Mohon tunggu...
Prajna Dewi
Prajna Dewi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Humaniora, parenting, edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Saudara Kandung Berseteru, Bagaimana Mengatasinya?

5 Oktober 2022   10:10 Diperbarui: 6 Oktober 2022   13:15 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak berkelahi (Sumber: Shutterstock)

“Bu, anak saya yang sulung usia lima tahun menganggap adiknya musuh. Ia sering sengaja menyakiti adiknya yang masih berusia tiga tahun, apa yang harus saya lakukan?” Di sebuah sesi tanya jawab sebuah kegiatan parenting, seorang ibu bertanya dengan wajah memelas.

Kakak sengaja menyakiti adik, wah, bukan main-main. Ini adalah masalah serius. Tidak heran kecemasan terbayang jelas di wajah ibu tersebut. Namun, apa benar kakak dengan sengaja mau menyakiti adiknya? Mari kita baca lebih lanjut dulu artikel ini.

Sibling rivalry, apakah itu?

Bahasa sederhananya adalah persaingan antar saudara sekandung, tentunya adalah sebuah situasi yang sangat tidak diharapkan oleh orang tua. Sekarang ini eranya berkolaborasi, bahu membahu dan saling berkerja sama. Bahkan di dunia kerja pun prinsip ini ditanamkan. Lho ini kakak dan adik kok malah saling berseteru sampai mau mencelakai?

Keluarga adalah tempat awal anak mempelajari lingkungan sosialnya. Otomatis saudara kandungnya adalah rekan tempat anak berlatih kematangan diri dan bersosialisasi. 

Kompetisi di kehidupan nyata terkadang merupakan sebuah kondisi yang tidak terhindarkan, namun tentunya harus berlangsung secara sehat dan tidak menghilangkan nilai kebersamaan.

Penyebab sibling rivalry

1. Ibu tidak memahami kegundahan kakak sejak awal kehamilan

Anak terutama balita sangat bergantung kepada kasih sayang dan perhatian orang tuanya. 

Saat ibu mulai hamil, secara naluri anak sudah merasakan kehadiran orang yang akan membagi perhatian ibu darinya. Maka tidak heran jika kakak menjadi rewel ketika ibu memasuki masa kehamilan.

Apalagi jika di saat hamil ibu sering diganggu rasa mual dan pusing akibat perubahan hormon, yang tentunya berakibat berubahnya sikap dan makin berkurangnya perhatian ibu kepada kakak, rasa tidak nyaman ini akan ia tangkap dan terjemahkan sebagai  hal buruk akibat hadirnya adik bayi di perut ibu.

2. Kakak tidak disiapkan mental sejak awal kehadiran adik baru

Selama ini kakak bak raja kecil di rumah, semua kasih sayang dan pusat perhatian terpusat hanya untuknya seorang. 

Kehadiran adik bayi yang baru lahir, tentunya akan mengubah situasi. Perhatian orang rumah beralih kepada si bayi.

Perubahan ini pasti membuat kakak merasa kesal. Apalagi kalau ia tidak pernah diceritakan tentang apa yang akan terjadi jika adik lahir, tahu-tahu adik lahir dan semua perhatian seakan hanya untuk adik baru. Bukan hanya orang rumah, bahkan tamu dan saudara yang datang pun hanya fokus ke adik baru.

Kekesalan kakak semakin bertambah ketika adik sudah berusia dua tahun ke atas, saat ini apa pun yang kakak pegang, adik juga mau. 

3. Perlakuan orang tua yang menganak-emaskan anak

Seiring berjalannya waktu, tanpa disadari orang tua mempunyai kecenderungan lebih perhatian terhadap anak tertentu.  Bisa saja hal ini disebabkan karena anak tersebut lebih lemah, sering sakit atau alasan lainnya. Namun buat saudaranya, kecenderungan  ini menimbulkan emosi negatif karena merasa diperlakukan tidak adil.

Apa lagi jika perbedaan itu dikarenakan hal bias seperti masalah gender, lebih diperhatikan karena satu-satunya anak laki-laki misalnya. Akan semakin mempertajam kecemburuan anak yang lain.

4. Membanding-bandingkan

Terkadang orang tua suka memuji anak yang lebih unggul dihadapkan saudaranya yang lain. Walaupun dengan niat agar saudaranya menjadi terpacu, tetap saja akhirnya menimbulkan efek buruk bagi hubungan persaudaraan mereka.

Alih-alih menjadi terpacu, seringkali akhirnya perasaan tertekan dan minder malah muncul menjadi perilaku dan sikap negatif seperti jadi sensitif dan mudah marah.

Bagaimana cara mencegah dan mengatasi sibling rivalry?

Beberapa langkah dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi kecemburuan dan persaingan sengit antar saudara kandung, seperti: 

1. Dukungan fisik dan psikis untuk ibu hamil dari seluruh keluarga

Buat ibu hamil merasa nyaman fisik dan psikisnya. Rasa tentram dan nyaman membuat ibu dapat tetap menjalankan tugasnya memberikan perhatian kepada kakak di saat kehamilan. Sehingga ia tidak merasa bahwa kehadiran adik baru adalah ancaman bagi dirinya.

Di sisi lain kakak perlu mendapatkan penjelasan bahwa ibu memang menjadi kurang nyaman di saat hamil, dan ini adalah wajar, ceritakan bahwa ibu juga merasakan hal yang sama saat hamil si kakak, sehingga dia paham.

Ibu perlu tetap tenang saat kakak menunjukkan kerewelan. Katakan bahwa ia akan segera menjadi kakak. Jika usia kandungan sudah semakin besar dan gerakan bayi mulai terasa, ajak kakak ikut merasakan dengan memegang perut ibu. Ajak ia untuk menyapa adiknya.

2. Libatkan kakak ketika adik bayi hadir

Terkadang orang serumah begitu sibuknya mengurus si bayi, dan kakak tertinggal tanpa ada yang menyadari bahwa dia ada dan berulah.

Libatkan kakak untuk membantu hal sederhana, seperti membantu mengambil popok adiknya. Hal kecil dapat membuatnya merasa bahwa ia tetap diperhatikan dan dilibatkan.

Bila perlu, sampaikan kepada saudara dekat untuk membawa hadiah bukan untuk si bayi, tapi untuk kakak, sebagai ucapan selamat sudah menjadi kakak.

Ingat untuk memberitahukan dengan jelas apa yang boleh dan tidak boleh dia lakukan, dan jelaskan alasannya. Misal, "Kakak, kalau menutup pintu kamar harus pelan-pelan ya, karena adek bayi masih mudah terkejut dengan suara keras."

3. Tidak menganakemaskan anak tertentu

Anak yang memiliki fisik lebih lemah, bukan berarti memiliki hak untuk selalu diistimewakan. Dalam pengertian, kita tidak boleh membiarkan kondisinya menjadi pembenaran ketika ia melakukan kesalahan.

Saat ia mengganggu dan mengambil hak saudaranya, misal mengambil mainan, tetap perlu ditegur.

Ingat bahwa keluarga adalah tempat anak belajar bagaimana harus bersikap di sebuah lingkungan sosial, orang tua mengistimewakan anak sehingga dia merasa bahwa harus selalu diprioritaskan, namun tidak demikian dengan lingkungannya kelak.

4. Jangan membanding-bandingkan anak

Semua anak lahir dengan kelebihannya masing-masing. Jangan membandingkan anak satu dengan yang lainnya. 

Pahami bahwa setiap anak berbeda. Cari apa yang menjadi kekuatannya dan dukung ia untuk menjadi sesuatu.

Membandingkan hanya membuat anak yang satu merasa superior, dan yang lainnya merasa rendah diri. Tidak ada kebaikan yang didapat dari membandingkan anak.

Apa yang harus dilakukan jika konflik dan persaingan sudah terlanjur terjadi?

1. Buat kesepakatan

Ajarkan anak menghindari konflik dengan membuat kesepakatan awal. Contoh, salah satu penyebab kakak adik berseteru adalah karena rebutan mainan. Tentunya kita tidak selalu harus membelikan barang ataupun mainan yang persis sama sejumlah anak. Ajarkan anak-anak membuat kesepakatan seperti mengatur waktu bermain jika mainan itu tidak dapat dimainkan bersama.

2. Pantau tingkat perseteruan

Jangan terburu-buru menganggap bahwa perdebatan kecil adalah perkelahian besar yang harus segera diintervensi. Biarkan anak untuk belajar menyelesaikan konflik yang terjadi di antara mereka. Orang tua baru perlu menengahi jika sudah sampai pada tahap melibatkan fisik atau membahayakan.

Jangan pula terburu-buru menuduh sebuah tindakan sebagai sengaja mencelakai yang lainnya. Kadang anak tidak paham dengan akibat dari perbuatannya. Tuduhan dan kata-kasar hanya membuat anak terluka. Jelaskan dengan tenang dan bahasa sederhana tentang apa akibat dari tindakannya. 

3. Perbaiki pola asuh dan komunikasi

Jika ada perseteruan yang sengit antar saudara kandung, orang tua perlu introspeksi, apakah sudah memberikan perlakuan yang adil, apakah sudah memberikan contoh yang baik saat timbul konflik, apakah memberikan cukup perhatian kepada anak?

Ajak anak untuk bicara, sampaikan apa harapan dari orang tua, dan berikan mereka kesempatan untuk juga menyampaikan harapannya.

Setelah situasi tenang, ajak anak berdiskusi membahas apa yang terjadi tadi. Tanyakan ke mereka, apa yang sebaiknya dilakukan jika situasi yang sama terulang.

Perseteruan saudara kandung adalah hal yang wajar terjadi. Namun bagaimana dampaknya pada karakter dan hubungan persaudaraan mereka kelak sangat bergantung pada pengalaman mereka menghadapi perseteruan itu pada hari ini.

Sumber: 1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun