Mohon tunggu...
Pramesti Nur Rahmah
Pramesti Nur Rahmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Konten Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Grapyak Semanak dan Laku Pandhito: Eksplorasi Nilai-nilai Moral dan Kearifan Budaya Jawa dalam Karakter Tradisional

7 Desember 2023   14:54 Diperbarui: 7 Desember 2023   15:14 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menyemai Kebersamaan dengan Karakter Grapyak Semanak dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Budaya Jawa memiliki nilai-nilai yang diterapkan di dalam kehidupan keseharian masyarakat Jawa. Nilai-nilai atau falsafah hidup dalam budaya Jawa tersebut dinamakan dengan hasthalaku. Hasthalaku merupakan delapan nilai atau falsafah hidup dalam budaya Jawa yang melekat pada karakter masyarakat Jawa, yaitu meliputi gotong royong, guyub rukun, grapyak semanak (ramah), lembah manah (rendah hati), ewuh pakewuh (saling menghormati), pangerten (saling menghargai), andhap asor (berbudi luhur), dan tepa selira (tenggang rasa). Salah satu nilai yang sering diterapkan dalam kehidupan keseharian masyarakat Jawa adalah nilai kebersamaan. Nilai-nilai kebersamaan yang dimiliki oleh masyarakat Jawa memiliki kaitan erat dengan karakter Grapyak Semanak.

Grapyak Semanak merupakan suatu konsep yang mengajarkan mengenai keramahtamahan, solidaritas, kepedulian terhadap sesama, serta kehidupan bersama secara harmonis. Grapyak Semanak berasal dari kata "Grapyak" artinya ramah, sedangkan "Semanak" artinya hangat dan mudah bergaul. Ungkapan ini sering digunakan untuk menggambarkan sikap atau perilaku seseorang dalam interaksi sosial, menekankan pentingnya bersikap ramah dan mudah untuk didekati. Grapyak Semanak merupakan bagian dari bahasa dan budaya lokal Jawa yang mencerminkan nilai-nilai keramahan dan kehangatan dalam hubungan interpersonal (Mawardi, 2022).

Grapyak dengan kedalaman makna yang tersembunyi mencerminkan nilai dalam menghadapi tantangan hidup. Kecermatan dan kebijaksanaannya tercermin dalam berbagai keputusan sehari-hari, mulai dari komunikasi interpersonal hingga penyelesaian konflik. Sementara Semanak merupakan gambaran dari harmoni dan keseimbangan. Karakter ini menyoroti pentingnya menjaga hubungan baik dengan lingkungan dan masyarakat sekitar. Dalam eksplorasi sehari-hari, Semanak mengajarkan tentang pentingnya menjalin hubungan sosial yang baik (Sutarsih, 2010).

Karakteristik pribadi individu yang menerapkan Grapyak Semanak diantaranya adalah selalu menyapa, selalu tersenyum, selalu berkomunikasi, selalu berbicara dengan baik, dan menunjukkan perhatian, saling menanyakan kabar, serta  mengajak orang yang baru dikenal untuk bergabung bersama. Sikap seperti inilah yang dapat memberikan rasa nyaman dan tidak terasa asing ketika bertemu dengan orang baru. Individu yang memiliki karakter Grapyak Semanak biasanya memiliki banyak pertemanan dikarenakan kepribadian mereka yang menyenangkan (Koentjaraningrat, 2008).

Grapyak Semanak juga menekankan pentingnya saling mendukung atau gotong-royong di dalam kehidupan masyarakat Jawa. Karakter Grapyak Semanak dapat ditunjukkan melalui sikap individu khususnya masyarakat Jawa untuk dapat saling memberikan dukungan serta memperkuat hubungan satu sama lain. Hal ini ditunjukkan dalam berbagai kegiatan di kehidupan masyarakat.

Karakter Grapyak Semanak juga memandang pentingnya saling peduli terhadap sesama. Masyarakat Jawa mengajarkan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan orang di sekitar. Sehingga, dalam setiap langkah hidup, kesadaran akan tanggung jawab terhadap sesama kemudian menjadi pondasi utama di dalam kehidupan masyarakat Jawa. Kebersamaan dengan karakter Grapyak Semanak juga tercermin di dalam tradisi bersilaturahmi. Masyarakat Jawa umumnya memiliki kecenderungan untuk menjaga hubungan baik dengan tetangga, kerabat, dan lingkungan sekitar. Silaturahmi dianggap sebagai jembatan untuk mempererat tali persaudaraan dan memperluas lingkaran kebersamaan (Rahardi, 2019).

Melalui karakter Grapyak Semanak dalam kehidupan keseharian masyarakat Jawa, sehingga membangun pondasi kebersamaan yang kuat, rasa solidaritas, saling memberikan kepedulian, dan silaturahmi, yang kemudian menjadi hal utama dalam menjaga hubungan yang erat antar masyarakat Jawa. Dengan demikian, karakter Grapyak Semanak dalam budaya Jawa menghasilkan kehangatan dan kebersamaan khususnya  di dalam kehidupan keseharian masyarakat Jawa.

Harmonisasi Perilaku Manusia melalui Budaya Jawa Laku Pandhito

Laku Pandhito merupakan konsep dalam budaya Jawa yang merujuk pada perilaku yang mencerminkan kesantunan, kebijaksanaan, dan kearifan. Salah satu aspek psikologis yang terkait dengan Laku Pandhito adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu dalam memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosi dengan tepat, serta mampu menggunakan emosi tersebut untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain. Dalam konteks Laku Pandhito, kecerdasan emosional dapat membantu individu untuk bertindak dengan penuh kesantunan dan kebijaksanaan, serta mampu memahami dan merespon emosi orang lain dengan baik.

Laku Pandhito menekankan pentingnya perilaku yang tenang, bijaksana, dan menghormati orang lain. Berdasarkan perspektif psikologi kepribadian, perilaku tersebut dapat diasosiasikan dengan karakteristik-karakteristik seperti kesabaran, keterbukaan, kerendahan hati, dan empati, yang merupakan aspek-aspek penting dalam membentuk kepribadian yang matang dan seimbang.

Laku Pandhito juga dapat dipahami sebagai bentuk perilaku prososial. Perilaku prososial merujuk pada tindakan-tindakan yang bertujuan untuk membantu orang lain dan bertindak sesuai dengan norma-norma sosial yang berlaku. Dengan diterapkannya konsep Laku Pandhito, individu diharapkan mampu bertindak secara prososial, sehingga dapat menciptakan hubungan yang harmonis serta penuh kasih sayang dengan orang lain di sekitarnya. Laku Pandhito dipahami sebagai bentuk budaya yang memiliki relevansi dengan prinsip-prinsip psikologi, seperti kecerdasan emosional, kepribadian serta perilaku prososial.

Referensi:

Koentjaraningrat. (2008). Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Mawardi, I., Hikmawati, L. H. L., Warsana, B., & Iqbal, N. M. (2022). Philosophy of Java Grapyak, Semanak Ora Nranyak as an Effort to Build The Character of Students at SMP Kartika XII-1 Mertoyudan Kab. Magelang. Jurnal Mantik, 6(1), 756-762.

Rahardi, K. (2019). Konteks Sebagai Penentu Peran Phatic Jawa 'Monggo': Perspektif Pragmatik Spesifik Budaya. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia , 5 (1), 47-60.

Sutarsih, S. (2010). Sapa Aruh: Strategi Pemersatu Bangsa dan Pemerkaya Bahasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun