"Program Pendidikan Guru Penggerak? Apa sih itu? Kok bikin penasaran ya!"
Ketika mendapatkan informasi terkait Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP), seketika saya merasa penasaran, "Program apalagi ini?" Muncul pertanyaan, saat kepala sekolah di tempat saya mengajar mengadakan sosialisasi dan mendorong untuk mengikuti program ini. Beliau menyampaikan begitu banyak hal positif yang akan didapat, baik bagi pengembangan diri guru itu sendiri, lingkungan sekitar dimana guru itu berada, hingga tentunya bagi sekolah dimana guru tersebut bernaung.Â
Awalnya saya berpikiran bahwasannya PPGP dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) ini akan mengajak guru-guru untuk bersama-sama membangun negeri melalui pendidikan di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Berangkat dari iming-iming hal positif dari kepala sekolah dan juga rasa penasaran serta semangat bertualang dan berbagi energi positif melalui pendidikan, akhirnya saya pun memberanikan diri mendaftar PPGP Angakatan 5.Â
Saya Gagal, Saya Tidak Lolos Seleksi PPGP Angkatan 5
Semua berkas persyaratan sudah saya siapkan sedemikian rupa. Semangat saya begitu tinggi! Membuat esai yang cukup panjang pun saya lakukan demi mengikuti program ini. Tak lama berselang pengumuman tahap pertama pun dirilis, bersyukur saya lolos seleksi tahap pertama. Selanjutnya saya siapkan kembali amunisi untuk menghadapi tahapan seleksi selanjutnya, yakni micro teaching dan wawancara.Â
Cukup lama menunggu giliran untuk mengikuti tahapan tersebut, sehingga cukup rasanya waktu untuk mempersiapkan diri. Hingga waktunya pun tiba, saya menjalani tes micro teaching, poin penting dalam mengajar tidak saya lewatkan. Mulai dari membuka pelajaran, menyampaikan materi inti, hingga menutup pelajaran berjalan dengan mulus. Setelah itu, sesi wawancara. Cukup banyak sekali pertanyaan yang diajukan, terkadang pertanyaan itu begitu kritis sehingga saya pun terjebak dalam kebingungan. Sudah tegang, bingung pula. Kolaborasi yang pas! Wawancara yang saya lalui tidak berjalan mulus sesuai rencana. Saya tidak terlalu berharap! Benar saja selang sekitar satu hingga dua bulan kemudian, pengumuman resmi dirilis. Tidak ada nama saya!
"Sekali layar terkembang, pantang rasanya surut ke belakang!" Kalimat motivasi itu terus membakar semangat dari dalam diri saya. Saya begitu menginginkan untuk dapat mengikuti PPGP ini. Hal ini merupakan wujud nyata semangat Kembara Ilmu yang saya lakoni, terlebih sebagai seorang guru, pantang rasanya berpuas diri dan berhenti belajar.Â
Saya tunggu momen yang tepat, pada akhirnya terbuka kembali peluang itu. Saya mendaftar seleksi PPGP Angkatan 7. Kegagalan merupakan pengalaman berharga, saya tidak mau lagi jatuh di lubang yang sama.Â
Hasil refleksi kegagalan itu menjadi pemantik untuk instropeksi diri, saya persiapkan berkas dan esai dengan lebih baik, saya siapkan mentalitas untuk menghadapi tahapan micro teaching dan wawancara kembali dengan lebih baik. Ketika saya melakoni tes wawancara pada seleksi PPGP Angkatan 5, saya menyadari saya tidak mampu menjawab secara jelas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, padahal pertanyaan-pertanyaan itu erat kaitannya dengan esai yang sebelumnya saya tulis. Saya sangat menyadari kesalahan yang saya lakukan, yakni terlalu tegang dan terbawa suasana. Pada seleksi PPGP Angakatan 7 saya tidak akan mengulangi kesalahan-kesalahan itu lagi, begitu kira-kira afirmasi yang saya lakukan. Afirmasi itu berhasil, bersyukur akhirnya lolos PPGP Angkatan 7. Siap untuk mengikuti pendidikan!
Rasa Penasaran itu Semakin Tinggi
Setalah dinyatakan lolos, saya semakin penasaran. Apakah benar PPGP ini seperti yang saya kira sebelumnya atau tidak. Namun dalam hati saya berkata, bagaimanapun nanti akan terus saya hadapi dengan semangat dan tanggung jawab, hal ini merupakan wujud menghargai perjuangan dan jatuh bangun yang sudah saya lakukan. Tidak ada kata gagal, yang ada adalah kata belajar di setiap kita terjatuh.Â
Nama saya tercantum dalam surat resmi yang dirilis oleh Kemdikbud. Saya berhasil lolos seleksi PPGP Angakatan 7 dan saya pun berhak mengikuti pendidikan yang telah diprogramkan. Semangat itu terbakar, mengapa? Karena inilah wujud tanggung jawab saya sebagai seorang guru untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Bukan hanya untuk diri sendiri namun juga berkewajiban untuk menebar energi positif itu untuk kebermanfaatan dan kemashlahatan. Sebuah laku kembara ilmu. (prp)
Prama Ramadani Putranto
PPGP Angkatan 7
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H