ilmu dari negara barat ke Jepang, bahkan sekarang transfer pengetahuan tersebut sudah berubah menjadi transfer dua arah.  Perlu dicatat bahwa transfer ilmu tersebut bukan hanya oleh pelajar yang dikirimkan ke barat tetapi juga melalui kerjasama industri dan berbagai hal lainnya.

Seiring dengan perkembangan teknologi, dinamika dan cara pikir mahasiswa internasional pun juga telah berubah jika dibandingkan dengan saat awal abad 20. Teknologi internet telah mempermudah saya untuk mengakses jurnal ilmiah dan berkomunikasi dengan ilmuwan lain di luar Indonesia. Teknologi transportasi terbaru telah mempermudah adanya konferensi ilmiah internasional ataupun memudahkan mahasiswa untuk berpindah-pindah negara dan mencari pengalaman baru. Tujuan mahasiswa untuk belajar di luar negeri pun juga makin beragam, mendapatkan pengalaman dan wawasan internasional hanyalah satu dari sekian tujuan tersebut, ada juga yang untuk jalan-jalan  atau mendapatkan gelar luar negeri untuk gengsi dan sebagai amunisi tambahan ke calon mertua. Tetapi satu hal yang mungkin tidak akan pernah berubah adalah, secara umum, para kaum terpelajar tersebut akan tetap memberikan kontribusinya untuk dunia, ikut menjadi motor pergerakan dunia,  dan memajukan peradaban umat manusia. Saya beri contoh di bidang saya sendiri :  kemajuan teknologi peroketan Amerika dan Cina dimotori oleh seorang ilmuwan Cina, Qian Xuesen, yang mempelajari ilmu pasti di Amerika dan kemudian turut membangun teknologi luar angkasa di Amerika sebelum kembali ke Cina untuk melakukan hal yang sama di negaranya. Efek dari kemajuan teknologi luar angkasa ini dapat anda rasakan sekarang saat memakai sistem navigasi Global Positioning System (GPS), memantau data penyebaran abu vulkanik erupsi gunung berapi, mitigasi bencana, ataupun kegunaan lainnya.  Hanya saja masalah tidak akan pernah selesai, saat saya sebutkan kemajuan peradaban umat manusia, sebenarnya saat ini hanya segelintir kecil umat manusia yang dapat menikmati kemajuan tersebut; pekerjaan  masih banyak. Akan  selalu ada ruang untuk memberikan kontribusi kepada dunia dan kaum terpelajar berada di garis terdepan untuk itu. Dengan jumlah pelajar Indonesia di luar negeri yang semakin meningkat, sudah sewajarnya Indonesia juga dapat terus memberikan kontribusi ke dunia melalui medium yang berupa kaum-kaum terpelajar.  Saya akan sering menggunakan kata mahasiswa karena mayoritas pelajar Indonesia di luar negeri adalah pelajar tingkat sarjana atau lebih tinggi.

Mahasiswa Indonesia di luar negeri sering sekali menjadi harapan masyarakat di Indonesia untuk kembali membangun negara jika mereka sudah menyelesaikan masa studinya nanti. Dengan berbekal ilmu, pengalaman, dan wawasan yang mereka dapat di luar negeri, keberadaan mereka juga sangat diperlukan untuk mempercepat pembangunan Indonesia. Hal tersebut benar, karena tidak semua bekal penting yang diperlukan untuk membangun negeri bisa kita dapatkan di dalam negeri. Sampai saat ini mayoritas sudut pandang melihat dari apa yang dapat diberikan pelajar tersebut untuk Indonesia saja. Akan tetapi ada satu sudut pandang yang sampai saat ini sering terlewatkan: yaitu apa yang dapat diberikan mahasiswa Indonesia untuk dunia? Sebelum saya mencoba membahas lebih lanjut tentang sudut pandang ini, saya ingin memberikan contoh dari China dan India. Berdasarkan data dari The Institute of International Education tahun 2011-2012, mahasiswa India dan China menyumbang porsi besar dari total populasi mahasiswa internasional di Amerika Serikat dengan persentase masing-masing sebesar 25.4% dan 13.1%. Tidak hanya itu saja, banyak dari pelajar-pelajar ini yang kemudian menjadi ilmuwan, pengusaha, atau bahkan juga menjadi pengambil kebijakan di Amerika Serikat. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) yang terkenal dengan robot-robot canggihnya dikepalai oleh Arati Prabhakar, seorang imigran dari India yang mendapatkan gelar PhD-nya di Amerika Serikat. Efek dari kaum terpelajar ini juga dapat dirasakan oleh negara mereka sendiri, pembangunan ekonomi China tidak lepas dari sumbangan diaspora mereka yang bahkan sudah beratus-ratus tahun lamanya. Saya pernah dengar ungkapan bahwa pemerintah China tidak pernah menuntut semua diasporanya untuk kembali ke China, mereka percaya bahwa buah dari pengalaman diaspora China di luar negeri akan memberikan nilai lebih dan manfaat tersendiri untuk China nantinya. Saat ini saya sedang membaca buku “China Airborne” yang membahas tentang perkembangan bisnis aviasi dan teknologi perkembangan di China. Dalam buku ini disebutkan bahwa kaum China yang mendapatkan pendidikannya di luar negeri dan dibekali kemampuan bilingual (Mandarin + Inggris) bahkan trilingual merupakan salah satu aset terpenting negara China, dimanapun mereka berada.

Tentu saja Indonesia juga tidak kalah, Indonesia memiliki Sehat Sutardja yang menjadi pendiri Marvell Technology sebagai perusahaan besar di bidang semikonduktor, dan juga masih banyak lagi contoh lainnya. Dari apa yang saya diskusikan dengan kolega-kolega saya, peran penting yang seharusnya dimiliki mahasiswa Indonesia di luar negeri inilah yang sering dilewatkan. Selain berkontribusi untuk Indonesia, mereka juga memiliki peran besar dan penting untuk turut membangun dunia. Walaupun peran ini tentunya juga dimiliki oleh kaum terpelajar di Indonesia, mahasiswa Indonesia yang sedang berada di luar negeri memiliki nilai plus dengan keberadaan mereka secara fisik di luar negeri. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah: kontribusi seperti apa yang bisa pelajar Indonesia di luar negeri berikan untuk di dunia? Mahasiswa-mahasiswa tersebut bukan saja hanya sebagai duta Indonesia untuk mengenalkan Indonesia ke luar negeri. Hal tersebut penting tetapi duta Indonesia bukan hanya berarti menjadi duta budaya Indonesia, duta Indonesia artinya juga duta Indonesia untuk dunia, sebagai medium untuk Indonesia memberikan sumbangsihnya ke dunia. Contoh mudahnya adalah hasil penellitian mahasiswa master atau doktor yang dilakukan mahasiswa Indonesia di luar negeri merupakan bentuk sumbangan dari Indonesia untuk dunia. Tetapi hal tersebut hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan contoh yang ada, percaya atau tidak, sikap kita saat berhadapan dengan orang luar juga bisa menjadi perwujudan kecil dari sumbangsih tersebut. Saat kita berdiskusi dengan kolega dari negara luar kemudian kita menyumbangkan ide yang berguna, itu juga merupakan sumbangsih dari Indonesia untuk dunia. Jika kita berperilaku dan bertutur kata baik saat berhadapan dengan orang dari negara lain, itu juga merupakan bentuk dari sumbangan kita untuk dunia. Bayangkan jika anda sedang berdiskusi dengan orang dari negara X di suatu kelas kemudian orang tersebut selalu memotong pembicaraan orang lain ketika sedang berdiskusi, yang lazim timbul di pikiran kita adalah “orang-orang negara X perilakunya tidak sopan ya”. Walaupun belum tentu semua orang dari negara  X seperti itu tapi acapkali kita melakukan generalisasi suatu stereotipe dari suatu bangsa padahal saat itu kita hanya melihat satu sampel. Sadarkah jika itu juga berlaku untuk anda ketika anda sedang berada di negeri orang? Orang luar bisa menganggap bangsa Indonesia adalah bangsa yang malas ketika melihat kita malas-malasan kuliah dan hanya tidur di kelas, akan lain halnya jika kita berperilaku yang bertentangan dengan sikap yang dipandang negatif barusan. Mungkin saja orang luar akan melihat dan berkata “wah, orang Indonesia rajin-rajin sekali, saya tidak boleh kalah dengan mereka”. Di sini lah mengapa saya memandang keberadaan mahasiswa Indonesia di luar negeri secara fisik penting, karena tindakan dan perilaku kita dapat langsung dilihat oleh orang luar. Bahkan bukan hanya mahasiswa, saya pikir setiap orang Indonesia yang berada di luar negeri memiliki tanggung jawab yang sama, bahkan ketika saat itu anda hanya menjadi turis sekalipun.

Selain sikap, tentunya bentuk kontribusi mahasiswa Indonesia yang lebih nyata (dalam artian lebih terlihat oleh dunia) adalah sumbangan kita yang berupa ide, pemikiran, hasil penelitian, prototipe, atau produk teknologi. Penting memang ketika kita berpikir untuk kemajuan Indonesia, tetapi saya pikir peran utama dari pelajar Indonesia di  luar negeri adalah dengan secara langsung menunjukkan apa yang Indonesia bisa lakukan di mata dunia dan juga memberikan sumbangsih untuk dunia. Ingat bahwa peran ini juga dimiliki oleh mahasiswa Indonesia di dalam negeri, oleh karena itu lah pertukaran pelajar Indonesia dengan negara lain atau mengirimkan mahasiswa dalam negeri untuk kejuaraan di luar negeri sangatlah penting. Saya sendiri bangga ketika melihat mahasiswa Indonesia dari sekolah/universitas dalam negeri dapat meraih prestasi berupa penghargaan atau menjadi juara di luar negeri. Melihat ilmuwan atau pengusaha Indonesia yang sukses di luar negeri tentunya juga hal yang sangat membanggakan. Hal ini menunjukkan bahwa orang Indonesia juga dapat bersaing di kancah internasional dan secara langsung maupun tidak langsung juga mengharumkan nama Indonesia. Untuk mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di luar negeri, disinilah anda juga mendapatkan peran untuk menunjukkan apa yang orang Indonesia dapat lakukan. Jika kita belajar dari diaspora China dan India yang sudah mengisi berbagai posisi penting di negara seperti Amerika Serikat (terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi), saya pikir Indonesia juga dapat melakukan hal yang sama dengan  bonus demografi yang Indonesia miliki. Walaupun saya memberikan contoh dalam bidang teknologi, pada hakikatnya semua bidang pengetahuan memiliki peran yang sama, Muhammad Yunus dari Bangladesh (peraih nobel perdamaian 2006) adalah satu dari sekian contoh yang ada.

Idealnya menurut saya, dari semua populasi mahasiswa Indonesia yang ada di luar negeri sekitar 50% dari mahasiswa tersebut nantinya perlu kembali ke Indonesia untuk membangun Indonesia dan juga dunia dari dalam dimana 50% sisanya melakukan hal yang sama dari luar negeri. Kesamaannya adalah dimanapun mereka berada, mereka dapat memberikan manfaat dan kontribusinya ke Indonesia dan dunia dengan caranya masing-masing. Dr. Warsito dapat dijadikan contoh dimana beliau membawa teknologi Tomografi yang ia kembangkan di luar negeri untuk dikembangkan lebih lanjut di Indonesia, manfaat dari penelitian beliau dapat dirasakan Indonesia dan juga dunia. Saya juga memiliki kenalan professor Indonesia di universitas di Australia yang tidak segan untuk membimbing mahasiswa Indonesia di universitas dalam negeri lewat komunikasi jarak jauh. Ada juga professor Indonesia di universitas Korea dan juga di Jepang yang sampai sekarang tetap aktif menjalin hubungan dengan universitas dalam negeri dan juga rajin bertemu dengan mahasiswa Indonesia yang ada di Korea. Saat saya menjadi mahasiswa sarjana dan master di Bandung, saya sering berkomunikasi dengan alumni laboratorium saya yang sedang kuliah di luar negeri agar saya tetap dapat memantau perkembangan terbaru yang ada di ilmu saya mengingat saya memiliki keterbatasan untuk mengakses jurnal ilmiah saat itu. Manfaat dari hal tersebut dapat kita rasakan sendiri dimana orang Indonesia tersebut menjadi penghubung antara Indonesia dan dunia internasional. Koneksi yang dijalin dengan kolega kerja di luar negeri juga merupakan hal yang penting, dengan cara ini anda akan menjadi jembatan antara Indonesia dan dunia internasional untuk terus menerus membawa Indonesia ke dunia dan juga membawa Indonesia ke dunia. Jalin hubungan baik dengan kolega-kolega internasional anda sekarang karena di masa depan anda mungkin tidak menyangka bahwa mereka akan menjadi orang berpengaruh dan terkenal di bidangnya. Saya sendiri berpikir untuk nantinya terus menjalin hubungan dengan professor dan kolega internasional yang saya kenal, saya ingin menunjukkan ke mereka bahwa Indonesia juga bisa melakukan sesuatu untuk dunia. Hal ini tentunya juga sudah dilakukan oleh beberapa ilmuwan Indonesia yang kembali ke dalam negeri, professor Sri Widiyantoro dari Fakultas Teknologi Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) Institut Teknologi Bandung memiliki 3005 sitasi (sumber: google scholar) dan hingga saat artikel ini ditulis beliau aktif menjadi anggota dari berbagai organisasi ilmiah internasional. Jika saya menyebutkan satu persatu jumlahnya akan banyak sekali, tetapi contoh-contoh barusan setidaknya bisa memberikan bayangan mengenai orang-orang Indonesia seperti apa yang menjadi motor pergerakan dunia tetapi juga memberikan manfaat ke tanah airnya sendiri.  Mereka yang masih menuntut ilmu di perguruan tinggi sekarang tentunya merupakan potensi yang lebih besar lagi mengingat jumlah mahasiswa Indonesia di luar negeri terus bertambah dari waktu ke waktu.

Akhir kata, saya pikir kita harus mulai menggeser paradigma bahwa membangun Indonesia harus dilakukan di dalam negeri. Kita perlu memandang mahasiswa Indonesia yang berada di luar negeri sebagai agen Indonesia untuk membangun dunia dan juga Indonesia di saat yang bersamaan. Indonesia memiliki jalinan diaspora yang besar jika dibandingkan dengan negara lainnya, mahasiswanya pun juga memiliki jaringan besar bernama Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia. Menurut saya adanya jaringan ini merupakan suatu langkah besar bagi Indonesia untuk memantapkan jejak kakinya di kancah persaingan internasional. Dimanapun anda berada sekarang, di Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Prancis, Arab, Jepang, Korea, Tunisia, ataupun negara-negara lainnya, anda memiliki peran besar untuk turut membangun dunia. Dunia menanti anda, dia meminta anda untuk turut membangun dirinya ke arah yang lebih baik.

Pramudita Satria Palar

Mahasiswa doktoral bidang Aeronautika dan Astronautika

Universitas Tokyo, Jepang

16 Februari 2014

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun