Hampir lima bulan lamanya terjebak dalam pandemi. Aktivitas dibatasi dan tak bisa bersilaturahim seperti biasanya. Bertemu siswa pun hanya melalui layar telepon seluler atau layar komputer jinjing. Semakin rindu semakin sesak terasa. Sebuah langkah tepat untuk menjaga dan menyelematkan generasi muda dan tentunya menguji kesabaran.
Pembelajaran jarak jauh menjadi solusi untuk optimalisasi upaya memutus mata rantai covid19. Langkah tepat namun terdapat banyak kendala dalam pelaksanaannya. Pada awal kebijakan muncul satuan pendidikan yang diperbolehkan untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara tatap muka langsung namun tetep ketat dalam penerepan protokol kesehatan hanya satuan pendidikan yang berada dalam zona hijau.Â
Dalam pelaksanaan terdapat beragam kendala mulai dari sinyal internet, dana untuk membeli kuota internet yang terbatas hingga kesibukan orang tua yang tidak mampu menemani buah hatinya dalam belajar secara daring.Â
Harus belajar dari rumah dan tidak dapat berjumpa dengan teman-teman di sekolah jelas sekali membuat siswa merasa sangat bosan. Tugas demi tugas yang dikirim guru dan juga video conference pembelajaran yang monoton menjadi faktor angka partisipasi siswa dalam pembelajaran jarak jauh sangat rendah. Hal tersebut merupakan masalah selama penerapan pembelajaran jarak jauh. Gairah untuk belajar terasa semakin mengendor.
Banyak sekali laporan mengenai kendala pelaksanaan pembelajaran daring tersebut hingga akhirnya muncul kebijakan baru lagi berdasarkan SKB empat menteri yang menerangkan bahwa satuan pendidikan yang berada di zona kuning pun sekarang diperkenankan untuk melaksanakan pembelajaran dengan tatap muka secara langsung, namun tetep sesuai prosedur dan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.Â
Hal tersebut mempertimbangkan kondisi psikososial siswa dan upaya memberikan pelayanan pendidikan secara prima kepada seluruh anak bangsa.
Bagaikan buah simalakama nyatanya. Satu sisi ingin menjaga kesehatan dan keselamatan jiwa di sisi lain ingin memberikan pelayanan pendidikan prima. Namun ternyata kebijakan yang kendor tersebut menambah klaster baru persebaran covid19 di negeri ini. Di media diberitakan bahwa klaster baru berasal dari satuan pendidikan yang baru saja membuka pembelajaran secara tatap muka.
Kendala-kendala yang ada adalah tantangan yang harus dihadapi. Gairah siswa yang mulai menurun dari siswa untuk mengikuti pembelajaran daring menjadi tantangab bagaimana guru menciptakan kegiatan pembelajaran yang lebih kreatif sehingga tidak membosankan.Â
Dari sisi orang tua pun bagaimana bersinergi dengan pihak sekolah agar dapat mendorong buah hatinya untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan juga berkoordinasi mengenai kendala apabila harus bekerja dan tidak bisa mendampingi buah hati dalam belajar secara daring. Pemerintah dalam hal ini kemdikbud pun diharap mampu memberikan fasilitas pembelajaran daring secara optimal dan proporsional sesuai kebutuhan.
Kesehatan dan keselamatan jiwa adalah prinsip utama yang harus dikedepankan dalam meluncurkan kebijakan di tengah pandemi seperti ini. Jangan kendor jangan loyo semua harus bersemangat dalam menghadapi keadaan yang tidak bersahabat. Selalu ada hikmah dan jalan keluarnya. (prp)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H