Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menerawang Kehangatan di Pelbagai Dinamikanya

16 Februari 2021   08:16 Diperbarui: 16 Februari 2021   08:31 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tolong Pak, maskernya !"

"Tolong Bu, cuci tangan dahulu !"

"Tolong jaga jarak, jangan terlalu dekat, ya !" 

(Kalimat perintah yang sudah sangat akrab di telinga kita pada masa kini)

Hampir sudah satu tahun lamanya berusaha menjalani tatanan kehidupan yang baru dengan pelbagai dinamika yang ada akibat dampak pandemi yang sungguh sangat terasa. Menempatkan kesehatan dan keselamatan jiwa sebagai prioritas utama dalam berbagai aspek kehidupan wajib hukumnya. Berdamai adalah kunci untuk melepaskan diri dari jerat kecemasan dan kekhawatiran yang sungguh tak mengenakkan.

Hidup harus terus berjalan apapun yang terjadi perlu diantisipasi dengan sedemikian rupa. Amanah menghidupi keluarga harus benar-benar dikedepankan, roda perekonomian harus kembali dijalankan, demi dapur tetap ngebul. Teringat senyum anak-anak dan mata berbinar penuh harapan untuk meraih mimpi, maka kewajiban mengantarkan dan mewujudkan mimpi mereka menjadi gairah dan hasrat tersendiri untuk berjuang menafkahinya.

Lalu, di sisi lain interaksi pun serba terbatas. Tak ada lagi saling mengunjungi antar teman seleluasa seperti dulu. Duduk melingkar sembari bergitar lalu bernyanyi dengan riang gembira dihiasi canda dan tawa rasanya tak selepas kala itu. 

Ruang di tempat kerja tak sepenuh biasanya demi menjaga kesehatan dan keselamatan jiwa. Terkadang bekerja di kantor terkadang bekerja dari rumah. Tak pernah bisa full team. Ruang kelas pun kosong melompong tak ada murid tak ada guru. Keceriaan menuntut ilmu serasa hilang. Semua terasa sangat hampa. Tak ada lagi getaran energi positif yang terasa ketika mengunjungi ruang kelas. Kursi dan meja berdebu dan penuh dengan sarang laba-laba yang menghiasinya.

Mengimajinasi Senyum Manismu dan Memprediksi Binar Matamu 

Pada era tatanan baru semua orang menggunakan masker untuk menutupi mulut serta hidungnya. Menjaga satu sama lain agar tak terpapar covid19. Dengan begitu ketika jumpa tak mampu lagi melihat senyum manis itu. Hanya mampu mengimajinasi manis senyum dan lesung pipi hiasi rona wajah itu. Sesekali memprediksi dari binar mata apakah senyumu terbalas atau hanya diam dan berlalu begitu saja.

Ya begitulah kondisi saat ini, tak ada lagi saling senyum dengan nyata. Semua senyum manis tertutup masker seakan terbelenggu, ingin lepas namun tertahan tak mampu pancarkan kehangatan seperti dulu. Hanya bisa meraba dan berimajinasi seperti apa senyum yang tertutup itu. Hanya mampu menerawang kehangatan senyum manis itu.

Jabat Erat Teramat Berat  

Interaksi sangat terbatas dengan pelbagai alasan demi kesehatan dan keselamatan jiwa orang-orang tercinta. Bahkan berjabat tangan seperti kala itu untuk sangat ini sangatlah berat dilakukan. Dulu sebelum hadirnya covid19 hidup terasa lebih nikmat dengan jabat tangan erat ketika berjumpa. Sedangkan saat ini untuk menekan persebaran covid19, aih sangat susah rasanya melakukan kebiasaan itu. 

Tak ada lagi jabat tangan antar teman dengan berbagai kreativitasnya ketika jumpa. Tak ada lagi jabat tangan antar guru dan murid yang penuh takzim ketika jumpa dimanapun berada. Hanya sebuah memori masa lalu dan saat ini harus menggantinya dengan cara lain sebagai bentuk cinta dan saling menjaga. Jabat erat teramat berat.

Merindukan Pelukan Hangat Penuh Kasih Sayang 

Selepas pulang kerja dan tiba di rumah, harus segera mandi dengan baik dan benar. Kehadiran ayah atau ibu sepulang kerja tak sehangat biasanya. Tak ada lagi pelukan-pelukan kasih sayang menyambut sepulang kerja. Hanya ada jalur khusus langsung menuju kamar mandi untuk sesegera mungkin membersihkan diri. Semua dilakukan demi orang-orang yang kita cintai.

Sebuah kebiasaan baru yang memang harus dilakukan demi saling menjaga dan demi kebaikan bersama. Itulah dinamika yang terjadi di kala pandemi seperti ini. Senyum manis hanya dapat diimajinasikan, jabat erat pun terasa sangat berat dilakukan, apalagi pelukan hangat penuh kasih sayang  sepertinya tak mungkin jika kondisi kita tidak benar-benar dalam keadaan baik. Namun semua itu wujud kasih sayang yang harus diupayakan, wujud cinta untuk saat ini yaitu saling menjaga satu sama lain. Tak mengap meski hanya dapat menerawang kehangatan di pelbagai dinamikanya. (prp)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun