Mohon tunggu...
Prajna Dewi
Prajna Dewi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Humaniora, parenting, edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Sebentar Lagi Masuk Sekolah, Bagaimana dengan Anak yang Tinggal Kelas?

2 Juli 2022   05:30 Diperbarui: 3 Juli 2022   06:41 2184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Freepik.com

“Mama, aku 'gak mau sekolah, malu dengan teman-teman Ma," rengek Tommy kepada ibunya. Makin dekat hari masuk sekolah, Tommy makin gelisah. Membayangkan harus jumpa dengan teman-temannya yang naik ke kelas sembilan, sedangkan dia tetap di kelas delapan, adalah mimpi buruk yang paling ditakutinya.

Apakah harus pindah sekolah?

Mungkin sebagian orangtua berpikir bahwa memindahkan anak ke sekolah baru adalah jalan keluar paling cepat dan paling mudah membantu anak mengatasi rasa malunya.

Sebelum sampai pada keputusan itu, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan 

1.Penyebab anak tinggal kelas

Mengetahui penyebab anak tinggal kelas adalah langkah utama yang harus diambil orangtua. Jika penyebab anak tinggal kelas adalah faktor internal, seperti ketidakdisiplinan anak, kesalahan pengaturan waktu, maka memindahkan anak ke sekolah lain tidak akan menyelesaikan masalah.

Namun jika penyebabnya adalah faktor dari luar diri anak, seperti tuntutan pencapaian dari sekolah yang terlalu tinggi bagi anak, cara mengajar guru yang tidak sesuai dengan anak, maka opsi mencari sekolah lain patut dipertimbangkan.

1. Biaya

Memindahkan anak, apalagi ke sekolah swasta yang lain, tentunya berarti orangtua harus kembali mengeluarkan biaya pendaftaran yang tidak sedikit.

Selain baju seragam, buku pelajaran pun bisa jadi berbeda dengan sekolah sebelumnya. Bukankah artinya tidak sedikit dana yang diperlukan untuk pindah sekolah?

Maka dari itu, opsi memindahkan anak ke sekolah lain hanya patut diambil oleh orangtua jika alasannya adalah karena ketidakmampuan anak mengikuti pembelajaran pada sekolah sebelumnya.

Memindahkan anak ke sekolah lain hanya karena alasan untuk menutupi malu, sesungguhnya mengajarkan kepada anak untuk lari dari masalah. Mungkin teman di sekolah barunya untuk sementara waktu tidak tahu bahwa dia tinggal kelas, namun tidak tertutup kemungkinan bahwa suatu hari mereka akan tahu.

Kalau begitu, apa yang harus dilakukan?

1. Evaluasi diri sebagai orangtua

Anak tinggal kelas, sesungguhnya merupakan akumulasi dari berbagai faktor. Berdasarkan pengalaman saya mengajar selama dua dasawarsa, peran orangtua sangat besar. Mulai dari orangtua yang permisif, memberi kebebasan anak melakukan apapun yang disukai seperti bermain game tanpa batas waktu adalah satu dari sekian banyak dosa orangtua.

Masalah dalam rumah tangga, di mana selalu terjadi ledakan amarah dan pertengkaran keluarga, juga menyumbang andil besar atas kegagalan anak mengikuti pembelajaran, karena anak tentunya kehilangan konsentrasi dan menjadi terganggu emosinya.

Last but not least, orangtua yang terlalu sibuk bekerja, menyerahkan urusan anak kepada kakek nenek yang terlalu memanjakan, atau kepada pengasuh yang tidak paham cara mendidik sehingga anak tidak disiplin dan mengenal makna tanggung jawab, juga dapat menjadi penyebab anak tinggal kelas.

Nah, sebagai orangtua, secara jujur, lakukanlah evaluasi diri dan keadaan, manakah yang menjadi faktor penyumbang kegagalan anak. Ambil langkah untuk memperbaiki berdasarkan faktor penyebab yang ditemukan.

2. Mengajak anak memulai lembaran baru

Sebagian anak mungkin terlihat bersikap masa bodoh, sebagian lagi menunjukkan rasa malu dan bersalah. Apapun sikap yang ditunjukkan seorang anak, pada intinya dia tahu bahwa dia tinggal kelas dan membuat kecewa orangtuanya. Tidak ada orang yang senang gagal.

Bicaralah dari hati ke hati, berikan maaf, bila perlu orangtua juga meminta maaf kepada anak, tanyakan apa yang dia harapkan dari orangtua untuk mendampinginya memulai lembaran baru.

Sampaikan kepada anak bahwa gagal memang menyakitkan, namun kita tidak boleh berhenti karena kegagalan. Jadikan ini sebagai pelajaran untuk mencapai hasil yang lebih baik dikemudian hari. Buat rencana bersama seperti jadwal pendampingan orangtua kepada anak, dan penuhi.

Ajarkan makna disiplin dan tanggung jawab. Main tentu boleh, dengan syarat tugas sudah diselesaikan. Ajak anak membuat jadwal dan belajar mengatur waktu dengan baik.

Sesibuk-sibuknya orangtua dalam bekerja, ingatlah bahwa anak membutuhkan pendampingan dan figur orangtua. Materi yang terkumpul akan sia-sia jika bayarannya adalah anak yang gagal karena penelantaran.

3. Bina hubungan baik dengan pihak sekolah

Tidak ada satu pun sekolah yang senang ada anak didiknya yang tinggal kelas. Hanya terkadang memang opsi tinggal kelas terpaksa diambil oleh dewan guru jika pencapaian anak jauh dari standar meski berbagai usaha sudah dilakukan sekolah.

Sekolah yang baik akan memantau anak didiknya bahkan dari awal semester, menginformasikan ke orangtua terkait nilai maupun perilaku anak yang bermasalah.

Mulai sekarang, perhatikan semua informasi yang diberikan oleh sekolah terkait anak. Bila perlu proaktif bertanya kepada pihak sekolah tentang kondisi anak.

Jika ada indikasi anak bermasalah, bila perlu ajukan permohonan bertemu dengan wali kelas ataupun guru bimbingan konseling sekolah untuk menggali lebih dalam masalah yang terjadi dan mencari jalan keluarnya.

Tinggal kelas tentunya bukanlah hal mudah, namun di balik sebuah pil pahit, sesungguhnya ada obat mujarab. Tinggal kelas adalah sebuah peringatan yang harus disikapi orangtua dengan bijak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun