Peringatan bahaya merokok yang terpasang di iklan saat ini sepertinya lebih jelas daripada sebelumnya. Kalau sebelumnya masih dengan bahasa halus seperti “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin”, sekarang kita bisa melihat peringatan bahaya merokok dengan bahasa yang cukup provokatif, “Rokok Membunuhmu.” Setidaknya itu yang saya lihat dari iklan rokok yang terpampang di jalan-jalan yang sering saya lalui.
Pertanyaannya kemudian adalah apakah peringatan ini efektif? Saya rasa tidak, toh dengan mudah saya bisa menemukan orang-orang yang masih mengepulkan asap dari mulutnya. Lalu, apakah mereka yang masih merokok ini tidak tahu apa bahaya dari merokok? Rasa-rasanya tidak juga. Banyak kok sosialisasi tentang bahaya yang ditimbulkan dari merokok. Mereka tau merokok adalah saat-saat dimana mereka menimbun racun dalam paru-paru mereka. Tapi mereka menikmati racun itu. Dan bahkan serasa ada yang kurang jika sehari saja tidak bercumbu dengan sebatang rokok.
Kepada orang-orang yang seperti ini, saya angkat tangan. Ayah saya seorang perokok berat, sudah berkali-kali diingatkan untuk berhenti, tapi susahnya minta ampun. Bahkan beberapa tahun yang lalu, ada saudara kami (seorang perokok berat juga) yang meninggal karena paru-parunya rusak. Ayah saya sempat ketakutan dan memutuskan akan mencoba berhenti merokok. Sayangnya niat itu hanya bisa disebut niat. Ayah saya tetap merokok hingga hari ini.
Saya menyadari betul meminta seseorang berhenti merokok itu susahnya pake banget. Benar-benar susah. Maka yang getol saya suarakan kepada para perokok berat ini adalah tolong sekali jangan merokok di tempat umum. Ya setidaknya, kalau mau minum racun ya minum saja sendiri. Tidak usah bagi-bagi ke orang lain. Bagi saya, orang-orang yang masih bandel merokok disembarang tempat adalah orang paling egois sedunia. Dia asik mengepul-ngepulkan asap sementara orang lain disekitarnya jadi sesak nafas karena produksi asap dari rokoknya. Dan please, tidak mungkin mereka juga tidak tahu bahaya yang mengintai para perokok pasif akibat asap rokoknya itu kan? Ini bahayanya:
“AROL adalah gabungan antara asap yang dikeluarkan oleh ujung rokok yang membara dan produk tembakau lainnya serta asap yang dihisap oleh perokok. AROL merupakan penyebab 600.000 kematian dini setahun. Pada asap rokok terdapat 4000 zat kimia, di antaranya 250 beracun dan 60 bersifat karsinogenik. Tidak ada batas aman untuk AROL. Perokok pasif perempuan di Indonesia 62 juta dan laki-laki 30 juta. Anak usia 0- 4 tahun yang terpapar AROL sebesar 11,4 juta anak. Perokok pasif mempunyai risiko terkena penyakit kanker 30 persen lebih besar dibandingkan dengan yang tidak terpapar asap rokok. Perokok pasif juga berisiko terkena penyakit jantung iskemik yang disebabkan oleh asap rokok.”
Link lengkapnya bisa dicek disini: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/03/03/n1uhri-duh-114-juta-anak-indonesia-jadi-perokok-pasif
Dan yang paling miris adalah ketika mengetahui bahwa perokok egois ini adalah seorang ayah. Lebih miris lagi ketika orang-orang disekitarnya saat itu adalah keluarganya. Istri dan anaknya. Ayah saya seorang perokok memang, tapi yang melegakan adalah dia mau “menjauh dari orang-orang” ketika merokok. Ini yang saya lihat malam ini di salah satu taman kota. Si Ayah merokok sementara disamping kanan-kirinya adalah istri serta kedua anaknya yang masih kecil. Mungkin ditempat atau dirumah lain masih banyak fenomena-fenomena yang serupa. Pantas saja sampai disebutkan ada sekitar 11,4 juta anak yang terpapar AROL atau menjadi perokok pasif.
Saya sama sekali tidak bisa membayangkan apa yang ada dipikiran para Ayah tadi. Masak tidak kasihan pada buah hatinya sendiri. Enak-enak merokok, lalu membiarkan putra-putri kecil mereka menghirup asap rokok itu. Dan sialnya, si Ibu hanya diam saja melihat suaminya merokok didepan anak-anaknya. Sudah terbiasa mungkin. Tapi yang sudah menjadi kebiasaan bukan berarti baik. Kebiasaan yang membawa musibah, walaupun sudah terbiasa tetap saja harus dihentikan. Apa harus menunggu salah satu anaknya ini meninggal karena kanker paru-paru? Naudzubillah…
Ayo deh para Ayah dimanapun Anda berada, hentikan memberikan racun pada orang lain. Minimal pada keluarga Anda sendiri. Biaya kesehatan sekarang ini mahal lho. Anda yang berobat saja sudah mahal jadi tidak perlu ngajak istri dan anak-anak Anda untuk ikut berobat. Dan untuk para Ibu, tolong juga bersikaplah tegas. Jangan hanya diam melihat anak-anak Anda menghirup racun dari oranglain, walaupun itu Ayahnya sendiri. Kesehatan anak tentu penting sekali untuk diperhatikan bukan? Bukan hanya prestasi yang menentukan masa depan anak, kesehatan anak terutama yang dibangun dari lingkungan terdekat yaitu lingkungan keluarga juga ikut menentukan masa depan anak.
Sudah begitu saja yang mau saya tulis disini…
Selamat Malam.. J
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H