Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) masih menjadi permasalahan pendidikan saat ini di tengah pandemi. Model pembelajaran seperti ini nyatanya belum bisa diterapkan secara optimal di Indonesia. Keterbatasan fasilitas menjadi permasalahan utama. Permasalahan yang kompleks akibat terdampak pandemi sungguh perlu keseriusan untuk dapat mengurainya satu per satu karena jelas mempengaruhi keberlangsungan dalam akses pendidikan.
Berbagai macam sektor terdampak pandemi terutama perekonomian. Banyak perusahaan yang bangkrut dan melakukan pemutusan hubungan kerja. Produksi mandeg sehingga tak ada pemasukan untuk memutar roda perekonomian. Pengangguran bertambah semakin banyak di masa-masa sulit seperti ini.Â
Pendidikan dikesampingkan, yang  utama adalah bagaimana bertahan hidup dan memutar kembali roda perekonomian keluarga. Apapun dilakukan yang terpenting ada penghasilan dan dapat memenuhi kebutuhan primer. Hal ini menjadi permasalahan utama terkait pendidikan yang dapat diselesaikan semudah membalikkan telapak tangan. Kompleksitas sungguh tinggi.
Berbagai macam upaya dilakukan oleh pemerintah agar tatanan kehidupan tetap dapat berjalan meski dalam keterbatasan. Bantuan kuota internet sudah didistribusikan agar peserta didik dapat mengikuti kegiatan PJJ. Lalu pemerintah dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pun menggelontorkan berbagai macam bantuan subsidi upah untuk mempercepat perbaikan perekonomian.
Namun tetap saja hal tersebut tak menunjang pelaksanaan pendidikan sepenuhya. Kuota yang didistribusikan pun terlalu banyak ketentuan-ketentuan dalam penggunaannya. Bahkan tak jarang yang sudah habis sebelum masa berlakunya habis dikarenakan banyaknya mata pelajaran yang ada sedangkan kuota internet yang didistribusikan sangat terbatas. Terlebih apabila setiap kali pembelajaran harus melakukan web meeting dalam waktu yang tidak sebentar.
Berjam-jam menatap layar telepon seluler atau komputer jinjing sungguh sangat membosankan. Mendengarkan materi yang tidak mudah dipahami begitu saja semakin membingungkan. Tak bergairah mengikuti kegiatan pembelajaran. Begitulah kondisi di lapangan sehingga angka partisipasi peserta didik dalam PJJ terbilang sangat rendah.Â
Mengapa demikian, karena mereka benar-benar sangat merindukan suasana sekolah. Berinteraksi secara langsung dengan guru dan teman-teman . Belajar bersama sembari bercanda penuh tawa bahagia sungguh membuat hari-hari yang dilalui sangat mengasyikkan. Sedangkan saat ini tak mungkin rasanya dapat berjalan seperti sebelum pandemi.
"Lebih Baik Berjualan Membantu Perekonomian Keluarga Daripada Harus Mengikuti PJJ"
Pernyataan itu sering terdengar dan menjadi alasan utama mengapa peserta didik tidak aktif dalam mengikuti PJJ. Tidak kunjung bergabung dalam Google Classroom sehingga guru mencari-cari dan melakukan home visit. Lalu keluarlah pernyataan tersebut. Bagaimana menyikapinya? Antara kondisi yang sulit dan keberlangsungan pembelajaran harus terus berjalan. Â Mau tidak mau guru harus berputar mengunjungi rumah peserta didik satu per satu. Hal itu masih ditemukan.
"Tak ada uang untuk makan, apalagi untuk membeli kuota internet"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!