Pernah dengar istilah Love Bombing?
Bukan judul lagu manis dari Fromis_9 dengan judul Love Bomb, ya!
Tapi, ini adalah salah satu red flag dalam hubungan seseorang. Kenapa disebut red flag?Â
Istilah Love Bombing digunakan untuk seseorang yang memberikan kasih sayang berlebih pada pasangan atau teman, seperti sering memberikan hadiah, banyak memuji, dan terus mengajak telpon atau chat.
Lalu apa masalahnya? Bukannya itu tanda mereka beneran sayang?
Love Bombing mempunyai pola:Â Idealization to Devaluation. Maksudnya, Love Bomber (pelaku love bombing) memang akan memberikan kasih sayang dan perhatian berlebih di awal hubungan, tapi lama-lama, mereka akan berubah total. Awalnya dapat perhatian manis tanpa batas, tiba-tiba dia bisa menghilang atau bahkan berani bersikap kasar. Kok bisa gitu, sih?
Pola dari Love Bombing
Seringkali, Love Bombing dilakukan oleh orang narsistik ---yang tidak peduli perasaan orang lain dan merasa dirinya lah yang paling penting dan pantas dicintai. Narsistik tidak percaya pada pasangannya sendiri, dan takut jika mereka tidak merasakan sayang sebesar perasaan miliknya. Secara umum, Love Bombing akan beraksi dengan pola yang identik;
- Idealization:Â Love Bomber akan berusaha maksimal menarik perhatian pasangan dengan banyak kesenangan; khususnya di awal hubungan.
- Devaluation:Â Perlahan, Love Bomber akan membuat pasangan semakin bergantung padanya. Mereka membuat pasangan berpikir bahwa mereka adalah satu-satunya yang dimilikinya. Pasangan akan semakin jauh dari teman dan keluarga, dan akhirnya Love Bomber akan mulai berani bersikap kasar, sering menyalahkan pasangan, tidak percaya, bahkan menyakiti fisik
Â
Tanda Perilaku Love Bombing
Meskipun kita bisa terbuai oleh sikap manis seseorang, karena merasa diperlakukan seperti orang paling penting yang dicintai setengah mati, kita tetap harus waspada! Sebab, akan sangat sulit jika terjebak dalam hubungan toxic dari Love Bombing, apalagi jika sampai berurusan dengan kekerasan fisik. Lalu, bagaimana kita bisa melihat ciri-ciri Love Bombing? Perhatikan pasanganmu jika mereka:
- Terlalu sering memberikan hadiah besar (jumlah atau harga yang mahal)
- Â Memberikan pujian berlebihan
Meminta untuk terus saling kontak secara berlebihan; misalnya bombardir chat atau telpon terus, dan marah saat kamu tidak langsung merespon
Tidak suka menghabiskan waktu dengan orang lain, teman, saudara, bahkan keluarga. Mereka mungkin terus memaksa kamu memprioritaskan dirinya
Menyuruhmu menjauh atau memutus hubungan orang terdekat
- Marah saat kamu minta me time atau memberi jarak dengan mereka
Karena pada dasarnya, Love Bomber ingin menguasai pasangannya sendirian sehingga mereka bisa leluasa berbuat apapun pada pasangan. Mereka tidak akan takut lagi bertingkah jahat karena yakin bahwa pasangan mereka sudah tidak punya siapa-siapa yang melindunginya lagi. Ngeri banget, ya ...
Namun, perlu diperhatikan pula bahwa beberapa orang punya cara unik dalam menyampaikan kasih sayang. Sering memuji dan memberi hadiah bukan berarti dia pasti red flag sebagai Love Bomber! Di dunia ini, masih banyak orang baik hati yang tulus, kok! Mereka mungkin tumbuh dari budaya dan keluarga yang terbiasa mengungkapkan perasaannya secara terbuka, tidak gengsi memuji, dan royal memberi hadiah.Â
Hal yang bisa menjadi perbandingan adalah bahwa Love Bomber akan perlahan membuat pasangannya sangat bergantung pada mereka, dan menjauh dari sahabat dan keluarga, lalu melukainya saat dia sendirian; baik secara verbal maupun fisik.
Cara mendapatkan pertolongan
Kalau kamu menjawab YAÂ pada semua tanda-tanda Love Bombing di atas, maka kamu harus menyadari dan merespon perasaanmu segera. Ingat, perasaan seringkali menyampaikan kebenaran.
Lakukan hal berikut untuk pertolongan segera:
Dengarkan kata hatimu dan tanyakan; apakah kamu gak nyaman?Â
Coba ngobrol dengan teman yang kamu percaya untuk minta pandangan,
Mencatat perasaanmu dan hal yang terjadi ke diary, journal, atau notes sebagai sarana melepaskan emosi. Ini juga berguna sebagai catatan penting jika suatu saat pasangan melakukan gaslight.Â
Jika kamu merasa cukup aman, coba diskusikan perasaanmu dengan pasangan dan minta sedikit jarak. Kalau mereka merespon negatif, itu merupakan potensi bahaya, dan kamu perlu mencari pertolongan di luar.
Jangan pernah ragu untuk mendengarkan kata hatimu jika itu terasa salah. Berhubungan dengan orang lain (sebagai teman, sahabat, rekan kerja, pasangan) sesungguhnya hal yang menyenangkan, dan akan terasa capek kalau terus dihantui kekhawatiran, rasa takut, dan waspada. Jika orang yang kamu percaya mulai berubah, ajak dia bicara. Tapi jika dia tidak kooperatif, larilah! Jangan menetap dan selamatkan dirimu sendiri!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H