Emosi yang meledak dari orang tua hanya membuat anak patuh karena keterpaksaan. Situasi ini tidak akan bertahan selamanya.
Ketika anak mulai memasuki masa remaja, mereka akan semakin berani membangkang. Dan sampai pada titik dimana orang tua tidak bisa mengontrolnya lagi.
Upayakan untuk menempuh cara negosiasi dan komunikasi ketika anak menolak apa yang diminta. Selipkan humor supaya negosiasi berjalan lancar.
Contoh: “Adek baca bukunya belum selesai ya? Mama tunggu lima menit lagi ya. Jangan sampai ketiduran tanpa sikat gigi, kalo ompong 'gak bisa gigit ayam goreng lagi lho…”
2. Berikan konsekuensi bukan hukuman
Ketika anak sudah dijelaskan namun tetap membangkang, biarkan mereka untuk mengenal yang namanya konsekuensi, akibat dari suatu tindakan. Tentu saja sejauh itu tidak akan membahayakan.
Contoh sederhana, ketika si kecil ngotot mau menyentuh lilin yang menyala, jelaskan bahwa itu panas, nanti tangan sakit. Namun ketika dia bersikeras untuk mencoba, biarkan dia mencoba untuk menyentuh sambil tetap diawasi.
Maka di sini anak menerima konsekuensinya, tangan tersengat rasa panas, dan kelak ia akan lebih berhati-hati mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang tuanya.
Begitu juga ketika anak ngotot meneruskan bermain dan menolak untuk makan siang, tidak usah dihukum dengan memasukkannya ke kamar mandi. Cukup sampaikan kepadanya bahwa jam makan kalau sudah lewat, baru akan ada lagi nanti sore.
Biarkan anak menerima konsekuensi merasa lapar menunggu jam makan sore. Sesekali lapar tidak akan berakibat fatal. Lain kali anak akan berpikir untuk melewatkan jam makan siangnya.
Nah, semoga tips di atas dapat membantu mengatasi anak yang membangkang. Namun ingat, sebelum menuduh anak membangkang, periksa ulang pola asuh dan cara berkomunikasi kita. Siapa tahu kitalah penyebab situasi ini.
Karena pada dasarnya semua anak baik dan mau menyenangkan hati orang tuanya.