Dalam hati pun Rendra berkata dan menguatkan dirinya, "Mau sampai kapan aku terjebak dalam lingkungan seperti ini dan terus menerus takut untuk berkata yang benar itu benar dan yang salah itu salah? Mau sampai kapan aku ditekan seperti ini, melakukan apa yang membuat hati nurani bergejolak? Aku harus berontak, aku yakin niatku baik, aku tak peduli, rezeki sudah ada yang ngatur, Allah SWT!"
Bibir Rendra gemetar mencoba menyampaikan apa yang telah menjadi prinsip hidupnya, Rendra tahu akan resiko yang akan didapat jika menentang atasan namun ia lebih takut akan dosa, "Mmmmaaf Pak Parjo, bukan saya menentang instruksi Bapak sebagai atasan saya, namun saya tidak berkenan jika melakukan ketidakjujuran seperti itu, mohon maaf Pak Parjo!"Â
"Kenapa kamu sekarang sok suci sekali, Ndra!" Bentak Pak Parjo. "Awas kamu! Tidak lama kamu akan saya mutasi karena tidak patuh dan loyal kepada atasan!" Pak Parjo, mengambil berkas itu, keluar ruangan, dan membanting pintu ruangan Rendra, "Braaaak!"
Rendra merasa lega sudah menyampaikan uneg-unegnya selama ini, ia ingin hidup lebih baik dan ingin segera bertaubat dari apa yang telah ia lakukan selama ini di lingkungan kantornya. Ia tak peduli apa yang akan terjadi karena ia yakin bahwasannya rezeki sudah ada yang mengatur yaitu Allah SWT dan tidak akan membiarkan makhlukNya yang berjalan di atas kebenaran dalam keadaan yang sia-sia. Rendra ingin bertaubat dan mensucikan diri dari semua dosa-dosa yang telah ia perbuat.Â
"Astaugfirullah, Alhamdulillah, Yaa Allah lindungi hamba selalu dari godaan untuk berbuat keji dan dzalim!" Rendra terus bersyukur dan merapal do'a.
Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan shalat dan sabar mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) bagi orang yang bertakwa - Q.S. Thaha : 132
Suatu ketika Rendra pulang kerja, ia melewati warung kopi yang di sana terdapat banyak teman-teman lamanya
Terlihat dari kejauhan di samping warung kopi yang sangat ramai. Terdapat segerombolan laki-laki duduk lesehan, melingkar, dan di tengah-tengah mereka terdapat botol minuman beralkohol dan sepiring saren. Mereka tertawa terbahak-bahak penuh suka cita. Sepertinya mereka baru saja menang lotere.
Dari kejauhan Rendra melihat teman-temannya itu. Setiap pulang kerja, Rendra selalu melewati warung kopi itu karena satu arah dengan perjalanan ia pulang ke rumah. Usut punya usut Rendra pun pernah tergabung dalam geng itu, namun semenjak ia sakit keras akibat terlalu banyak minum minuman beralkohol oplosan dan hampir mati. Lalu ia tersadar dan mulai melepaskan diri dari jeratan gengnya.Â
"Woy, Ndra!" Teriak Abdi, salah satu teman Rendra yang berada dalam lingkaran itu.Â