Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Laku Kembara Ilmu Guru Penggerak #5: Tak Perlu Takut untuk Menjadi Beda

16 Agustus 2023   15:27 Diperbarui: 16 Agustus 2023   15:32 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi - Sumber: kompas.com

"Setiap orang itu jenius. Tapi, jika anda menilai seekor ikan dari kemampuannya memanjat pohon, seumur hidup dia akan menganggap dirinya bodoh." - Albert Einstein

Mengikuti kegiatan Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) Angakatan 7 Kabupaten Semarang bagi saya merupakan sebuah anugerah. Bagaimana tidak, untuk dapat lolos mengikuti program ini benar-benar perlu perjuangan yang luar biasa. Saya sempat terjatuh, tidak lolos seleksi PPGP Angkatan 5. Namun hal itu tak membuat saya semakin terpuruk dan terjebak dalam keputusasaan berkepanjangan. Sebaliknya, semakin memantik semangat saya untuk terus mecoba. Rasanya begitu bersyukur dapat mengikuti program ini. Bertemu dengan teman-teman baru dengan pengalaman dan prestasi segudang ditambah lagi dengan kesempatan belajar yang semakin terbuka utamanya tentang bagaimana pembelajaran terkini, pembelajaran yang berpihak kepada murid, dan bahkan tentang manajerial sekolah. Menarik bukan?

Baca Juga : Saya Gagal Seleksi Guru Penggerak Angkatan 5

Semangat Ki Hadjar Dewantara Membuka Wawasan tentang Pendidikan yang Sebenarnya

Ki Hadjar Dewantara, bapak pendidikan nasional kita sebenarnya telah banyak mengajarkan banyak hal tentang bagaimana pendidikan di Indonesia itu berjalan sebagaimana mestinya. Salah satu ajaran beliau sebagai pembuka dalam program ini adalah tentang guru yang harus mampu menuntun murid sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya. Hal ini sungguh luar biasa, mengapa? Pada momen mempelajari falsafah Ki Hadjar Dewantara, ajaran ini begitu menggelitik bagi saya dan seketika itu melakukan refleksi tentang bagaimana pendidikan yang dulu pernah saya alami dan bagaimana saya sebagai guru dalam menerapkan ajaran tersebut, sudah terlaksana atau masih jauh dari harapan. 

"Sudah pembelajarannya sama, cara penilaiannya pun sama, bahkan semuanya disamaratakan. Menjadi beda rasanya tidak berani."

Sebuah refleksi ketika duduk di bangku sekolah dimana pembelajaran yang diterima cenderung sama, cara penilaiannya pun juga sama, sedihnya lagi kalau seseorang yang pintar itu hanya dinilai dari seberapa baik nilai matematikanya. Hmmmm, hal ini sungguh tidak adil rasanya. Menjadi beda pada saat itu seperti melakukan sebuah kesalahan besar. Takut! Tak ada keberanian sedikitpun! Kembali lagi pada falsafah Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan itu harus sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman murid itu sendiri. Mencoba menelaah kembali bahwasannya dapat ditarik sebuah simpulan, setiap anak itu unik, setiap anak itu khas, dan tentunya memiliki keragaman potensi yang harus dikembangkan dan adaptif dengan perkembangan zaman yang ada. Nah, ini dia pendidikan yang diidamkan, pendidikan yang berpihak kepada murid dengan segala potensi beragam yang dimilikinya.

Baca Juga : Menebarkan Energi Positif, Ingat Pesan Mbah Moen!

Pembelajaran Berdiferensiasi Sebagai Solusi Optimalkan Potensi

Pada PPGP Angkatam 7 ini saya menemukan pengalaman baru tentang bagaimana menerapkan pendidikan yang sesuai dengan ajaran dan falsafah bapak pendidikan nasional kita Ki Hadjar Dewantara, tentang bagaimana mengakomodir kebutuhan murid yang beragam. Sebuah kesalahan yang pernah dialami di masa lampau tak boleh lagi terjadi untuk sebuah transformasi pendidikan yang bermula dari diri sendiri. Adalah pembelajaran berdiferensiasi yang diterapkan dalam pembelajaran masa kini sebagai solusi. Sebenaranya apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi? Pembelejaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang dikembangkan untuk merespon dan memfasilitasi kebutuhan murid yang beragam, bisa dilihat dari minat, bakat, kesiapan, atau potensi dari murid itu sendiri. 

Pembelajaran berdiferensiasi ini mampu melihat murid dengan segala potensinya, meski beragam tetap akan dapat terakomodir dengan baik kebutuhan belajarnya. 

Pada momen pembelajaran ini, saya menemukan hal penting yang dapat mengoptimalkan penerapan pembelajaran berdiferensiasi ini. Ada tiga hal, yakni diferensiasi konten, diferensiasi produk, dan diferensiasi proses. Bagaimana penjelasannya? Pertama terkait dengan diferensiasi konten, yakni terkait dengan isi materi dalam pembelajaran diharapkan mampu mengakomodir murid yang beragam, akan selalu ditemukan tentang bagaimana penguasaan materi dari murid itu sendiri. 

Ada yang mampu menguasai dengan baik, sebagian, atau bahkan mungkin angka keterserapan materinya sangat rendah. Hal demikian perlu metode khusus pula dalam mengoptimalkan gaya belajar murid yang berbeda-beda dalam penyampaian materinya. Selanjutnya adalah diferensiasi proses, dalam sebuah proses pembelajaran tiap-tiap murid memiliki gaya belajar yang berbeda, desain bagaimana menyampaikan materi dalam sebuah proses pembelajaran ini begitu berperan penting. Keterserapan materi bergantung pula pada bagaimana seorang guru menyampaikan dan atau menginstruksikan murid dalam sebuah proses pembelejaran dengan mempertimbangkan gaya belajar murid yang tepat. Terakhir adalah diferensiasi produk, secara sederhana penilaian hasil belajar pun juga disesuaikan dengan gaya belajar murid itu juga. Bisa saja pada satu materi yang sama, produk hasil belajar tiap murid berbeda-beda.

Sebuah penceraham untuk sebuah transformasi pendidikan yang lebih baik, kembali mengingat ajaran Ki Hadjar Dewantara tentang keragaman murid dengan segala keunikan dan kekhasanya yang dimilikinya harus terakomodir dengan baik adalah hal yang tepat, bagai oase di padang gurun. Hal demikian demi memfasilitasi murid secara optimal dalam menemukan potensi dirinya. Kesalahan masa lampau pantang rasanya terulang kembali untuk pendiikan yang lebih maju. Pendidikan harus mampu memanusiakan manusia dan tentunya harus mampu pula memfasilitasi keragaman yang ada. Tak perlu takut untuk menjadi beda! (prp)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun