Pada suatu kesempatan berpidato Bung Karno mengatakan , "Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut gunung semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia". Kutipan pendek dari Bung Karno tersebut sudah cukup menjelaskan dan mengingatkan bagaimana peran pemuda untuk membangun bangsa  ini, sangatlah dahsyat.  Sejarah negri ini, memang banyak diwarnai oleh sepang terjang anak anak muda yang muncul menjadi pemimpin. Sebut saja, Bung Karno sendiri sebagai presedin RI pertama berusia 44 tahun.
Pak Harto diangkat sebagai presiden RI yang kedua pada usia 46 tahun.  Panglima besar jenderal Soedirman diangkat menjadi panglima besar pada usia lebih muda lagi  dibanding Bung Karno dan pak Harto yaitu pada usia 31 tahun. Itu cerita zaman revolusi kemerdekaan yang usia republik ini,  baru satu dekade. Menjelang usia negara Indonesia menginjak hampir 7,5  dekade  dan telah mengalami 3 rezim, yakni orde lama, orde baru dan orde reformasi apakah mungkin sejarah terulang kembali, bangsa ini memunculkan pemimpin pemimpin muda yang lebih hebat dari zaman revolusi dulu.
Jawabannya bisa ya dan bisa tidak tergantung sistem politik yang dianut sekarang. Apakah anak anak muda usia dibawah 50 tahunan diberikan kesempatan memimpin partai politik. Apakah anak muda dapat diusung menjadi kandidat presiden tanpa harus memimpin partai politik sebagaimana yang terjadi pada Joko Widodo dan PDIP. Apakah elite elite senior partai yang menduduki ketua umum rela dan ikhlas menyerahkan tampuk kepemimpinannya kepada anak muda yang punya potensi memimpin, Â dalam rangka alih generasi.
Dinegara maju fenomena ini sudah berlangsung. Perancis dengan Presiden Emmanuel Macron yang berusia 41 tahun dan merupakan presiden termuda dalam sejarah Perancis. Justin Trudeau diangkat sebagai perdana menteri Kanada pada usia 43 tahun. Selandia Baru dengan Perdana Menteri Jacinda Arden yang masih muda dan baru saja menikah. Austria dengan Sabastian Kurz yang baru berusia 31 tahun dan masih banyak contoh contoh dinegara maju lainnya. Ini menunjukkan bahwa dalam alam demokratisasi yang telah maju, faktor usia bukanlah  penentu menjadi pemimpin , yang penting adalah kompetensi individu yang bersangkutan melalui proses pemilihan langsung.
Fenomena di Indonesia
Dari tujuh kepala negara dan pemerintahan yang telah memduduki jabatan presiden RI, hanya  dua orang yang usia relatif muda dibawah 50 tahun yaitu Bung Karno dan Pak Harto, selebihnya diatas 50 tahun. Habibie 62 tahun, Gus Dur 59 tahun, Megawati Soekarnoputri 54 tahun, Susilo Bambang Yudhoyono(SBY)  55 tahun dan Joko Widodo 53 tahun.
Sejak era reformasi dengan sistem pemilihan secara langsung baik presiden maupun kepala daerah tingkat provinsi, kabupaten/kota maka banyak kepala daerah yang terpilih pada usia yang relatif muda.Â
Pada level provinsi dapat disebut Zumi Zola, Gubernur provinsi Jambi terpilih pada usia 36 tahun, sayangnya tersangkut kasus korupsi. Gubernur provinsi Lampung yang baru saja diganti, Ridho Ficardo menjabat sebagai kepala daerah Lampung pada usia, 34 tahun. Pada level wakilnya, Â Chusnunia Chalim terpilih sebagai wakil Gubernur Lampung pada usia 36 tahun. Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin pada usia 35 tahun, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak usia 34 tahun , Wakil Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman usia 35 tahun.
Pada level kabupaten/kota, terdapat walikota Tanjung Balai , Â Syahrial yang terpilih pada usia 26 tahun sebagai walikota termuda. Nur Arifin menjadi bupati Trenggalek pada usia 28 tahun, sebagai bupati termuda.
Menurut catatan Kementerian Dalam Negeri terdapat 22 kepala daerah termuda atau dikenal dengan istilah pemimpin milenial yang terpilih dibawah usia 40 tahun. Mereka itu adalah walikota Mojokerto, bupati Gunung Mas, bupati Nganjuk, wakil bupati Enrekang, wakil bupati Lamandau, bupati Lamandau, wakil walikota Madiun, wakil bupati Jeneponto, bupati Padang Lawas Utara, bupati Purwakarta, bupati Bangkalan, bupati Biak Numfor, wakil bupati Kuningan, bupati Lampung Utara, wakil bupati Sampang, wakil bupati Bandung Barat, wakil bupati Tegal, bupati Probolinggo, bupati Sinjai, bupati Penajam Paser Utara, wakil bupati Batu Bara, dan wakil bupati Dairi.
Data diatas, mengindikasikan bahwa Indonesia memasuki babak baru negara demokratis yang tidak dapat dinafikan lagi. Rakyat Indonesia sudah mulai cerdas untuk memilih pemimpinnya melalui pemilihan langsung. Mereka tidak menghendaki lagi pemimpinnya yang bergelar pensiunan ataupun  , purnawirawan  sebagaimana yang terjadi pada masa orde baru.
