Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menghadapi Si Bos yang Hobi Ngomel

18 Januari 2021   17:15 Diperbarui: 18 Januari 2021   17:26 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinamika dalam lingkungan kerja jelas pasti akan selalu ada. Entah dalam situasi dan kondisi apapun selalu ada potensi munculnya gesekan. Mungkin bisa terjadi antar teman satu tim atau bahkan dengan si bos.

Gaya kepemimpinan si bos berpengaruh sekali dalam lingkungan kerja. Apakah si bos mampu menciptakan situasi dan kondisi yang nyaman bagi para bawahannya atau bahkan kehadiran si bos selalu memunculkan sumpah serapah dari bawahannya karena hobinya yang gemar sekali mengomel dan terus menerus menyalahkan bawahannya dengan kata-kata pedas dan nyelekit. 

Jikalau memiliki bos yang bergaya kepemimpinan demokratis dan karismatik jelas akan terasa nyaman dalam bekerja. Semua hal dapat didiskusikan dengan baik untuk mencapai sasaran atau target perusahaan yang telah dicanangkan dan disepakati bersama. Kalaupun ada kendala di tengah jalan yakinlah akan selalu menemukan win-win solution.

Kehadiran bos yang yang demokratis dan karismatik selalu dinantikan bawahannya. Semisal ada kesalahan yang dilakukan oleh bawahan cara menegur pun dilakukan dengan baik tanpa menyakiti dan mempermalukan di depan banyak orang apalagi hingga keluar kata-kata kasar. Gaya kepemimpinan bos yang demokratis dan karismatik menganggap bawahan sebagai mitra kerja untuk mencapai kesuksesan perusahaan bersama. Bawahan akan merasa segan memiliki bos yang demokratis dan karismatik. Bersyukurlah jika memiliki bos demikian.

Celakanya jika gaya kepemimpinan si bos adalah otoriter. Wah, harus siapkan mental yang lebih dari biasanya dan juga hati yang kuat agar tidak mudah tergores karena kelakuan dan tutur kata si bos. Sudah otoriter dikombinasikan dengan gaya kepemimpinan laissez-faire yaitu gaya kepemimpinan dimana si bos cenderung lepas tangan atas tugas yang diberikan kepada bawahannya. Kalau menyuruh sudah seenak jidat sendiri namun semua tugas benar-benar dipasrahkan kepada bawahannya. Jika melakukan kesalahan siap-siap saja kena omel. 

Lengkap sudah rasanya jika memiliki bos yang tidak berhati nurani. Setiap berangkat kerja selalu saja dihinggapi perasaan was-was, khawatir, bahkan ketakutan. Apabila hal tersebut dijalani sedemikian lamanya yakinlah akan mengganggu kesehatan mental.

Perlu strategi jitu dalam menyikapi bos yang hobinya ngomel-ngomel agar tidak makan hati setiap hari. Terkadang si bos yang kejam itu biasanya tidak menguasai dalam hal tertentu sehingga ia akan terus menekan bawahan yang memiliki keahlian dan potensi yang tidak dimilikinya itu dan yakinlah biasanya bos yang seperti itu kesehatan mentalnya juga agak terganggu. Nah, itu merupakan kelemahan si bos. Memang perlu kesabaran ekstra ketika menghadapi si bos model seperti ini. 

Ketika ada kesalahan dalam pekerjaan dan hal itu berpotensi akan ada omelan-omelan merdu dari si bos, maka siapkan ketegaran hati dan tetap tenang. Ketika kata-kata dengan nada tinggi mulai keluar dari mulutnya, tetaplah menjadi pendengar yang baik sembari menyebut nama Tuhan dalam hati agar diberikan ketenangan. Pahami apa yang dikatakan dengan logika sejernih mungkin tanpa tercampur aduk dengan emosi. 

Diamkan saja terus menerus hingga mulut si bos berbusa dan capai sendiri hingga akhirnya menghentikan ocehannya. Jikalau sudah selesai berikan senyuman terbaik anda lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka karena sudah kena semprot si bos, mungkin saja ada air liur yang muncrat mengenai wajah. Yakinlah sangat penuh dengan bakteri, bersegeralah mencuci muka dengan sabun. Salah satu cara menyikapi si bos yang sedang naik darah dan bagaimana menahan diri untuk tidak terpancing emosi serta menjaga kestabilan emosi.

Lalu yang kedua, apabila si bos sudah mulai mereda emosinya dan mengajak diskusi untuk memecahkan masalah maka tanggapi dengan baik dan tentu tetap tersenyum. Memang berat rasanya untuk senantiasa tersenyum dan memberikan energi positif ketika hati tersayat kata-kata yang menyakitkan. Namun itu lebih baik demi menjaga kesehatan mental.

Perlu kesabaran ekstra dalam menghadapi bos yang hobinya ngomel. Tak perlu dimasukkan ke hati karena akan mengganggu kesehatan mental. Diam, cuek, dan tetap tersenyum setidaknya akan membuat emosi tetap stabil dan hati tetap damai. (prp)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun