"Sebuah hal yang manusiawi jika sebuah kesan yang terbangun bermula dari siapa yang menyampaikan bukan apa yang disampaikan terkait transfer ilmu pengetahuan dalam hal ini soal ilmu agama."
Tatkala berproses belajar dan mendalami ilmu agama tak akan lepas dari siapa yang menyampaikannya. Hal ini manusiawi ketika untuk pertama kali melihat dari siapa yang menyampaikan bukan dari apa yang disampaikan dalam proses transfer pengetahuan dalam hal ini soal ilmu agama. Sebut saja Gus Baha dengan gaya jenaka mengemas ilmu agama. Komunikasi dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami dan terkadang tercipta tawa membentuk sebuah kesan bahwasannya belajar agama Islam itu mengasyikkan jika panutannya adalah Gus Baha.Â
Lain lagi dengan Ustadz Adi Hidayat yang mana semua tahu akan kecerdasan beliau. Banyak orang yang terkesima dengan anugerah kecerdasan yang beliau miliki. Ayat yang dihapal tidak sekedar ayatnya saja bahkan hingga terdapat di posisi mana dalam Al Qur'an dan terdapat di halaman berapa Ustadz Adi Hidayat hapal betul. Penyampaian ilmu agama secara ilmiah sangat dapat diterima bagi yang memiliki pemikiran kritis. Ustadz Adi Hidayat dengan style-nya selalu berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis itu dengan baik dan secara ilmiah sehingga dapat diterima dan menjadi daya tarik tersendiri. Keduanya merupakan sosok pendakwah yang jauh dari kontroversi dan berhasil menjadi tauladan yang baik.
"Tauladan yang baik adalah khotbah yang jitu-KH. Ahmad Dahlan."
Dakwah dengan Penuh Rasa Cinta
Tidak dapat dipungkiri bahwasannya ketika belajar suatu hal, seseorang akan melihat siapa terlebih dahulu yang menjadi sosok panutan. Lalu bagaimana kepribadian dan cara menyampaikannya, apakah dengan cara yang santai, serius, atau mungkin penuh dengan ketegasan. Kesan itu yang menjadi pemantik utama daya tarik seorang pendakwah dalam menyampaikan pesannya. Kesesuaian antara ucap dan laku seorang pendakwah jelas akan menjadi sorotan utama. Hal ini menjadi bahan pertimbangan sebelum seseorang "berguru" kepadanya. Artinya seorang pendakwah tersebut harus benar-benar mampu menjadi tauladan dan panutan.
Teringat pesan KH. Ahmad Dahlan seorang ulama besar pendiri Muhammadiyah. Beliau menyampaikan bahwasannya tauladan yang baik merupakan khotbah yang jitu. Mencoba memaknai dari pesan ini bahwasannya hal penting yang menjadi berhasil tidaknya dalam berdakwah bermula dari seorang pendakwah itu sendiri tentang mampu tidaknya menjadi tauladan. Dakwah akan menjadi sia-sia jika apa yang disampaikan tidak dapat dilaksanakan dan hanya diucap saja. Lainnya halnya jika mampu menjadi teladan, seseorang akan lebih segan dan hal ini membuat banyak orang akan menaruh hormat sehingga pesan dakwah yang disampaikan benar-benar dapat diterima dengan baik dan terwujud nyata dari perubahan-perubahan yang tercipta imbas dari pesan dakwah penuh cinta itu sendiri.
Kelembutan, Kebermanfaatan, dan Kemashlahatan
Selain menjadi teladan, kunci sukses lainnya adalah tentang keberadaan yang mampu memberikan manfaat sehingga dapat nyata dirasakan oleh banyak orang. KH Ahmad Dahlan telah memberikan contoh tentang bagaimana berdakwah yang efektif sehingga implementasi nilai-nilai dari sebuah pesan dakwah itu dapat dirasakan secara nyata. KH Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyahnya telah melakukan itu semua. Berdakwah melalui pendidikan dan kesehatan, terbukti bagaimana kontribusi nyata yang dapat dirasakan hingga saat ini. Ribuan sekolah berdiri dari ujung timur hingga barat, dari utara hingga selatan Indonesia, bahkan di luar negeri pun terdapat sekolah Muhammadiyah.Â
Mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, semuanya ada dan tentunya berkualitas. Pergerakan itu begitu nyata, dakwah melalui pendidikan yang benar-benar mampu menebar manfaat bagi siapapun. Jika ingat sebuah film yang berjudul Laskar Pelangi, seketika akan tertuju pada SD Muhammadiyah Gantong, sebuah sekolah Muhammadiyah yang ada di pelosok negeri. Bukti nyata pergerakan Muhammadiyah menebar manfaat. Lalu di bidang kesehatan, tidak perlu ditanya lagi bagaimana Muhammadiyah dengan rumah sakit yang dimiliki berkontribusi nyata dalam bidang kesehatan di Indonesia. Hal ini menunjukkan sebuah kesuksesan dakwah yang tidak lepas dari bagaimana cara dakwah dengan penuh kelembutan, keteladanan, dan kebermanfaatan.
Keberhasilan dalam berdakwah memang tidak terlepas dari sosok panutan yang menjadi teladan. Perkara ibadah yang sifatnya vertikal maupun horizontal akan dapat disampaikan dan diterima dengan baik jika sosok pendakwah tersebut benar-benar mampu menjadi teladan dengan wujud kesesuaian antara ucap dan laku. Setiap langkah dakwah yang dilakukan dan mampu memberikan kebermanfaatan, yakinlah pesan dakwah akan diterima dalam wujud nyata perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik seperti tujuan dakwah itu sendiri. (prp)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H