Suasana yang sempat hening sejenak, kembali gaduh. Paimin yang sedari tadi fokus pada surat kabar. Kembali mengoceh merespon pemberitaan yang menjadi tajuk utama.
"Presidential Threshold dihapuskan, apalagi ini? Pemilu kemarin aja ribut melulu, besok mau seperti apa?" Paimin terus mengomel.
"Presidential Threshold itu apa to Min? Kok gayamu keminggris banget!" Ujar Lik Marji sambil memberikan es teh pesanan Paijo.
"Aku yo ra ngert e Lik (aku juga tidak tahu Lik)!" Respon Paimin sambil tertawa kecil dan disambut tertawa pengunjung lainnya terbahak-bahak.
"Ambang batas minimal pengusulan calon presiden dan calon wakil presiden, yang kali ini dihapuskan oleh MK. Sehingga semua peluang pencalonan calon presiden dan wakil presiden semakin terbuka lebar bagi siapapun." Pak Yadi loper koran menjelaskan dengan detil. Semua yang ada menganggukan kepala, seakan-akan mencoba memahami.
"Wah kalau begitu, aku bisa nyapres dong Pak? Hahaha!" Tanya Parjo kepada Pak Yadi.
"Wah sepertinya bisa Jo! Maju Jo! Hahahaha." Jawab Pak Yadi.
"Ok Pak, yawis kalau aku jadi presiden nanti, tenang saja selama periode kepemimpinanku kalian semua gratis makan minum di angkringan Lik Marji!" Ujar Parjo sembari tertawa terpingkal-pingkal.
"Ealah gayamuuuu Jo Parjo! Hahahaha" Semua tertawa semua bahagia.
Sebuah obrolan santai di angkringan, mengkritisi kebijakan pemerintah yang begitu dinamis. (prp)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H