Mohon tunggu...
Pramono Dwi  Susetyo
Pramono Dwi Susetyo Mohon Tunggu... Insinyur - Pensiunan Rimbawan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hidupan Liar

4 Oktober 2020   15:25 Diperbarui: 4 Oktober 2020   15:31 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penetapan koridor hidupan liar dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik kepentingan antara manusia dan hidupan liar serta memudahkan hidupan liar bergerak sesuai daerah jelajahnya dari satu kawasan ke kawasan lain. Penetapan koridor hidupan liar dapat dilakukan pada wilayah kawasan  hutan mamupun bukan kawasan hutan yang ditetapkan oleh antar kepala unit pengelola kawasan atau antara kepala unit pengelola kawasan dan kepala satuan kerja perangkat daerah setempat.

Koridor alam Trumon, adalah contoh koridor alam pertama diprovinsi NAD dibangun di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) dengan panjang 2,8 km dengan luas 2700 ha.  Koridor ini menghubungkan dua blok hutan kaya akan spesies satwa, lembah Bengkung yang merupakan hutan tropis pegunungan di bagian utara dan Suaka Margasatwa Rawa Singkil di bagian selatan. Keberadaan koridor ini banyak mengalami pasang surut akibat gangguan dari luar, seperti pembangunan jalan, perambahan warga sekitar untuk dijadikan kebun. 

Namun oleh Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Aceh dan Yayasan Leuser Indonesia (YLI) dipulihkan kembali kerusakan koridor ini. Jenis jenis satwa yang ditemukan dikoridor tersebut antara lain adalah burung, orangutan, harimau sumatera, beruang madu, kancil, kucing rawa, dan rusa. Bahkan ular, kucing emas, macam dahan pernah ditemukan pada malam hari. Contoh lain adalah koridor satwa dikawasan konservasi terfragmentasi, yaitu antara Taman Nasional Sembilang Berbak dengan Suaka Marga Satwa Dangku di Sumatera Selatan.

Namun satu hal yang perlu digarisbawahi adalah penetapan koridor hidupan liar makin lama makin sulit direalisasi. Seiring dengan laju pertambahan penduduk, kebutuhan akan lahan baik dalam kawasan hutan apalagi diluar kawasan hutan untuk kegiatan pembangunan semakin meningkat pula. 

Oleh karena wajar, apabila belakangan ini banyak terjadi konflik antara harimau dengan manusia dimana mana. Harimau sebagai satwa liar mempunyai sifat yang soliter, bila sumber pakan dalam rantai makanan putus, maka satwa karnivora (pemakan daging) akan mencari mangsa diluar rantai makanannya dan memperluas daya jelajah (home range) nya. Jadi, disimpulkan sendiri, efektifkah pembuatan koridor sekarang.

PRAMONO DWI SUSETO

Kompasiana, 4 Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun