Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Optimalisasi Aset Sekolah untuk Pembelajaran PJOK yang Menyenangkan

5 Desember 2023   15:39 Diperbarui: 6 Desember 2023   02:11 2074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Berkeluh kesah terus-menerus hanya akan memperburuk keadaan, mencoba melihat dari berbagai perspektif positif merupakan langkah tepat untuk memperbaiki keadaan."

Ketika pembelajaran mata pelajaran (mapel) Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK), sering kali menemukan beragam permasalahan yang berpengaruh pada optimal atau tidaknya pembelajaran itu berjalan. 

Keterbatasan sarana dan prasarana penunjang menjadi momok utama dalam mapel PJOK. Lapangan olahraga yang tidak standar, kualitas bola yang buruk, atau bahkan mungkin tidak memiliki sama sekali sarana prasarana penunjang pembelajaran PJOK. 

Berkeluh kesah? Bukanlah opsi yang tepat, mengingat pembelajaran harus tetap berjalan dan murid-murid selalu menantikan mapel ini. Ketika bel pergantian jam pelajaran berbunyi, mereka akan begitu antusias menyambut mapel PJOK. 

Lalu, apakah energi positif ini akan disia-siakan begitu saja? 

Mencoba melihat dari berbagai macam perspektif positif menjadi pilihan tepat untuk tetap dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi murid-murid tercinta di sekolah. Mencoba berpikir berbasis aset adalah salah satu upaya yang tepat. Bagaimana? Berikut ulasannya.

Ada tujuh poin bagaimana berpikir berbasis pada aset, poin-poin tersebut adalah modal manusia, modal fisik, modal finansial, modal lingkungan, modal agama budaya, modal sosial, dan modal politik. 

Tidak ada lapangan sepak bola standar, sepak bola di pasir pantai masih dapat dilakukan bagi sekolah yang berada di pesisir - Sumber: travel.kompas.com
Tidak ada lapangan sepak bola standar, sepak bola di pasir pantai masih dapat dilakukan bagi sekolah yang berada di pesisir - Sumber: travel.kompas.com

Ketika pada poin tertentu terdapat permasalahan atau keterbatasan, pantang rasanya hanya diam dan mengeluh saja, sebaliknya perlu memantik daya kreativitas untuk dapat melihat sisi-sisi positif yang dimiliki sekolah dari modal-modal lainya yang berpotensi. 

Berpikir berbasis aset ini juga dapat diterapkan dalam pembelajaran PJOK. Keterbatasan bukanlah sebuah penghalang, namun akan menjadi pemantik daya kreativitas bagi guru PJOK itu sendiri.

"Keterbatasan bukanlah sebuah penghalang, namun akan menjadi pemantik daya kreativitas bagi guru PJOK untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna."

Baca Juga : Pembelajaran PJOK yang Inklusif dan Tidak Diskriminatif

Berpikir Berbasis Aset

Menghadapi keterbatasan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran PJOK dengan mencoba melihat potensi aset lainnya adalah langkah solutif. Masih ada aset-aset lainnya yang dapat dioptimalkan. 

Pertama modal manusia, tentunya seorang guru pjok memiliki pengalaman dalam hal mengajar atau mungkin pengalaman lainnya yang dapat diterapkan saat pembelajaran. Daya kreativitas yang dimiliki oleh guru pjok akan dapat memodifikasi sebuah permainan untuk pembelajaran meski dalam keterbatasan. 

Ukuran lapangan yang tidak standar, bukan sebuah permasalahan dalam pembelajaran. Mengoptimalkan ruang yang ada masih dapat melaksanakan pembelajaran PJOK, ini sebagai wujud berpikir berbasis aset terkait modal fisik. 

Udara yang segar dan bersih pun juga menjadi sebuah aset yang dapat dimanfaatkan ketika tidak ada lapangan olahraga yang mumpuni.

Berolahraga meningkatkan kebugaran jasmani dengan berlari di lingkungan sekitar sekolah dapat meningkatkan daya tahan kardio respiratori, wujud nyata pemanfaatan modal lingkungan. 

Ragam pilihan model latihan kebugaran jasmani tanpa menggunakan alat yang cukup mahal juga menjadi solusi ketika dihadapkan dengan permasalahan terkait modal finansial.

Terdapat banyak contoh berpikir berbasis aset dalam pelaksanaan pembelajaran PJOK dengan melihat potensi-potensi yang dimiliki sekolah dari segi modal manusia, fisik, lingkungan, finansial, agama budaya, sosial, hingga politik. 

Simpulannya, ketika dihadapkan dengan keterbatasan saat pembelajaran PJOK, berkeluh kesah hanya akan memperburuk keadaan, sebaliknya berpikir berbasis aset akan memantik daya kreativitas dalam upaya mengoptimalkan pembelajaran PJOK yang menyenangkan dan bermakna. 

Sekali lagi antusiasme murid dan energi positif murid ketika menyambut mapel PJOK jangan sekalipun menjadi sia-sia begitu saja. Berkreativitas dengan berpikir berbasis aset untuk menangkap harapan murid-murid tercinta adalah langkah yang tepat dan bijak. (prp)

Program Pengembangan Keprofesian Guru PJOK

Balai Besar Guru Penggerak Jawa Tengah

Prama Ramadani Putranto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun