Mohon tunggu...
Prajna Dewi
Prajna Dewi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Humaniora, parenting, edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Minus Mata Tinggi? Hati-hati dengan Ablasio Retina

24 Juli 2022   05:30 Diperbarui: 27 Juli 2022   16:36 1630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa minggu lalu, tiba-tiba saya merasakan ada titik-titik hitam/floaters yang bergerak di depan mata kiri, sebelumnya titik hitam sudah ada sejak lama, namun kecil dan tidak terlihat jika tidak diperhatikan. Malam itu titik yang muncul cukup besar dan mengganggu.

Ketika saya mematikan lampu, dalam keadaan remang-remang seperti ada kilatan cahaya, hanya sekejap. 

Keesokan harinya, rasanya benda yang dilihat oleh mata kiri seperti berpendar. Wah, ini ada yang salah, maka segeralah saya menemui dokter mata.

Hasil pemeriksaan menunjukkan ada masalah dengan serabut syaraf mata saya, sangat tipis dan dokter mengkhawatirkan terjadi ablasio retina jika tidak segera ditangani. Waduh, penyakit apa pula ini?

Apa Itu Ablasio Retina?

Sebelumnya, kita pahami dulu fungsi retina. Retina adalah lembaran tipis yang transparan, yang berada di bagian belakang bola mata kita, memiliki fungsi menangkap bayangan. 

Cahaya yang masuk akan diterima oleh sel basilus/sel batang dan konus/sel kerucut pada retina dan mengubahnya menjadi sinyal syaraf, hingga otak memvisualkan apa yang ditangkap oleh penglihatan.

Ablasio retina adalah sebuah kondisi di mana retina tidak berada pada posisi normalnya, seperti kondisi robek hingga terlepasnya si retina. Akibatnya Retina terpisah dari serabut syaraf yang memasok oksigen dan nutrisi.

Kondisi ini adalah situasi yang darurat, perlu penanganan segera karena dapat berakibat kebutaan sebagian atau total.

Penyebab Terjadinya Ablasio Retina

1. Robeknya retina

Orang yang berusia di atas lima puluh tahun, serta mengalami rabun jauh (Minus di atas delapan) beresiko tinggi mengalami hal ini. 

Begitu pula orang yang pernah mengalami cidera parah pada mata. Kebiasaan mengucek mata dengan keras menambah resiko robeknya retina.

2. Terlepasnya Retina karena jaringan parut

Sumber: Freepik.com
Sumber: Freepik.com

Ini dapat terjadi pada penderita diabetes yang gula darahnya tidak terkontrol. Disebut kondisi retinopati diabetik, kondisi kerusakan pada pembuluh darah mata  hingga timbul jaringan parut yang membuat retina tertarik dan lepas.

Gejala Ablasio Retina

Gawatnya, ablasio retina tidak ada tanda yang nyata, sakit mata biasanya ditandai gejala seperti mata sakit, bengkak, merah meradang, namun tidak demikian dengan ablasi retina. Tanda yang muncul sangat halus dan kadang kita tidak terlalu peduli.

Lalu, apa saja gejalanya?

1. Muncul titik bayangan hitam

Jika diperhatikan, ada bayangan titik hitam di depan mata yang disebut floaters, titik ini akan makin jelas ketika kita memandang bidang yang terang dan polos (tidak banyak benda).

2. Terasa ada kilatan cahaya seperti blitz

Saya sendiri baru merasakan muncul kilatan cahaya/fotopsia ini ketika berada di ruangan yang agak gelap, dan hanya sesekali. Saat berada di ruang yang terang saya tidak menyadarinya.

3. Penglihatan kabur

Pada kasus yang saya alami, benda yang dilihat oleh mata kiri, lebih gelap dibanding yang dilihat oleh mata kanan. Ada perbedaan intensitas kecerahannya, seperti perbedaan saat kita melihat benda saat cuaca cerah dan cuaca mendung.

