"Asyik banget deh ya kalau lagi ngobrol, apalagi kalau lagi ngobrolin si a, si b, hingga si z dengan segala keburukannya. Sampai lupa waktu, bahkan sampai lupa juga bahwa kita pun tak lepas dari sisi negatif."
Ghibah atau ngegosip sebuah kata yang sudah akrab di telinga kita, ngeghibah atau ngegosip adalah tentang membicarakan kejelekan atau keburukan orang lain.
Hal ini rasanya sungguh keji, apalagi sampai ditambahi dengan bumbu-bumbu yang membuat sebuah perbincangan menjadi semakin menarik.
Padahal sesuatu yang menjadi topik pembicaraan tentang seseorang itu belum tentu juga kebenarannya. Tak dipungkiri memang, seseorang dengan rasa penasaran yang tinggi akan tertarik jika terjebak dalam sebuah perbincangan asyik tentang orang lain dan keburukannya, seakan-akan ada magnet yang kuat yang mampu menarik diri terlibat dalam sebuah perbincangan itu. Daya tarik ghibah sungguh begitu kuat.Â
"Ketika Tuhan menutup aibnya, mengapa sebagai manusia tega membuka dan memperbincangkan aib saudara atau sahabat sendiri plus dengan tambahan bumbu-bumbu yang belum tentu kebenarannya?"
Bermula dari bisik-bisik, lalu semakin asyik hingga terbentuk sebuah lingkaran kecil perbincangan ghibah yang menarik. Tanpa sengaja daya tarik itu begitu kuat sehingga mampu membawa siapapun terjebak dalam obrolan itu. Bukankah begitu adanya?
Artinya apa, rasa penasaran yang kuat perlu dikontrol agar tidak terjebak dalam perbuatan keji itu. Tuhan saja menutup aib seseorang, mengapa muncul rasa tega membuka dan memperbincangkan kejelekan orang di depan umum dengan penuh suka cita? Rasanya iri dan dengki telah berkolaborasi di dalam hati sehingga kebiasaan ghibah menjadi sebuah rutinitas sehari-hari.
Agar tidak terjebak perlu rasanya melakukan kiat-kiat khusu agar terhindar dari perbuatan dzalim itu:
1. Mengalihkan dengan Berkegiatan Positif
"Ketimbang terjebak dalam obrolan ghibah, lebih baik alihkan dengan kegiatan positif lainnya."
Terjebak dalam obrolan yang positif merupakan hal yang baik, sangat disayangakan jika terjebak dalam obrolan negatif, terlebih orbolan tentang mengorek sisi negatif orang lain. Rasanya hanya buang-buang energi saja.
Biasanya seseorang yang memulai ghibah dikarenakan saking tidak ada kerjaan. Mungkin kerjaannya hanya mengorek keburukan orang lain, mencari tahu tentang sisi negatif orang lain, mengurusi apa yang bukan urusannya dan hingga pada akhirnya menyajikannya kepada teman-teman sefrekuensinya.
Bumbu-bumbu yang ditambahkan menjadi pemantik nafsu ghibah bagi siapapun yang terjerat dalam obrolan tersebut. Perlu perenungan dalam diri bahwasannya tiap orang memiliki aib, dan apabila aib itu disebarluaskan pasti dalam hati terasa sakit.
Oleh sebab itu tak perlu ikut-ikutan menyebarluasakan aib orang. Energi yang terbuang menjadi percuma, lebih baik digunakan untuk berbicara positif dan berkegiatan positif.
Menyibukkan diri dalam berkegiatan positif menjadi solusi agar tidak terjebak kejinya sebuah perghibahan.
2. Hindari Obrolan yang Mengarah Ghibah
"Ketika ada yang hadir mendekat dan mulai bisik-bisik, perlu kesiapsiagaan untuk mengalihak topik pembicaraan ke hal lain. Biasanya bisik-bisik merupakan tanda-tanda dimulainya perghibahan."
Ketika aib kita disebarluaskan, sudah pasti hati akan terasa sakit. Hal ini menjadi sebuah perenungan bahwasannya jangan mencubit jika tidak ingin dicubit, jangan ghibah jika tidak ingin diri kita menjadi bahan ghibah. Tanda-tanda dimulainya sebuah perghibahan sebenarnya dapat diamati dengan mudah.
Tatkala seseorang memulai pembicaraan dengan suara cenderung dikecilkan alias bisik-bisik, bisa jadi hal ini merupakan indikasi bahan bahasan perghibahan akan segera dimulai. Ketika mendapati hal ini ada baiknya untuk mengalihkan topik obrolan ke hal lain yang lebih positif.
3. Hindari Lingkaran Perghibahan
Di manapun berada sudah pasti akan ada circle yang diisi oleh orang-orang yang gemar berghibah. Entah itu di lingkungan tempat tinggal hingga di lingkungan tempat kerja. Sepertinya asyik memang jika dapat bergabung dengan circle seperti itu. Selalu saja ada bahasan menarik yang sangat disayangkan untuk dilewatkan.
Muncul sebuah opsi dari dalam diri, untuk apa hidup digunakan apakah untuk berbuat keji dan dzalim atau untuk berbicara dan berbuat menebar kebermanfaatan.
Ketika mendapati sebuah circle seperti ini sebaiknya segera dihindari agar tidak terjebak di dalamnya dan menyebabkan penyakit hati.
4. Fokus Memberbaiki Diri
"Tidak perlu mengurusi apa yang bukan urusannya, tidak perlu berkomentar tentang hal yang tidak perlu untuk dikomentari."
Ketika energi habus terbuang percuma hanya karena ghibah, lebih baik digunakan untuk hal positif lainnya.
Ketimbang energi digunakan untuk mengurus apa yang bukan menjadi urusannya, rasanya lebih bijak jika energi yang kita milki digunakan untuk berfokus pada diri, memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik di setiap harinya.
Lagi dan lagi, ketimbang energi yang dimiliki menjadi sia-sia hanya karena digunakan untuk berkomentar hal-hal yang tidak perlu dikomentari, lebih baik bicara yang baik atau diam. Setidaknya dengan begini, hati menjadi lebih tentram.
Ketika Tuhan menutup aib kita, sungguh tega jika dengan berani-beraninya membuka dan menyebar aib saudara kita lainnya. Menjadi bahan gunjingan dan terkadang dihiasi dengan tawa, sungguh keji dan dzalim. Hal ini menjadi pemicu penyakit hati yang nyata.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H