Di sebuah senja di angkringan Lik Marji, terasa sejuk karena baru saja diguyur hujan. Sesekali percikan bara api melompat dan bersuara. Lik Marji mengipasi bara api memanaskan ceret berisi air.
"Apalagi ini! Peraturan kok berubah-berubah, milih presiden aturanya berubah terus! Brak brak brak!" Paimin begitu kesal dengan pemberitaan di surat kabar yang sedang ia baca di angkringan Lik Marji. Ia menunjuk-nunjuk dengan penuh emosi sembari memperlihatkan ke Lik Marji.
"Opo to Min! Nggak usah emosi Min! Ini lho gelas-gelas dan daganganku bisa jatuh semua!" Gerobak Lik Marji bergoyang saat Paimin menunjuk-nunjuk surat kabar dengan emosi tingkat tinggi.
"Iya Min iya, kamu boleh emosi tapi yo ati-ati gerobakku bisa ambruk ini. Ngapain juga kita mikir terlalu berat Min, wong ya presiden ganti nggak ngaruh ke kita. Kebutuhan tetep mahal, pajak juga katanya terus naik. Monggo Pak Yadi ini susu jahenya." Ujar Lik Marji sembari mengaduk susu jahe pesanan Pak Yadi loper koran.
"Jangan salah! Pemimpan bangsa, kebijakannya berpengaruh ke kehidupan kita Lik! Kita harus kritis!" Ujar Paimin yang tetap bersikukuh memegang argumentasinya.
"Kring...kring...kring...Assalamualaikum!" Parjo menyenderkan pit kebo kesayangannya di sisi kanan angkringan Lik Marji.
"Waalaikumsalam!" Jawab orang-orang yang ada di dalam tenda angkringan Lik Marji. Di sana selain Lik Marji dan Paimin ada pula Pak Yadi loper koran dan juga Alex hansip.
Parjo duduk di samping Alex sembari menyomot pisang goreng panas yang baru saja matang, "Lik es teh tanpa gula!" Parjo memesan es teh sebagai pereda rasa dahaga.
"Dari mana mas Parjo kok terlihat capai sekali?" Tanya Alex dengan logat timur. Alex merupakan pendatang dari Fak-fak dan di lingkungan dipercaya menjadi hansip.
"Biasa Lex, ngarit." Jawab Parjo sambil mengunyah pisang goreng.
Suasana yang sempat hening sejenak, kembali gaduh. Paimin yang sedari tadi fokus pada surat kabar. Kembali mengoceh merespon pemberitaan yang menjadi tajuk utama.
"Presidential Threshold dihapuskan, apalagi ini? Pemilu kemarin aja ribut melulu, besok mau seperti apa?" Paimin terus mengomel.
"Presidential Threshold itu apa to Min? Kok gayamu keminggris banget!" Ujar Lik Marji sambil memberikan es teh pesanan Paijo.
"Aku yo ra ngert e Lik (aku juga tidak tahu Lik)!" Respon Paimin sambil tertawa kecil dan disambut tertawa pengunjung lainnya terbahak-bahak.
"Ambang batas minimal pengusulan calon presiden dan calon wakil presiden, yang kali ini dihapuskan oleh MK. Sehingga semua peluang pencalonan calon presiden dan wakil presiden semakin terbuka lebar bagi siapapun." Pak Yadi loper koran menjelaskan dengan detil. Semua yang ada menganggukan kepala, seakan-akan mencoba memahami.
"Wah kalau begitu, aku bisa nyapres dong Pak? Hahaha!" Tanya Parjo kepada Pak Yadi.
"Wah sepertinya bisa Jo! Maju Jo! Hahahaha." Jawab Pak Yadi.
"Ok Pak, yawis kalau aku jadi presiden nanti, tenang saja selama periode kepemimpinanku kalian semua gratis makan minum di angkringan Lik Marji!" Ujar Parjo sembari tertawa terpingkal-pingkal.
"Ealah gayamuuuu Jo Parjo! Hahahaha" Semua tertawa semua bahagia.
Sebuah obrolan santai di angkringan, mengkritisi kebijakan pemerintah yang begitu dinamis. (prp)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI