Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tiga Model Pembelajaran PJOK Ini Bikin Murid Makin Hepi

6 Desember 2023   15:15 Diperbarui: 7 Desember 2023   13:20 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sport Education Model Mengoptimalkan Ragam Potensi yang Dimiliki Murid - Sumber : kompas.com

"Mendapati murid yang tidak bersemangat dalam pembelajaran PJOK, menjadi bahan perenungan bagi guru untuk memberikan sentuhan pada pembelajaran agar semua murid dapat kembali bergembira dalam belajar."

Sudah menjadi sebuah keniscayaan bahwasannya tiap murid terlahir dengan kekhasannya masing-masing. Tiap-tiap mereka memiliki minat bakatnya sendiri-sendiri. Ada murid yang memiliki kelebihan pada psikomotornya, ada pula yang memiliki kelebihan pada segi kognisinya, atau bahkan keduanya. 

Lalu dalam Mata Pelajaran (Mapel) Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) bagaimana memfasilitasi keberagaman murid tersebut? 

Memang seringkali ditemukan bahwasannya murid sangat antusias ketika menyambut jam PJOK, namun sesekali ditemukan pula satu atau dua orang murid yang enggan bergerak mengikuti pembelajaran PJOK, hanya duduk di pinggir lapangan. Hal ini tentunya menyisakan sebuah pertanyaan bagi seorang guru PJOK tentang apa yang terjadi pada murid tersebut. 

Fenomena seperti ini perlu menjadi perenungan bagi seorang guru PJOK untuk memberikan sentuhan dalam pembelajaran agar semua murid dapat lebih antusias dan bersemangat untuk belajar bersama. 

PJOK berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan gerak murid dan mengedukasi terkait gaya hidup aktif dan sehat. 

Berikut model pembelajaran PJOK yang dapat menjadi alternatif pilihan untuk diterapkan.

Model Pendidikan Gerak

Dalam pembelajaran gerak, perlu menyadari fungsi dan peran gerak itu sendiri. Ketika seseorang memiliki ketrampilan gerak yang baik tentunya akan sangat bermanfaat dalam kegiatan kesehariannya sehingga dapat lebih produktif. 

Pembelajaran gerak harus melalui fase-fase tertentu mulai dari fase membangun pondasi (TK - kelas 5), mengeksplorasi kemungkinan (kelas 6 - 8), dan mengembangkan keahlian (kelas 9 - 12). 

Selain itu perlu pula untuk memperhatikan konsep gerak, yakini konsep tubuh (apa yang bergerak), konsep ruang (ke arah mana gerak dilakukan), konsep usaha (bagaimana gerak dilakukan), dan konsep keterhubungan (dengan siapa atau memakai apa gerak tersebut dilakukan). 

Melalui model pendidikan gerak ini, murid dapat lebih eksploratif sehingga nantinya akan sangat bermanfaat untuk aktivitas kesehariannya.

Model Pendidikan Kebugaran (Fitness and Wellness Education Model)

"Tiap murid memiliki kondisi fisik yang berbeda-beda, sebab itulah perlu program latihan kebugaran yang berbeda pula antara satu dengan lainnya."

Derajat kebugaran jasmani berperan penting dalam produktivitas seseorang. Dalam pembelajaran PJOK terdapat kebugaran jasmani terkait dengan kesehatan yang mencakup daya tahan kardiorespiratori, daya tahan dan kekuatan otot, kelenturan, dan komposisi tubuh. 

Hal ini menjadi bagian penting dalam upaya peningkatan kebugaran jasmani murid melalui pembelajaran PJOK. Tujuannya jelas, selain peningkatan kebugaran jasmani untuk kesehatan murid itu sendiri model pendidikan kebugaran berperan dalam upaya penerapan gaya hidup aktif dan sehat bagi murid dalam jangka panjang. 

Ada beberapa hal penting terkait bagaimana penerapan model pendidikan kebugaran ini. Program latihan yang tepat dan prinsip dasar latihan menjadi hal yang sangat penting dan penerapannya perlu ketelitian. 

Dalam sebuah program latihan agar berjalan dengan baik dan progresif perlu menerapkan prinsip FITT. 

Apa yang dimaksud dengan FITT? Yakni, Frequency, Intensity, Time, dan Type. Banyaknya latihan dalam satu minggu inilah yang disebut dengan frequency dalam program latihan kebugaran. 

Intensity berkaitan dengan berat ringannya latihan. Time, durasi latihan dalam satu sesi, dan Type adalah kesesuaian model latihan dengan tujuan latihan itu sendiri.

Lalu, dalam latihan perlu memperhatikan murid dengan keragaman kondisi fisik yang dimiliki serta riwayat kesehatan yang dimiliki olehnya. Tiap murid tidak bisa disamaratakan dalam melaksanakan program latihan. Terdapat prinsip latihan yang harus menjadi pedoman, yakni overload, peningkatan beban atau beban berlebih yang variatif. 

Selanjutnya ada progressive, yakni setiap latihan harus ada peningkatan dari waktu ke waktu. Dalam latihan harus ada kekhusuan latihan (specificity), teratur (regularity), dan memperhatikan bahwa tiap murid memiliki kondisi fisik dan riwayat kesehatan yang berbeda (individuality).

Model Sport Education Model (SEM)

"Sport Education Model mengoptimalkan minat dan bakat murid dalam PJOK."

Ketika semua murid terlibat aktif dalam pembelajaran tentunya hal ini akan berdampak positif bagi perkembangan murid itu sendiri, dalam hal ini pada mapel PJOK. 

Melalui SEM, murid tidak hanya belajar bagaimana bermain sepakbola, basket, atau cabang olahraga lainnya namun mereka juga dapat belajar bagaiamana mengatur strategi, menyelenggarakan pertandingan, atau mungkin menganalisis sebuah pertandingan. 

Selain itu melalui SEM, murid tidak hanya berperan sebagai pemain, namun juga dapat berperan sebagai manager tim, pelatih, wasit, atau bahkan tim jurnalistik. Mengasyikkan bukan?

Lalu, sebenarnya apa yang ingin dikembangkan melalui SEM ini? 

Terdapat tiga poin yang ingin diwujudkan yakni a competitive sportperson (pelaku olahraga yang kompetitif yang memahami segala seluk beluk terkait taktik dan strategi dan mampu membangun jiwa kompetitif), a literate sportperson (pengembangan literasi murid terkait olahraga dengan segala perannya serta membedakan baik buruk dalam sebuah proses yang dilalui), dan an enthusiastic sportperson (menumbuhkan antusias dalam berolahraga sehingga terus berguna sepanjang hayat). 

SEM dapat mengakomodir kebutuhan murid yang beragam. Permasalahan antusiasme murid dalam PJOK dapat diatasi dengan model pembelajaran seperti ini. 

Murid yang merasa tidak percaya diri akan kemampuan atau ketrampilannya dalam berolahraga akan merasa dihargai ketika ia diberikan kesempatan untuk terlibat pada posisi yang memang ia sukai sesuai minat dan bakatnya.

Melihat murid yang hanya duduk terdiam di pinggir lapangan entah karena tidak percaya diri atau karena persoalan lainnya menjadikan bahan perenungan bagi seorang guru PJOK. 

Mengingat kembali bahwasannya PJOK memiliki peran penting dalam penerapan gaya hidup aktif sehat sepanjang hayat memantik seorang guru untuk dapat memberikan sentuhan dalam pembelajarannya agar semua murid dapat aktif terlibat dengan penuh suka cita. 

Setiap murid memiliki kekhasan dan memiliki hak yang sama dalam pemenuhan kebutuhan geraknya, sebab itulah penerapan model pembelajaran yang tepat menjadi kunci sukses pembelajaran PJOK yang berpihak kepada murid. (prp)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun