Pada akhir ini, Indonesia digemparkan dengan ditemukannya kasus rabies di beberapa daerah di Indonesia. Kasus ini kembali gempar dikarenakan mulai meningkatnya angka kematian karena virus rabies. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, kasus gigitan akibat virus Rabies ini pada awal Juni 2023 mencapai 31.113 kasus dari gigitan hewan penular rabies. Sedangkan, untuk kasus kematian yang disebabkan oleh rabies terdapat 11 kasus kematian. Sebanyak 95% dari kasus kematian tersebut kebanyakan disebabkan oleh gigitan anjing yang telah terinfeksi, sedangkan untuk sisanya oleh hewan lain, seperti kucing dan monyet. Penyakit rabies ini menjadi tantangan yang cukup besar di Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun terakhir dengan data yang telah mencapai hingga lebih dari 80.000 orang dengan rata-rata kasus kematian yang mencapai 68 orang. Daerah-daerah di Indonesia yang paling banyak terkena penyakit Rabies ini adalah Kabupaten Sikka, NTT (Nusa Tenggara Timur), dan Kabupaten Timur Tengah Selatan.Â
Rabies merupakan suatu penyakit yang menyerang bagian susunan saraf pusat yang disebabkan oleh Lyssavirus sehingga virus ini dapat menyebabkan penyakit menular akut. Virus ini sangat mematikan dan dapat menyebar ke manusia melalui air liur, gigitan atau cakaran dan jilatan pada kulit yang telah terluka dari hewan yang telah terinfeksi. Akan tetapi, rabies ini paling banyak diinfeksikan melalui gigitan dan cakaran dari hewan, seperti anjing. Seseorang yang terinfeksi virus rabies akan menimbulkan beberapa gejala. Gejala yang ditimbulkan ini, tidak secara langsung akan timbul, tetapi membutuhkan waktu sekitar 30-90 hari dari seseorang tersebut terinfeksi melalui gigitan atau cakaran dari hewan. Gejala awal yang akan dirasakan setelah seseorang terinfeksi adalah kesemutan atau merasa terbakar pada luka gigitan, dilanjutkan dengan demam otot melemah, sakit atau nyeri kepala, mual dan muntah, gangguan tidur, kesulitan menelan ketika makan atau minum, hiperaktif, merasa gelisah, halusinasi, dan adanya produksi air liur yang berlebihan. Gejala awal ini akan secara bertahap untuk berkembang ke arah gangguan neurologis yang lebih parah apabila tidak ditangani dengan baik. Dengan demikian, dalam hal penanganan apabila seseorang telah terkena virus rabies dapat dilakukan beberapa cara penanganan ketika tidak sengaja tergigit oleh anjing yang dapat menularkan virus rabies, yaitu dengan mencuci luka gigitan secepatnya dengan air yang mengalir dan sabun selama 15 menit. Kemudian, dapat diberikan antiseptic dan segera dibawa ke rumah sakit atau puskesmas untuk diberikan serum anti rabies (SAR) dan vaksin anti rabies (VAR).
Pada kebanyakan kasus kematian yang disebabkan infeksi rabies ini karena keterlambatan dalam membawa orang yang tergigit ke pelayanan kesehatan. Orang yang tergigit hewan dengan rabies sebaiknya langsung diberi penangan yang tepat, sehingga virus rabies tidak menyebar ke seluruh tubuh. Pada umumnya, kasus kematian infeksi virus rabies ini biasanya sudah disertai dengan gejala.Â
Tingginya kasus rabies di Indonesia ini didasari karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk mencegah dan menghindari virus rabies ini. Pencegahan akan virus ini dapat berupa memberikan vaksin rabies pada hewan peliharaan, khususnya anjing. Kini sudah banyak klinik hewan yang menyediakan vaksin rabies, sehingga vaksin dapat dengan mudah didapatkan. Dilansir dari berita UGM, dari 34 provinsi di Indonesia hanya 11 provinsi yang dinyatakan bebas rabies karena banyak masyarakat daerah tersebut yang telah memvaksin hewan peliharaan yang dimilikinya. Hal ini tentu sangat disayangkan apabila masih banyak masyarakat yang belum melakukan vaksin pada hewan peliharaannya mengingat upaya pencegahan dengan pemberian vaksin bertujuan untuk melindungi diri sendiri sendiri juga orang disekitar. Tentunya ada sebuah harapan besar agar seluruh provinsi di Indonesia dapat dinyatakan bebas rabies.
Kasus rabies ini tidak dapat dianggap sebagai suatu hal yang sepele dalam kehidupan sehari-hari sehingga dibutuhkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya rabies. Dalam kasus infeksi rabies, anak-anak merupakan golongan yang sangat rentan terkena virus rabies. Hal ini dikarenakan pada sebagian orang tua memiliki sikap untuk membebaskan anaknya dalam berinteraksi dengan hewan disekitarnya. Dengan demikian, hal ini lah yang dapat menjadi salah satu alasan yang membuat anak-anak menjadi rentan terkena virus rabies. Kurangnya kontrol orang tua terhadap interaksi anak dengan hewan disekitarnya membuat anak dapat menjadi sasaran terkenanya infeksi virus rabies menjadi, terlebih lagi apabila orang tua tidak mengetahui ciri-ciri hewan yang terkena virus rabies.Â
Tentu ini menjadi tanggung jawab dari semua kalangan untuk mengendalikan virus rabies. Upaya Pemerintah dapat dilakukan pada wilayah dengan kasus rabies tinggi dengan cara diadakannya pemerataan vaksinasi untuk hewan pembawa rabies (HPR). Selain itu, dapat diadakan pula terkait penyuluhan mengenai pertolongan pertama setelah terkena gigitan hewan pembawa rabies kepada masyarakat. Tak hanya pemerintah, keikutsertaan komunitas pecinta hewan juga dapat memberikan langkah yang baik. Komunitas pecinta hewan dapat membantu memberikan edukasi pada masyarakat mengenai pentingnya vaksinasi bagi hewan peliharaan sehingga dapat mencegah orang-orang yang rentan terkena virus rabies. Dapat disimpulkan, bahwa apabila kita terkena gigitan hewan, khususnya hewan pembawa rabies, kita tidak boleh menganggap itu sebagai sesuatu hal yang ringan. Mengingat bahwa rabies masih menjadi ancaman dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penting sekali untuk kita mengetahui dengan baik terkait penangan awal setelah terkena gigitan hewan pembawa rabies dan cara pencegahan yang paling efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H