Mohon tunggu...
Prakasita Ningtyas
Prakasita Ningtyas Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

sebut saja saya itu seorang manusia.. :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Senyum Untukmu yang Lucu

21 Januari 2012   09:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:37 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini sepertinya hari paling panas di kampus. Entah karena cuacanya yang memang sangat panas, atau memang kepalaku yang tengah panas karena dikejar deadline tugas yang tak kunjung selesai. Yang penting hari ini panas sekali. Ku putuskan untuk pergi ke perpustakaan, kalau makin lama dibiarkan sepertinya tugas ini hanya akan menjadi pasir hisap saja. Menenggelamkan. Di dalam perpustakaan pun aku masih belum bisa konsentrasi penuh, padahal sudah tugasnya sudah setengah jadi. Pikiranku kemana-mana, dari A sampai Z semua aku pikirkan. Ada apa denganku hari ini? Ya sudahlah, karena berdiam diri di sini pun tugasku juga tidak akan selesai. Aku pun keluar dari perpustakaan, ku lihat penjaga perpustakaan tersenyum ramah kepadaku. Ramah sekali. Hatiku sedikit mendingin, ku balas dengan sebuah senyum kecil.
Di luar perpustakaan ku lihat segerombolan mahasiswi yang tengah bercengkrama dan disela dengan tawa terbahak-bahak, entah apa yang mereka bicarakan atau tertawakan. Aku duduk di bangku dekat mereka. Ku lihat lagi mereka. Tanpa diselimuti rasa malu dilihat oleh orang lain mereka masih tertawa dan melakukan tingkah-tingkah aneh. Mereka lucu. Mata kami tak sengaja berpapasan. Aku tersenyum kepada mereka, sebuah senyum untukmu yang lucu, untuk kalian yang lucu, mereka dengan tersipu membalas senyumanku dan kembali meneruskan obrolan mereka.
Saat aku ingin beranjak dari bangku tersebut, HPku berbunyi. Sebuah SMS yang akhirnya bisa membuat hatiku sedikit lebih dingin. SMS dari temanku. Ya, aku memang jarang bisa bertemu dengan mereka, karena yahh seperti yang aku alami, mereka pun tak ingin terhisap ke dalam pasir hisap yang dinamakan tugas. Tapi mungkin mereka sama denganku, sama-sama merasakan panas yang berlebih hari ini.
Kami bertemu di kantin kampus. Baru 4 orang termasuk aku yang datang, padahal kami ber 6.
"Ini yang 2 kemana?" Tanya ku sambil menaruh tas di atas meja.
"Katanya sih lagi ngurusin tugas, bentar lagi dateng kok." Jawab Ayu, orang paling paranoid diantara kami.
"Ah pesenn dulu aja gimana? Laper. Kalian seperti biasa kan ya? Pakai uangku dulu nanti kalian ganti. " Tata mengeluarkan dompet dari dalam tasnya, dan beranjak ke stand-stand makanan.
Akhirnya 2 orang teman kami pun datang, disusul oleh Tata yang juga sudah selesai memesan makanan.
Ah, akhirnya terkumpul juga. Aku tersenyum simpul.
Kami pun mulai berbicara, mengeluhkan betapa maha banyaknya tugas yang kami miliki, mencurahkan semua yang ada dihati kami. Kami bercerita, bercanda, dan saling menasehati. Kami tertawa apabila ada seseorang yang berbuat hal aneh atau menceritakan hal yang lucu. Aku sadar, kami seperti gerombolan mahasiswi tadi. Mereka sama dengan gerombolan mahasiwi tadi. Mereka lucu. Lucu sekali. Aku pun diam sejenak dan tersenyum.
"Kamu kenapa deh? Kok tiba-tiba diam terus senyum sendiri?" Nia, yang mengetahui sikapku sepertinya heran.
"Aku tersenyum. Senyum buat kamu, buat kalian yang lucu." Senyumku pun makin mengembang. Mereka balas tersenyum. "Kamu juga lucu, dan ini senyum kami untuk kamu yang lucu" Intan berkata seraya merangkul pundakku.
Tak terasa sore menjelang, kami pun memutuskan untuk pulang. Kami berpisah di meja itu, mereka ke parkiran dulu, sedangkan aku langsung ke pintu keluar. Aku pulang berjalan kaki karena memang kostku hanya berjarak beberapa ratus meter sari sana. Di jalan aku melihat anak kecil yang tengah bermain sepeda roda 3. Mereka bermain memutari halaman rumah. Lucu. Lagi-lagi aku menemukan hal lucu. Aku pun tersenyum, ibu mereka yang melihatku tersenyum pada anak-anaknya pun tersenyum. Aku pun teringat akan rasa panasku tadi, tapi kenapa sekarang rasanya sejuk ya? Aneh, tapi lucu. Aku tersenyum lagi. Bahkan hal tersebut menjadi lucu sekarang. Sepertinya aku harus lebih banyak tersenyum seperti ini. Ahh, ternyata banyak hal-hal lucu di dunia ini. Tapi kenapa aku lebih memilih untuk tidak melihatnya dan tenggelam dalam rasa stres dan frustasi?. Hmm, terimakasih Tuhan untuk hari ini. Aku memandang langit senja sejenak dan kembali berjalan lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun