Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan yang Berpihak kepada Murid dan Memerdekakan

7 November 2022   21:38 Diperbarui: 7 November 2022   22:15 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pendidikan yang Memerdekakan - Sumber : kompas.com

'Ketika kecerdasan seseorang hanya dilihat dari nilai matematikanya, serasa tergelitik dan muncul pertanyaan, "Kok gini amat ya?"'

Seketika angan terbawa ke masa silam, di mana di setiap kumpul keluarga besar bukan kabar yang ditanyakan melainkan ranking, skor matematika, hingga dibanding-bandingkan dengan sepupu-sepupu lainnya. Hati rasanya ingin bernyanyi salah satu lagu yang populer belakangan ini, "Wong ko ngene kok dibanding-bandingke, saing-saingke, yo mesthi kalah." 

Hal ini dalam konteks pendidikan tentunya. Muncul dalam benak, seakan-akan kecerdasan seseorang itu hanya diukur dari seberapa baik nilai matematikanya. Rasanya sungguh menggelitik, ingin rasanya tersenyum sinis. Lalu, apa gunanya mempelajari mata pelajaran lainnya seperti seni budaya, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, hingga kewirausahaan? Seakan tak ada gunanya, bukan? 

Sungguh tidak mengenakkan tejebak dalam sebuah situasi seperti ini, dimana secara umum beranggapan akan hal yang sama terkait dengan kecerdasan seseorang. Miris, sebuah potret pendidikan yang rasanya jauh dari kata 'merdeka'. Segala sesuatunya terbatas dalam sebuah gambaran angka atau huruf saja.

Rasanya pemahaman soal pendidikan yang sangat sempit itu perlahan perlu ditinggalkan. Tidak mudah memang, namun pergerakan postif dalam memperbaiki sistem rasanya harus segera dilakukan. Lalu bagaimana caranya pula kembali pada falsafah pendidikan yang sebenarnya, yakni pendidikan yang memerdekakan, pendidikan yang mendewasakan, hingga pendidikan yang bermakna. Bukankah begitu adanya pendidikan yang sebenarnya?

Kembali pada Falsafah Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Ing Ngarsa Sung Tuladha

Ing Madya Mangun Karsa

Tut Wuri Handayani

Mencoba kembali memaknai, menyelami, dan menemukan arti dalam falsafah pendidikan Bapak Pendidikan Nasional kita, Ki Hadjar Dewantara. Nyatanya pemikiran-pemikian Ki Hadjar Dewantara sungguhlah mulia tentang bagaimana pendidikan yang sebenarnya itu adalah tentang bagaimana memanusiakan manusia. 

Pendidikan adalah tentang bagaiman melihat murid dengan segala keunikannya, dengan segala potensi yang dimilikinya, dengan segala minat dan bakat yang beragam. Pendidikan seyogyanya berpihak pada murid, melihat murid seusai dengan kodrat alamnya, yakni kondisi anak sejak lahir yang dipengaruhi oleh sosiokulturnya, lalu dituntun untuk dapat adaptif dengan kodrat zamannya.

Memaknai kata 'menuntun' dalam pendidikan dan pendidikan yang berpihak kepada murid, yakni tentang bagaimana memberikan yang terbaik kepada murid, memfasilitasi, membimbing, mengajar, mendidik, hingga mengarahkan murid agar tetap dalam trek yang tepat dalam mewujudkan apa yang telah menjadi mimpi-mimpinya. 

Namun sebelum menuntun, mencoba untuk merenungkan kembali pula, apakah murid tersebut berkenan dituntun oleh kita atau tidak, atau malah ketika kita mendekat mereka enggan dan menjauhi kita. 

Artinya, sebelum menuntun, rasanya perlu bertanya apakah sudah mampu menjadi tauladan, apakah sudah mampu menjadi pemantik semangat, dan apakah sudah mampu menjadi pemberi dorongan seperti makna yang tertuang dari falsafah pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan menjadi tauladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun semangat), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan dorongan). 

Ketika upaya itu mampu dilakukan, yaki nlah energi positif akan sampai kepada murid-murid tercinta, lalu dengan sendirinya mereka mendekat dan berkenan dituntun dalam upaya meraih mimpinya dalam sebuah konteks pendidikan yang bermakna.

Lihat Juga : Video Lagu 'Merdeka Belajar' oleh Prama Ramadani Putranto (1.1.a.6. Demonstrasi Kontekstual)

Implementasi Falsafah Pendidikan Ki Hadjar Dewantara 

Setelah menemukan hal-hal penting dari falsafah pendidikan oleh Bapak Pendidikan Nasional kita, Ki Hadjar Dewantara, lalu kini saatnya bagaimana mengimplementasikan hal-hal tersebut dalam sistem pendidikan terkini. Sebuah harapan dalam pembelajaran terwujud nyata nilai-nilai tersebut.

Implementasi nyata dalam sebuah sistem pendidikan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, yakni berakhlak mulia, berkebhinekaan global, mandiri, gotong royong, bernalar kritis, dan kreatif.

Pendidikan masa kini, sudah bukan lagi yang berkiblat pada seberapa baik nilai matematika seorang murid dalam mengukur kecerdasannya. Hal-hal tersebut sepatutnya sudah mulai bergeser jikalau benar-benar kembali memegang teguh prinsip yang mengacu pada falsafah pendidikan Ki Hadjar Dewantara. 

Tidak akan ada lagi yang namanya 'membanding-bandingkan', tidak ada lagi mengkotak-kotakkan. Biarkan murid berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Murid adalah insan yang merdeka dan pendidikan itu adalah memerdekakan, memberi makna, dan menciptakan kebahagiaan. (prp)

1.1.a.8. Koneksi Antar Materi-Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

Program Pendidikan Guru Penggerak 

Angkatan 7, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

-Prama Ramadani Putranto-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun