Mohon tunggu...
Prajna Dewi
Prajna Dewi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Humaniora, parenting, edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Mengapa dan Harus Bagaimana Ketika Anak Suka Memegang Alat Kelaminnya Sendiri?

28 September 2022   14:15 Diperbarui: 29 September 2022   02:36 3029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aduhh, bingung ini, kemenakanku sering megang alat kelaminnya akhir-akhir ini, dan ketika ditanyakan ke dokter, dokter malah suruh cek apa ada kemungkinan orang yang melakukan pelecehan seksual kepadanya, serem jadinya” keluh temanku.

Anak balita sering memegang alat kelaminnya sendiri, apakah normal? Atau benar kata si dokter, ini pertanda ia mengalami pelecehan seksual yang tidak disadari oleh kita? Sebelum bertambah bingung, baiklah kita lanjutkan dulu pembahasannya.

Teori perkembangan seksualitas Sigmund Freud

Seorang ahli perilaku dan psikoanalisis, Sigmund Freud mengatakan bahwa tahapan perkembangan kepribadian manusia, termasuk mental terkait seksualitas/psikoseksual terbagi lima tahap.

1. Tahap Oral (Usia 0 – 18 bulan)

Sejak bayi lahir, benda menyenangkan pertama yang ia kenali adalah buah dada ibunya ataupun botol susu. Rasa puas ia dapatkan dari mulut yang menghisap atau menggigit.

2. Tahap Anal (18 bulan – 3 tahun)

Pada tahap ini rasa menyenangkan dirasakan anak berasal dari anus dan area genital. Anak mulai memahami bahwa ada rasa nikmat akibat tekanan pada anus maupun genital, antara lain ketika menahan kencing.

3. Tahap Phallic (3 tahun – 5,6,7 tahun)

Mulai memperhatikan alat kelaminnya, dan tertarik pada rasa yang timbul ketika menyentuh alat kelaminnya.

4. Tahap Latent (5,6,7 tahun – 12 tahun)

Disebut juga sebagai tahap tenang, dimana anak mempunyai banyak aktivitas mulai dari belajar, bermain dan berolah raga. Sehingga libidonya terkendali, energi seksualnya tersalur ke berbagai kegiatan.

5. Tahap Genital (12 tahun ke atas)

Seiring dengan masuknya masa pubertas, dorongan seksual kembali muncul. Perubahan hormon dan bentuk tubuh membuat anak mempunyai daya tarik secara seksual terhadap lawan jenis.

Nah, berdasarkan perkembangan sesksualitas di atas, maka tidak heran jika anak, terutama anak laki-laki  mulai sering menyentuh alat kelaminnya ketika memasuki usia dua hingga lima atau enam tahun.

Apa saja yang membuat anak (terutama anak laki-laki) menyentuh alat kelaminnya?

1. Rasa ingin tahu

Semua anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, bukan hanya pada lingkungan dan benda sekitar, namun juga pada dirinya sendiri.

Saat ia melakukan eksplorasi terhadap dirinya sendiri, dan tanpa sengaja menyentuh alat kelaminnya, ia mendapatkan sensasi rasa nikmat yang ia inginkan lagi dan lagi. Terlebih ketika ia memasuki masa anal dan phallic.

Bentuk dan posisi alat kelamin laki-laki berada “di luar”, sangat mudah tersentuh. Berbeda dengan alat kelamin anak wanita yang letaknya tersembunyi. Hal inilah yang membuat anak laki-laki lebih sering menyentuh alat kelaminnya.

Namun perlu dicatat, ketika anak laki-laki menyentuh alat kelaminnya, ia sama sekali tidak memiliki fantasi terkait hal seksual. Ia lakukan itu hanya karena sensasi rasa nikmat dari sentuhan, mirip dengan orang yang merasa enak ketika menggaruk kulit yang gatal, dan terus menggaruk karena nikmat tanpa perlu ada fantasi yang mengiringinya.

Sumber: Freepik.com
Sumber: Freepik.com

2. Rasa gatal

Rasa gatal pada alat kelamin/area genital dapat dialami oleh anak permpuan maupun laki-laki. Pakaian yang terlalu ketat, celana yang tidak menyerap keringat, ataupun adanya jamur atau bakteri akibat kurangnya kebersihan pada area genital dapat membuat anak merasa gataldan jadi terlihat sering memegang alat kelaminnya.

Berawal dari rasa gatal, sensasi nikmat saat menyentuh alat kelaminnya dapat berlanjut, walaupun masalah penyakit seperti jamur ataupun pakaian yang salah sudah diselesaikan.

Apa yang harus dilakukan ketika mendapati anak memegang alat kelaminnya?

1. Periksa apakah ada masalah medis

Tanyakan kepada anak apakah dia merasa gatal pada alat kelaminnya. Masalah pada alat kelamin biasanya ditandai dengan warna yang berbeda dan juga bisa disertai ruam.

Seperti yang disebutkan di atas, pakaian yang terlalu ketat, ataupun kebersihan yang kurang dapat menimbulkan masalah pada alat kelamin anak. Jika menemukan ada masalah, segera obati hingga tuntas.

2. Beri nama yang sebenarnya dan jelaskan fungsinya

Karena merasa bahwa alat kelamin adalah hal yang tabu, maka orang tua memilih untuk menyebutnya dengan nama pengganti seperti “burung”, “titit” , dll. Padahal alat kelamin adalah bagian dari tubuh yang mempunyai fungsi tersendiri, sama halnya dengan organ tubuh yang lain.

Perasaan bahwa alat kelamin adalah hal yang memalukan, membuat anak tidak dapat menyebutnya di hadapan orang tua, bahkan ketika benar-benar sedang ada masalah medis, ataupun ketika ia mendapatkan perlakuan tidak senonoh dari orang lain, mereka tidak berani untuk menceritakannya.

Sebut dengan nama sebenarnya, dan jelaskan fungsinya kepada anak. Contoh saat memandikan anak jelaskan  “ Ini namanya penis, tempat adek mengeluarkan kencing. Harus dijaga kebersihannya, jangan dipegang kalau tangan kita kotor, nanti kuman masuk dan jadi sakit ketika kencing.”

3. Bersikap wajar

Banyak orang tua yang bereaksi berlebihan saat mendapati anak memegang alat kelaminnya. Justin Richardson, M.D., direktur senior dari Columbia University Center for Psychoanalytic Training and Research, mengatakan reaksi ini karena orang tua merasa malu. Kita terbiasa menganggap alat kelamin sebagai benda tabu.

Ingat, ini merupakan bagian dari perkembangan anak, rasa ingin tahu, mengeskplorasi, adalah hal yang wajar. Akui perasaan yang ia dapat dari hasil ekplorasinya, namun iringi dengan penjelasan.

“Adek pegang-pegang penis karena rasanya enak ya? Tapi penis tidak boleh dipegang sembarangan, kita memegangnya hanya saat kencing dan saat mandi dan membersihkannya.”

Pesan di atas juga merupakan salah satu cara melatih anak menjaga dirinya dari tindakan pelecehan seksual.

4. Ajarkan kepada anak perlakuan yang tepat terhadap alat kelamin

Saat sedang mandi atau membantu anak membersihkan diri sehabis buang air, merupakan saat yang tepat untuk mengajarkan kepada anak bagaimana cara yang tepat dalam memperlakukan alat kelamin.

Sampaikan bahwa alat kelamin berfungsi sebagai tempat kita mengeluarkan kotoran seperti kencing, maka harus segera dibersihkan  agar tetap sehat.

Jelaskan juga bahwa alat kelamin adalah bagian tubuh yang tidak boleh dipegang tanpa alasan, karena akan membuatnya menjadi mudah sakit, terlebih jika tangan yang menyentuh tidak bersih.

Sampaikan bahwa demi alasan kesehatan dan juga tata susila, alat kelamin harus selalu dalam keadaan tertutup.

5. Berikan dia benda lain untuk dipegang dan alihkan perhatiannya

Terkadang rasa iseng dapat membuat anak jadi terpikir untuk mengeksplorasi bagian tubuhnya. Saat sedang sendiri dan tidak ada yang dikerjakan, tidak jarang mendorong anak mencari-cari benda yang dapat ia pegang.

Mainan ataupun boneka beruang, atau bahkan hewan kesayangan dapat mengalihkan perhatian anak dari keisengan menyentuh alat kelaminnya.

Setiap tahap perkembangan anak memiliki warna dan tantangannya tersendiri. Dampingi anak melewati semua tahapan ini sehingga mereka tumbuh dan berkembang dengan maksimal.

Sumber: 

menshealth.com

www.hopkinsallchildrens.org

www.simplypsychology.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun