Sekitar empat tahun lalu, saya ingat betul keinginan saya untuk mencoba menulis begitu kuat. Seketika platform yang saya pilih adalah kompasiana untuk menuangkan gagasan, ide, pemikiran, dan sudut pandang yang perlu ruang untuk diluapkan. Berbekal memori saat pembelajaran Bahasa Indonesia ketika berada di bangku SMA, saya pun memberanikan diri untuk menulis.
"Menulis adalah bekerja untuk keabadian -- Pramoedya Ananta Toer"
 Ide, gagasan, pemikiran, dan sudut pandang yang muncul di dalam kepala, sayang sekali jika lenyap begitu saja. Sebab itu melalui media tulisan saya ingin mengabadikan hal-hal tersebut. Setidaknya ini menjadi salah satu cara bagi saya untuk mengikat pengetahuan yang saya pernah dapatkan dan juga sebagai media untuk merekam sebuah peristiwa, agar tidak hilang begitu saja, sehingga menjadi sebuah memori yang tak akan lekang oleh waktu karena terarsip dengan baik secara digital.
Tidak Hanya Menulis, Namun Juga Menjalin Silaturahim dengan Kompasianer
Ternyata, platform kompasian bukan hanya sekedar tempat menulis saja, lebih dari itu. Melalui kompasianya saya merasakan energi positif yang begitu nyata. Bagaimana tidak, melalui platform kompasiana saya berjumpa dengan banyak penulis yang kerap kali disebut sebagai kompasianer. Saling memberikan label dan komentar positif serta konstruktif di setiap artikel yang rilis semakin memperkuat ikatan dan menjadi energy booster bagi saya untuk senantiasa istiqomah dalam menulis, menulis apapun yang bermanfaat, menulis hal baik yang jangan sampai menjadi penyesalan di akhir nanti. Selain itu, banyak sekali pula kegiatan yang diselenggarakan oleh komunitas kompasianer, kumpul-kumpul bareng, diskusi bareng, dan kegiatan lainnya yang mempererat tali silaturahim. Saya yakin betul ketika silaturahim terjaga maka energi positif yang masuk kedalam diri akan semakin banyak dan membuat lebih berdaya.
Ketika Banyak yang Bertanya
Sebuah prosedur yang tidak akan pernah saya lewatkan adalah ketika selesai menulis, saya kan membagikannya melalui media sosial yang saya miliki, yang paling sering melalui story whatsapp. Tiap kali saya membagikan artikel yang saya tulis, bersyukur sekali selalu ada saja yang memberikan respon. Cara meresponnya pun beragam, ada yang seketika memberikan komentar melalui whatsapp ada pula yang keesokan harinya saat berjumpa memberikan tanggapan. Tanggapan yang muncul pun tidak selalu mendukung, ada pula yang kontra dan pada saat itu juga tercipta sebuah obrolan santai saling berbagi satu sama lain, namun pada akhirnya memberikan apresiasi, hal ini menjadi sebuah rutinitas yang sangat mengasyikkan bagi saya. Satu hal lagi yang membuat saya bahagia adalah ketika tulisan saya mendapatkan respon dari murid-murid di sekolah. Saya begitu bahagia ketika tulisan saya mampu memantik murid-murid dalam bernalar kritis hingga pada akhirnya mereka berani mengungkapkan pendapatnya sehingga tercipta diskusi yang asyik di ruang kelas. Setelahnya, tak jarang saya menggunakan artikel-artikel yang saya tulis di kompasianya sebagai salah satu referensi penunjang sumber belajar dalam pembelajaran di kelas.
"Menulis bukan hanya tentang menuangkan isi pikiran, namun lebih dari itu yakni tentang menebar energi positif untuk kebermanfaatan dan kemashalatan."
Ketika Banyak yang Ingin Mencoba
Ketika saya sedang mengetik di depan komputer jinjing, seringkali ada yang mendekat dan bertanya tentang apa yang sedang saya lakukan dan juga tentang artike yang pernah saya share beberapa waktu sebelumnya. Menyikapi hal ini tentunya saya merespon dengan sumringah, ternyata ada yang tertarik dan antusias dengan hobi yang saya lakukan selama ini, dengan senang hati saya menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan. Bahkan tak jarang pula murid-murid saya yang sudah duduk di bangku kuliah, tiba-tiba mengirim pesan melalui whatsapp ataupun DM Instagram mengenai bagaimana langkah-langkah menulis di kompasiana. Betapa bahagianya saya! Hal ini menunjukkan bahwasannya ada dampak positif yang dapat dirasakan orang-orang disekeliling saya, hal ini pula menjadi energi positif bagi diri saya untuk istiqomah dalam berbagi melalui tulisan.
Ketika Saya Dipanggil "Mas Penulis"
Sesekali saya mendapatkan kesempatan untuk berbagi praktik baik dalam berbagai forum. Bukan hanya di sekolah namun juga di komunitas-komunitas di luar sekolah. Sangat menyenangkan ketika mendapatkan kepercayaan dan kesempatan seperti ini. Satu hal yang membuat saya begitu bahagia adalah ketika orang-orang memanggil saya dengan sebutan baru, yakni, "Mas Pram Penulis." Kaget? Jujur saya sangat kaget, karena kemampuan saya menulis jelas masih banyak kekurangan di sana sini. Pun ritual menulis yang saya lakukan hanya sebatas hobi, bahkan terkadang saya menyadari tulisan saya jauh dari teori-teori ilmu kepenulisan yang ada. Tidak ada sama sekali latar belakang akademis di dunia kepenulisan, hanya bergantu pada ilmu yang pernah saya dapatkan ketika jam pelajaran Bahasa Indonesia saat duduk di bangku SMA. Namun, walau begitu saya sangat bahagia dan bersemangat dalam mengembangkan diri.
Â
Berdendang bergoyang main rebana
Bernyanyi lagu judulnya Zakiya
Enam belas tahun Kompasiana
Semakin berdampak dan berdaya
Berjumpa dengan kompasiana adalah sebuah momen indah dalam diri saya. Sebuah ruang untuk mengamalkan ilmu yang pernah saya dapatkan di bangku sekolah dan juga mengasah ketrampilan di bidang kepenulisan, serta yang utama adalah tentang bagaimana bekerja untuk keabadian yakni dengan menulis. Berjejaring, bersilaturahim menambah saudara, dan juga menginspirasi banyak orang adalah wujud nyata dampak positif dari apa yang saya lakukan selama ini, menulis di kompasiana. Respon positif yang seringkali saya dapatkan membuat saya semakin berdaya dan selalu bersemangat. Terimakasih, kompasiana! Bersama kompasiana, berdampak dan berdaya! Selamat ulang tahun yang ke-16 Kompasiana! (prp)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H