Musik erat kaitannya dengan bunyi, bunyi erat kaitannya dengan pendengaran. Musik memiliki struktur matematis yang diterjemahkan dalam susunan nada dan harmoni pada sebuah komposisi dan aransemen musik, muaranya ada di perasaan.
Perasaan dan pendengaran menjadi hal yang tidak dapat diabaikan untuk seseorang dapat memahami bahkan sampai mendalami musik.
Mendalami musik bukan hanya sebatas menginterpretasi musik dari sisi makna, namun juga menelusuri seluk-beluk musik hingga mencapai hasrat dan titik tertentu.
Banyak yang tidak menyadari bahwa ketika seseorang mempelajari musik maka sebenarnya ia juga sedang mempelajari matematika namun dalam bentuk yang lebih estetis.
Roh dari musik adalah kekuatan otak kanan dalam mengelola serta mengolah ide melalui medium bunyi menjadi sesuatu yang estetis dengan perhitungan-perhitungan tertentu.
Perhitungan-perhitungan tersebut didasarkan atas nilai rasa dan nilai mutlak matematika yang sebenarnya adalah komponen utama musik itu sendiri sehingga eksakta-eksakta matematika dalam musik lebih bisa dinikmati dan bersifat imajiner.
Musik memiliki elemen terkecil berupa nada. Nada sebagai bagian terkecil dari musik memerlukan elemen penghubung untuk bisa menjadi melodi, elemen penghubung tersebut adalah ritme.
Ritme menjadikan nada yang sifatnya statis menjadi nada yang bersifat dinamis (melodi). Pergerakan nada didasari oleh ritme diatur dalam tempo dan dihayati oleh dinamika.
Ritme dan tempo merupakan hitungan matematisnya, ada harga yang tidak bisa ditawar di dalam ritme dan tempo. Penjumlahan, pengurangan, pembagian semuanya terkandung di dalam ritme dan tempo. Sementara dinamika adalah pemanisnya.
Alur ketukan dasar musik atau yang biasa disebut ritme terbagi ke dalam kategori-kategori berdasarkan simbol diikuti nilai ketuknya masing-masing. Simbol ritme inilah yang menentukan panjang pendeknya not yang harus dimainkan.
Simbol ritme memiliki nilai ketuk yang berbeda dengan nama notnya. Misalnya not setengah, nilai ketuknya bukan setengah ketuk namun dua ketuk, not seperempat, nilai ketuknya bukan seperempat ketuk namun satu ketuk, not seperdelapan, nilai ketuknya bukan seperdelapan ketuk namun setengah ketuk dan seterusnya.
Akan tetapi, jika not-not tersebut dimainkan dalam sukat atau tanda birama yang berbeda, maka nilai ketuknya pun akan berubah.
Sebagai contoh not setengah akan bernilai satu ketuk jika dimainkan pada sukat 2/2 atau 3/2, not seperempat akan bernilai dua ketuk jika dimainkan pada sukat 6/8, 9/8, atau 12/8, itu artinya ada operasi matematika dalam penentuan nilai ketuk tadi.
Sukat atau tanda birama memiliki peran penting dalam penentuan nilai ketuk dari masing-masing not pada sebuah notasi. Berbeda sukatnya, berbeda pula nilai ketuk dan juga temponya.
Dalam sebuah proses musikal, seorang musikus mensinergikan otak kanan dan otak kiri agar terjadi keseimbangan momentum antara not yang satu dengan not yang lain dalam penentuan maupun penyusunan intervalnya.
Otak kanan dan otak kiri saling menjalankan fungsinya sehingga musik yang tercipta menghasilkan harmoni yang semestinya.
Enak itu yang diharapkan, meskipun enak dan tidak enak ada pada subjektivitas masing-masing pendengar, sementara objektivitasnya ada pada skema matematis serta unsur-unsur pembentuk harmoninya.
Matematika dalam konteks skema matematis musik tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Meskipun hubungannya terksesan jauh, matematika dan musik memiliki korelasi yang erat membentuk kesatuan-kesatuan organik.
Matematika dengan kemampuan logikanya, musik dengan kecenderungan intuisinya. Kerumitan-kerumitan matematika ternyata ada di dalam musik, terbalut estetika-estetika sehingga yang tampak dari musik hanya esensi utamanya saja yaitu bunyi.
Bunyi sebagai esensi musik jika sudah diberi sentuhan ritme (minimal), maka akan menjadi bunyi yang selain estetis juga matematis.
Matematisnya bunyi inilah “musik”, yang dengan khazanahnya mampu masuk ke dalam seluruh aspek kehidupan manusia dengan berbagai cara dan bahasa tanpa terkecuali, tidak hanya bahasa sastra dan bahasa tulisan lain yang tidak bisa dibahasakan dengan kata namun juga bahasa matematika yang berupa angka-angka dan formula-formula. Musik mampu membahasakan matematika dalam entitas seni.
Music is Universal Language, hampir semua hal yang ada di dunia ini bisa dibahasakan dengan musik dari bentuk yang paling sederhana hingga bentuk yang paling rumit sekalipun.
Musik sebagai suatu sistem mampu diarahkan untuk mencapai kebaruan-kebaruan, memuat berbagai disiplin ilmu serta memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan peradaban dunia.
Musik tidak terbatas pada bunyi, tidak pula terbatas pada aktivitas-aktivitas kegiatan bermusik saja. Lebih dari itu, musik adalah nafas.
Kecerdasan serta kemajemukan berpikir manusia dapat diasah melalui musik yang pada akhirnya mempengaruhi perkembangan cara berpikir, jiwa, perasaan, hingga kehidupannya. Musik adalah bunyi yang matematis, matematika dan musik adalah kombinasi yang tidak dapat dicerai-berai. *)
Oleh: Pramono Kusumastoto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H