Bagaimana Mencegah Terjadinya Ablasio Retina?

1. Periksakan mata secara rutin

Pemeriksaan mata penting, setidaknya setahun sekali, terutama jika sudah berusia di atas lima puluh tahun dan mempunya rabun jauh/minus di atas delapan. Begitu pula jika memiliki penyakit diabetes.

2. Pakai pelindung mata

Kita perlu membiasakan diri menggunakan pelindung mata jika mengerjakan pekerjaan yang beresiko mencederai mata, dan berhati-hatilah serta tetap fokus ketika melakukan kegiatan olah raga yang beresiko tinggi. Cukup sering terjadi bola terpental dan mengenai mata pemain, hal ini tentunya sangat berbahaya.

3. Jangan abaikan gejala yang muncul pada mata

Jika muncul gejala seperti di atas, baiknya segera memeriksakan mata ke dokter. Jika keadaan robekan belum parah (belum terjadi lepas pada retina) penanganan yang dilakukan cukup sederhana. Terapi laser salah satunya, dan ini yang saya jalani.

Namun jika sudah terlanjur lepas, operasi menjadi satu-satunya tindakan penyelamatan.

Apakah Terapi Laser Sakit?

Banyak teman-teman yang menanyakan hal ini saat tahu, saya menjalani terapi laser pada mata. Saya akan ceritakan apa yang saya jalani saat terapi laser

1. Mata ditetes dengan tetesan yang memperbesar pupil

Rasanya lumayan perih, dan setelah lima belas menit ditetes, pupil mata saya membesar, si bungsu yang menemani sampai takjub, mata saya sama dengan mata adek San-san (kucingnya) kata dia.

Pupil yang membesar ini memudahkan dokter melihat kebagian dalam mata kita.

Menurut perawat, saya akan merasa tidak nyaman dan rabun saat melihat dekat beberapa jam, tapi yang saya rasakan melihat jauh lebih rabun, dan kondisi rabun ini berlangsung sampai besok pagi.

2. Mata difoto

Untuk mendapat gambaran yang jelas tentang mata hingga ke serabut terhalusnya, mata dilakukan pemotretan menggunakan alat khusus. Silau sekali saat mata difoto, dan itu dilakukan berkali-kali.

3. Pelaksanaan laser

Setelah dokter mempelajari hasil foto, mata saya ditetes dengan obat tetes yang berfungsi sebagai bius lokal. Proses laser dilakukan sambil duduk.

Dagu dipasang pada penumpu di meja/alat laser, bagian kepala ditahan dengan pengikat supaya tidak bergerak-gerak. Dokter berpesan untuk menaikkan tangan jika rasa nyeri tidak tertahan.

Cukup cemas saat mendengar pesan dokter. Yang bisa saya lakukan hanya pasrah dan berdoa ketika itu.

Saat laser, kita membuka mata. Terdengar bunyi seperti ketika memainkan kembang api. Kretek-kretek halus. Rasa sakit ternyata tidak mengerikan seperti yang saya bayangkan, sangat ringan. Hanya pada beberapa titik ada sakit yang agak terasa, tapi secara keseluruhan masih ringan tingkatan rasa sakitnya.

Proses laser sekitar lima belas menit. Setelah selesai dokter memberikan resep beberapa jenis tetes mata. Aktivitas boleh dilakukan seperti biasa, tidak ada pantangan apapun, hanya tentunya perlu membatasi penggunaan mata pada layar untuk pemulihan.

Sekarang sudah sekitar sepuluh hari dari proses laser, mata sudah Kembali terasa nyaman. Bayangan hitam sudah jauh berkurang, kilatan blitz juga sudah tidak ada lagi.

Nah, inilah pengalaman saya terkait gangguan retina. Semoga bermanfaat. Mata adalah jendela dunia, beri perhatian pada keluhan yang disampaikan oleh mata kepada kita.

Salam sehat

Sumber: 1 2 3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun