Mohon tunggu...
Agus Pramono
Agus Pramono Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Research Scientist - (Composite Manufacture Engineering)\r\n\r\nInstructor Welding Engineer - (Japan Welding Engineering Society)\r\n\r\nObservers Manufacturing Technology

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Sebagai Manivestasi Pemicu Karakter Budaya Bangsa

1 Maret 2014   20:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:20 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jika kita ingin menilai karakter kolektif dari perilaku manusia dari sisi latar belakangnya maka kita bisa menaruh sebuah korek gas yang rusak di atas meja, jika orang tersebut berasal dari Politik  maka dia akan mencari penyebab korek tersebut rusak, jika berlatar belakang Hukum maka dia akan mencari siapa yang merusak korek tersebut dan jika dia bertalar belakang Sosiologi maka akan bertanya korek tersebut digunakan untuk apa, namun jika latar belakang seseorang tersebut Engineer (Teknik) maka dia menganalisis kerusakan dan memperbaikinya.

Begitulah bergulirnya sebuah masalah, apalagi masalah besar yang menyangkut kehidupan berbangsa dan bernegara tidak akan selesai dengan hanya memperdebatkannya, sering kita lihat diberbagai media perdebatan masalah kenegaraan oleh para politisi, sosiolog yang akhirnya hanyalah sebuah wacana. Fenomena ini sebenarnya memberikan transformasi Pendidikan yang kurang baik kepada publik karena kita hanya akan mendapatkan retorika belaka tanpa mengacu dasar konsep metodologi penyelesaian masalah. Dibeberapa negara maju pendidikan menjadi ujung tombak kemajuan peradapan bangsa untuk membangun peradapan pendidikan yang sehat hal inipun dilakukan dalam segala aspek termasuk dilarangnya para politikus memberikan pernyataan ataupun komentar-komentar yang tidak ilmiah, jika dibandingkan dengan Indonesia ini berbanding terbalik, betapa banyak para politikus di negeri ini beretorika tanpa berpijak pada dasar berfikir Ilmiah, bahkan di beberapa negara Skandinavia lagu-lagu yang berirama slow dengan lirik yang cengeng dilarang diputar dimedia. Fenomena inilah yang merupakan Transformasi Pendidikan publik yang telah dilakukan oleh beberapa negara maju untuk membangun peradapan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Terbentuknya karakter kolektif sebuah bangsa dipicu oleh sektor pendidikan, bukan hanya pendidikan formal semata, namun pendidikan informal yang dimulai dari keluarga, beberapa hal yang dilakukan oleh keluarga masyarakat Eropa seperti Finlandia, Estonia, Lithuania maupun negara Nordic-Skandinavia lain dengan menanamkan nilai-nilai bertoleransi dan cara beradaptasi, mereka para orang tua tidak pernah mengajarkan hal-hal yang sifatnya Ilmiah, urusan pandangan kebenaran ilmiah ( pembelajaran cara berfikir ilmiah diserahkan pada sekolah dimana para anak-anak mereka belajar tentang cara - cara berfikir Logis). Sebagai contoh kecil ketika saya sedang berada di daerah Negara Baltic, ada anak kecil yang sedang menuntun sepeda kecilnya ketika sepeda akan naik ke trotoar yang lebih tinggi maka si anak kecil berusaha mendorong sekuat tenaga, kondsi ini dibiarkan oleh orang tua si anak tersebut dengan tujuan memberi pembelajaran agar si anak mampu menyelesaikan masalahnya dengan berfikir kritis, akhirnya si anak mengangkat roda depan ke trotoar dan kemudian mengayuhnya, ini bagian dari contoh kecil yang dilakukan masyarakat Eropa kepada anak-anak mereka.

Fenomena ini membuktikan keberhasilan Peradapan Negara-Negara Maju di Eropa dengan keberhasilan menciptakan tingkat kemakmuran yg Luar Biasa, hal ini terbukti dgn tidak adanya Korupsi di Lini Birokrasi, Pendidikan Gratis dari pendidikan dasar sampai Pendidikan tinggi, Transportasi gratis, Jaminan Sosial bagi Manula serta Subsidi Hunian bagi warga berpenghasilan dibawah standar.

Pendidikan merupakan tangung jawab kita bersama sebagai warganegara, masing masing punya peranan, tidak bisa kita saling menyalahkan institusi karena sebagai warga negara kita wajib memikul tanggung jawab bersama, maraknya tawuran antar pelajar serta berbagai macam kasus lainya memberikan bukti bahwa kontrol masyarakat sangatlah lemah yang dimulai dari keluarga, keluarga yang sehat secara jasmani dan rohani akan memberikan kontribusi terhadap terbentuknya peradapan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun