"Apa yang anda rasakan ketika kepala sekolah melakukan supervisi akademik? Degup jantung berdebar lebih kencang? Atau merasa semakin tertekan dan rasanya ingin ke kamar kecil terus? Tepatkan hal demikian terjadi kala pelaksanaan supervisi akademik?"
Kegiatan supervisi akademik biasanya rutin sekali dilakukan di sekolah. Biasanya hal ini dilakukan oleh kepala sekolah atau pihak-pihak terkait lainnya yang memiliki kewenangan dalam pelaksanaan supervisi akademik tersebut. Mulanya diketahui bersama bahwa kegiatan supervisi akademik ini bertujuan untuk membantu menggali potensi dalam upaya pengembangan, dalam hal ini jika guru yang disupervisi artinya diharapkan mampu mengembangkan diri dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu kegiatan supervisi ini diharapkan pula membantu guru dalam menemukan solusi permasalahan dalam menghadapi dinamika yang ada.
Muncul sebuah pertanyaan, dalam kegiatan supervisi akademik bagaimana kegiatan itu berjalan? Apakah ketika disupervisi tercipta suasana yang nyaman atau malah sebaliknya suasana menjadi mencekam, jantung berdegup kencang, dan rasanya ingin ke kamar kecil terus? Rasanya hal ini menjadi sebuah bahan perenungan jika memang tujuan supervisi akademik itu untung membantu menemukan dan mengembangkan potensi, tentunya muncul sebuah suasana yang hangat dan tanpa ada yang merasa tertekan, sebab itulah seseorang yang disupervisi akan mampu mengembangkan dirinya. Perlu pendekatan khusu dalam upaya mewujudkan supervisi akademik yang efektif dan pendekatan coaching menjadi salah satu metode yang efektif.
Coaching untuk Supervisi Akademik
"Whitmore (2003) mengungkapkan bahwasannya coaching adalah kunci pembuka potensi untuk memaksimalkan kinerjanya."
Berangkat dari pernyataan Whitmore di atas, salah satu metode supervisi akademik yang efektif dalam upaya membantu menggali potensi adalah dengan pendekatan coaching.  Melalui pendekatan ini coach dan coachee akan berada dalam sebuah perbincangan dengan tujuan yang jelas, terstruktur, dan sistematis namun tetap perbincangan yang terjadi berjalan dengan hangat dan mengasyikkan sehingga coachee dapat menyampaikan segala ganjalan dalam dirinya secara lepas tanpa tekanan. Perbincangan yang terjadi tidaklah membuat coach dapat menghakimi, menilai, dan memberikan solusi. Sebagai catatan utama adalah coach berperan sebagai fasilitator yang mampu membangun kemitraan dengan coachee.
TIRTA, Kunci Sukses Pelaksanaan Coaching
Pada pelaksanaan coaching terdapat sebuah tuntunan yang akan membuat pelaksanaan coaching itu sendiri berjalan dengan baik, sistematis, dan tentunya efektif. Adalah alur TIRTA. TIRTA adalah sebuah akronim dari, tujuan, identifikasi, rencana aksi, dan tanggung jawab.Â
Memahami alur TIRTA, artinya dalam pelaksanaan coaching, perbincangan yang tercipta harus mampu mengakomodir tujuan dari coaching itu sendiri, identifikasi permasalahan dapat dengan tepat ditemukan, mengetahui dan melakasanakan rencana aksi dalam menghadapi persoalan dengan penuh tanggung jawab. Memaknai TIRTA yang memiliki makna air, diharapkan pula perbincangan dalam konteks coaching ini mengalir seperti air, menyejukkan.
Selain TIRTA sebagai pakem atau acuan dalam pelaksanaan coaching, seorang coach juga diperlukan memiliki beberapa kompetensi pendukung untuk efektifnya sebuah perbincangan dalam konteks coaching. Seorang coach harus mampu menjadi pendengar yang aktif, mengajukan pertanyaan berbobot, memantik coachee menemukan ide, dan memfasilitasi pertumbuhan dari coachee. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus kala berperan sebagai coach dalam pelaksanaan coaching.
Pendekatan coaching ini mengakomodir proses diferensiasi dimana melihat coachee dengan segala keunikannya yang tentunya hal tersebut merupakan potensi yang perlu dikembangkan dan menjadi modal penting dalam menghadapi ragam dinamika yang ada. Rasa nyaman yang ada merupakan salah satu konsep sosial emosional yang mampu membuat sebuah proses belajar menjadi optimal. Ketika coachee merasa aman dan nyaman berkat konsep among seorang coach, yakinlah tujuan dari coaching itu sendiri akan dapat optimal tercapai.Â
Ketrampilan coaching menjadi komponen penting yang harus ada dalam diri seorang pemimpin pembelajaran. Simpulannya adalah dalam sebuah supervisi akademik, dalam prosesnya harus mengedepankan konsep diferensiasi, sosial emosional, tentunya dalam mengoptimalkan potensi diri sesuai keuniknannya masing-masing. (prp)
Koneksi Antar Materi Modul 2.3
Prama Ramadani Putranto
PGPP Angkatan 7
Kab. Semarang
Jawa Tengah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H