Calon Pemimpin Muda Bangsa
Bonus demografi bagi Indonesia merupakan berkah atau musibah, tergantung kepada bangsa Indonesia sendiri untuk menghadapinya. Bonus demografi yang akan terjadi pada bangsa Indonesia dimulai tahun 2020 dan berakhir 2035 itu artinya bahwa pada rentang waktu 15 tahun penduduk Indonesia yang usia produktif (15 -64 tahun) jumlahnya  akan terus meningkat dan diperkirakan mencapai 52 % dari total jumlah penduduk Indonesia. Kondisi ini akan berimbas pada jumlah pemilih muda dimasa yang akan datang.  Menurut data,  jumlah pemilih muda yang berusia 16 -- 30 tahun pada pemilihan presiden (pilpres) 2019 lalu, jumlahnya lebih kurang 100 juta orang, dan akan bertambah dua kali lipat manakala berlangsung pilpres tahun 2024.
Menarik untuk dicermati dan dibahas peta kepemimpinan nasional era 2024-2029 yang akan datang. Meskipun partai yang lolos parliamentary threshold adalah 9 partai yang itu itu juga (PDIP, Golkar, Gerindra, PKB, PKS, PAN, Nasdem, Partai Demokrat dan PPP), namun konstelasi kepemimpinan 2024 -2029 akan berubah 180 derajad. Wajah wajah ketua umum partai lama yang yang akan berlaga pilpres lima tahun yang akan datang, dipastikan  tidak akan laku dijual untuk bursa kepemimpinan 2024.
Di samping faktor usia yang sudah menua, faktor pemilih yang dominan anak anak milenial menghendaki pemimpin yang baru, segar, muda, cerdas dan sesuai dengan tuntutan zaman. Kecuali partai partai tersebut segera mampu mereformasikan dirinya untuk memilih ketua partai baru sebagai tanda regenerasi kepemimpinan nasional dimasa yang akan datang. Sudah saatnya pada tahun 2024, bangsa ini dipimpin kaum milenial yang cerdas, berwawasan luas kedepan, santun dan memperjuangkan kepentingan seluruh warga bangsa tanpa membedakan satu dengan yang lain.
Pemimpin muda yang berskala nasional yang menonjol pada saat ini jumlahnya lumayan banyak, beberapa diantaranya adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), TGB Zainul Majdi, Emil Elestianto Dardak, Ridwan Kamil, Nurdin Abdulah, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo .
Dengan atau tanpa Partai Demokrat, Pangeran Cikeas ini akan diperhitungkan dalam peta percaturan politik Indonesia tahun 2024. Berbekal pendidikan yang cukup bahkan memadai, ditunjang usia muda (40 tahun), serta kesantunan dan tutur katanya yang baik, kecerdasan AHY tidak diragukan lagi dan merupakan salah satu kandidat presiden yang sangat potensial dilirik oleh partai partai pendukung maupun pengusungnya. Sayang pengalaman memimpin pada skala nasional  masih minim. Oleh karena itu, untuk lima tahun kedepan, AHY harus menambah jam terbang untuk memimpin; minimal menjadi pengurus teras partai (elite partai).
Mantan gubernur NTB dua periode yang sukses , TGB Zainul Majdi dikenal sebagai cendikiawan ulama yang juga cerdas. Menjadi gubernur NTB pada usia muda yakni 38 tahun. Cerdasnya TGB dapat dilihat pada sambutan mantan gubernur NTB pada saat perayaan Hari Pers Nasional tahun 2016 di Lombok NTB. Â Pengalaman sebagai kepala daerah komplit. TGB sangat layak menjadi kandidat RI 1. Kepala daerah provinsi yang dianggap potensial menjadi kandidat presiden saat ini adalah Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, Nurdin Abdulah. Mereka yang sedang menjabat gubernur didaerah masing masing merupakan orang orang cerdas dan berprestasi. Kepemimpinan mereka akan diuji nanti pada menjelang pilpres 2024, apakah mereka sukses memimpin daerahnya. Rakyatlah yang akan menilai gubernur mana yang punya " nilai jual" menjadi kandidat presiden nanti.
Emil Elestianto Dardak, Wakil Gubernur Jawa Timur dan mantan Bupati Trenggalek, sepintas paling muda diantara nama nama yang disebut diatas yang tak kalah menonjol. Dalam panggung debat pilkada Jatim beberapa waktu yang lalu, nampak bahwa pemahaman suatu  masalah dan solusi pemecahannya sangat dikuasai dengan baik. Meskipun masih sangat muda, kecerdasannya  tak kalah hebatnya dari yang lain.  Suami artis Arumi Bachsin ini dapat diperhitungkan dalam pilpres mendatang.
Sebenarnya, terdapat dua orang calon pemimpin muda Indonesia potensial dan hebat yang telah malang melintang diorganisasi sosial maupun kepartaian. Bahkan mereka ini mempunyai prestasi yang luar biasa. Pada usia yang relatif muda telah memimpin partai besar yang mewarnai dunia politik Indonesia. Kedua orang itu adalah Anas Urbangningrum dan Romahurmuziy mantan Ketua Umum Partai Demokrat dan Ketua Umum PPP. Namun sayang, karir politiknya tamat karena tersangkut masalah korupsi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H