"Alhamdulillah sudah tidak ikut-ikutan kumpul-kumpul komunitas ghibah lagi!"
"Alhamdulillah sudah tidak mudah tersulut emosi lagi."
"Alhamdulillah sudah tidak mendekati hal-hal negatif lainnya lagi."
Ramadhan usai berjumpalah dengan momentum Idul Fitri. Idul Fitri 1442 H kali ini sungguh berbeda dengan perayaan Idul Fitri sebelum-sebelumnya. Utamanya sebelum masa pandemi seperti ini. Dua periode ramadhan dan lebaran dilalui dengan suasana yang berbeda dan beragam ujian hadir akibat dampak pandemi. Hal yang sangat terasa adalah dampak pandemi pada lini ekonomi. Namun yakinlah selalu ada jalan kemudahan untuk keluar dari kesulitan tersebut.Â
Ibadah ramadhan entah itu puasa atau ibadah-ibadah lainnya bertujuan untuk meningkatkan kadar keimanan dan ketakwaan. Jelas seperti yang tersurat dalam Qur'an Surat Al Baqarah 183. Harapannya adalah ibadah puasa sebulan penuh di Bulan Ramadhan berperan sebagai kawah candradimuka untuk menempa diri menjadi lebih baik dari sebelum-sebelumnya, sehingga momentum Idul Fitri menjadi titik puncak dari penempaan diri yang telah dilakukan. Menang atau tidaknya kembali ke diri kita masing-masing, mungkin memaknai kemenangan indikasinya adalah apakah ada perubahan peningkatan kadar keimanan dan ketakwaan yang terwujud pada akhlak kita masing-masing dalam beribadah kepada Allah dan dalam beribadah yang kaitannya dengan hubungan antar manusia. Kembali ke diri kita masing-masing yang merasakan kemenangan itu diperoleh atau tidak.
Perenungan Diri
Menyempatkan diri untuk diam merenung tentang apa yang telah dilakukan selama hidup adalah hal yang penting untuk mencapai hidup dengankadar keimanan dan ketakwaan yang lebih baik. Mencoba mengingat kembali tentang dosa apa yang pernah dilakukan dan juga menanamkan kemauan keras dalam diri untuk segera bertaubat. Menyesali perbuatan dan berjanji serta berkomitmen untuk tidak mengulanginya kembali. Wujud ketakwaan adalah dengan mematuhi semua perintah Allah dan menjauhi segala hal yang telah dilarang oleh Allah. Selama hidup, bagaimana yang terjadi? Sepanjang hari yang telah dilakukan utamanya pada momen-momen penuh keberkahan seperti pada Bulan Ramadhan dan pada titik puncak Idul Fitri apakah sudah menuju ke arah yang lebih baik atau hanya begitu-begitu saja. Hanya hati kecil kita yang dapat menjawabnya.
Memaknai Kemenangan dalam Momentum Idul Fitri
"Jangan Pernah Berputus Asa dari Rahmat Allah"
Manusia merupakan tempatnya salah dan khilaf. Selalu saja ada dosa yang mewarnai sepanjang hidup kita. Namun berputus asa atas rahmat Allah adalah hal yang kurang tepat. Selagi nafas masih berhembus rahmat Allah senantiasa terbuka. Hanya saja apakah kita dapat memanfaatkan kesempatan itu untu bertaubat dengan sungguh-sungguh ataukah hanya menyia-nyiakannya. Malu memang jika teringat dengan dosa-dosa besar masa silam yang telah diperbuat. Bersimpuh, menengadah tangan, seraya berdo'a penuh rasa malu di hadapan Allah merupakan cara yang tepat untuk segera bertaubat. Sadar diri dan berkomitmen utuh untuk terus berubah menjadi lebih baik. Hari esok harus lebih baik dari hari ini agar tidak merugi.
Indikasi Menuju ke Arah yang Lebih BaikÂ
Setidaknya setelah merenung dan bertanya pada diri sendiri, kita akan mengetahui tanda-tanda dalam diri, apakah sudah kembali ke arah yang benar sesuai perintah agama atau bahkan malah semakin menjauh dari agama. Ketika kita menyadari telah menjauhi segala yang telah dilarang oleh Allah hal ini membuat hati tenang dan selanjutnya mari bertawakkal berserah kepada Allah agar semua upaya pertaubatan diterima olehNya. Satu hal yang perlu ditekankan jangan sampai dalam perjalanan menuju taubat muncul rasa ujub dan takabur yang akan mengotori hati dan menghapus semua upaya pertaubatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Makna kemenangan dalam Idul Fitri menurut penulis adalah sebuah perubahan diri menuju ke arah yang lebih baik. Berbekal dari perenungan diri tentang apa yang telah diperbuat di masa silam dan ke arah mana arah hidup ke depan, dapat ditemukan tanda-tanda apakah ada perbaikan dalam diri atau masihkan sama saja dengan sebelumnya. Kemenangan sejati adalah perubahan diri menjadi lebih baik. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dalam hal kebaikan, keimanan, dan ketakwaan agar tidak merugi. (prp)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H