Bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang majemuk dan multikultural. Terdapat keanekaragaman budaya, bahasa, agama, suku, dan ras. Identik dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Apa yang menyebabkan Indonesia bisa bersatu walaupun memiliki berbagai perbedaan? Ya, jawabannya adalah Pancasila.Â
Pancasila bukan merupakan sebuah ideologi atau dasar negara yang hanya wajib dihafalkan, akan tetapi harus mampu diejawantahkan dalam setiap sendi kehidupan bermasyarakat kita.Â
Pancasila lahir melalui buah pemikiran dan proses panjang, hasil dari gagasan para founding father kita, yang mana isi dan kandungan dari pancasila mengadopsi dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.Â
Menurut Bung Karno pada pidatonya tanggal 1 Juni 1945, intisari dari pancasila secara sederhana dapat diartikan sebagai "gotong royong". Gotong royong itulah yang menjadi ruh dan nyawa dalam jiwa pancasila. Ketika dihadapkan dengan situasi dan kondisi saat ini, maka konsep gotong royong menjadi relevan dan harus kita lakukan.Â
Di tengah pandemi Covid-19 (Coronavirusdisease-2019) yang tak kunjung mereda ini, maka gotong royong merupakan cara yang dinilai paling ampuh untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.Â
Perlu diketahui bersama, untuk saat ini kasus pasien positif Covid-19 terus melonjak. Per tanggal 21 Juni 2020 jumlah  pasien positif Covid-19 di Indonesia berjumlah 45.891 orang.Â
Sedangkan di Banyuwangi sendiri, sampai tanggal 21 Juni 2020 terdapat 25 kasus positif Covid-19. Tentu, kita semua sebagai warga Blambangan berharap tak ada lagi pertambahan kasus pasien positif Covid-19. Maka dari itu setidaknya ada dua hal yang menjadi strategi kunci menghadapi pandemi ini, yaitu rasa kesadaran dan sinergi semua pihak.Â
Sadar diri merupakan strategi pertama dan paling dasar untuk dilakukan. Saat ini jika kita cermati bersama, masih banyak masyarakat yang abai dan acuh dalam menyikapi pandemi ini. Mereka masih belum sepenuhnya mengetahui dan sadar akan bahaya virus yang berasal dari kota Wuhan, China tersebut.Â
Faktanya adalah virus ini mempunyai tingkat penyebaran cukup cepat, apalagi ketika seseorang tidak dalam keadaan fit atau dalam keadaan sakit. Oleh karena itu, kesadaran ini perlu kita bangun dalam diri sendiri dan orang lain.Â
Kesadaran dalam diri sendiri yakni kita harus sadar bahwa virus ini berbahaya dan mematikan, serta harus menyadari kesehatan fisik seseorang yang utama yang wajib diprioritaskan.Â
Ketika diri sendiri sudah sadar, maka dengan kesadaran tersebut dapat membantu menyadarkan orang lain yang belum sepenuhnya sadar. Ini yang menurut saya menjadi pekerjaan rumah bersama, karena menyadarkan diri sendiri saja terkadang masih susah apalagi menyadarkan orang lain.Â
Maka solusinya adalah memberi sosialisasi dan edukasi kepada orang yang belum sadar tersebut. Sosialisasi dan edukasi bisa dilakukan dengan cara membentuk Desa Tangguh Covid-19 di setiap desa yang ada di Banyuwangi.Â
Dengan adanya Desa Tangguh Covid-19 ini nantinya upaya-upaya preventif bisa terus dilakukan, sehingga bisa memutus mata rantai penyebaran Covid-19.Â
Peran DPRD selaku pembuat regulasi atau kebijakan bisa dilibatkan didalamnya, yakni bisa membuat aturan mengenai setiap desa wajib membentuk Desa Tangguh Covid-19. Berikan reward dan punishment.Â
Lakukan pengawasan dan control social secara berkala dan juga bisa membuat semacam sayembara Desa Tangguh Covid-19 terbaik dan terinovatif. Dengan demikian, nantinya dapat menjadi stimulus para perangkat desa untuk membentuk Desa Tangguh Covid-19 dikarenakan adanya apresiasi dari pemerintah. Kesadaran selanjutnya yakni sadar pengetahuan tentang Covid-19.Â
Masyarakat hendaknya terus menggali informasi seputar Covid-19. Agar pemikiran bisa terbuka dan tak ada lagi kasus penolakan jenazah pasien Covid-19. Hal-hal semacam ini merupakan akibat dari belum sadarnya masyarakat dalam menyerap informasi secara utuh. Mereka yang menolak jenazah pasien Covid-19 umumnya masyarakat yang takut tertular oleh jenazah tersebut.Â
Padahal, ketika sudah dimakamkan dengan protokol kesehatan secara benar dan lengkap, jenazah tersebut sudah aman dan tak perlu ditakutkan akan menulari masyarakat lain. Ketika masyarakat sadar dan melek informasi yang benar maka tak ada lagi perlakuan menolak jenazah Covid-19 yang masih kerap terjadi di berbagai daerah di Indonesia.
Covid-19 telah ditetapkan pemerintah sebagai Bencana Nasional. Untuk menghadapi bencana seperti ini, kita tak boleh terus-menerus bergantung kepada pemerintah. Perlu gotong royong dan kerjasama semua pihak. Dari lapisan atas hingga lapisan bawah. Dari yang membuat kebijakan hingga yang melaksanakannya.Â
Semua harus bersinergi, bersatu, dan  bekerja sama. Dalam hal ini, sebagai contoh adalah pemerintah daerah memberikan intruksi kepada seluruh desa untuk melaksanakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).Â
Maka, seluruh desa harus patuh terhadap intruksi tersebut, jangan mentang-mentang di desanya masih zona hijau lantas mengindahkan intruksi tersebut. Kejadian seperti ini sebagai contoh mengenai sinergi yang belum terjalin dengan baik.Â
Bagaimana dapat mengatasi Covid-19 jikalau tidak bisa diajak bersatu? Abaikan kepentingan ego sektoral terlebih dahulu, Covid-19 adalah kepentingan bersama, kepentingan masyarakat luas.Â
Impact Covid-19 mematikan hampir seluruh sendi perekonomian, perusahaan banyak yang kolaps, para pegawai di PHK, pengangguran bertambah, kemiskinan melonjak.Â
Tentu, ini masalah yang amat kompleks dan rumit. Tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah untuk mengatasi pandemi ini sendiri. Oleh karenanya, sinergi menjadi kunci kedua yang harus dilakukan.
Ketika masyarakat sudah mampu menjalankan kedua strategi tersebut dengan baik, harapannya adalah kita bisa memenangkan peperangan melawan Covid-19.Â
Kehidupan yang normal seperti sedia kala adalah suatu hal yang didambakan lagi oleh masyarakat Banyuwangi dan seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu, mari bersama-sama bersinergi dan membangun kesadaran diri agar pagebluk ini bisa berakhir dan masyarakat kembali hidup normal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H