"Maaa bosannn !!!! , Kapan kita jalan-jalan ???? "
Ya, keinginan berlibur sudah tidak bisa ditahan lagi. Bisa dibilang sejak pandemi sampai hari ini sangat jarang kami pergi berlibur. Bahkan pada tahun pertama pandemi, nyaris tidak keluar rumah kecuali untuk keperluan mendesak.
Awalnya si Bungsu diam, karena paham keadaan yang genting, setiap hari muncul berita jumlah orang yang positif Covid, bahkan keadaan tambah mencekam Ketika televisi dipenuhi berita pemakaman umum kewalahan melayani antrian jenazah yang mau dimakamkan.
Tapi setelah lewat satu tahun, dia mulai mengeluh bosan di rumah, pingin jalan-jalan. Saat pertamakali diajak ke mal girangnya luar biasa, walau hanya 1 jam sudah diajak pulang.
Apa Itu Libur?
Libur, dalam KBBI diartikan bebas dari bekerja atau masuk sekolah. Namun yang "dituntut" dari kata “Libur” itu sendiri adalah "Berlibur", keluar dari rutinitas, melakukan hal yang menyenangkan, jalan-jalan, mengunjungi lokasi wisata.
Harus diakui selama pandemi waktu luang lebih banyak dibandingkan kondisi normal. Setidaknya kita tidak membuang waktu di jalanan yang padat dengan sistem WFH dan anak anak belajar daring. Tapi ternyata kejenuhan tetap datang.
Makin lama keinginan untuk keluar rumah, baik sekadar jalan di mal atau mengunjungi tempat rekreasi makin terasa.
Sebentar lagi bulan Juni, libur panjang sekolah akan segera riba. Perlukah mengajak anak-anak berlibur? Apa manfaat berlibur bagi anak?
Perlu, karena ternyata berlibur membawa manfaat positif bagi anak.
1. Menstimulasi Perkembangan “Seeking System” Anak.
American Psychological Association Dictionary of Psychology menerangkan bahwa pada otak manusia, ada satu bagian yang disebut seeking system, yang terhubung dengan sistem mesolimbic dan mesokortikal. Seeking System berguna dalam mengatur perilaku yang berpusat pada tujuan.
Sejak anak bayi sekalipun, mereka sudah paham bahwa suatu perilaku dapat membawanya kepada apa yang diinginkan.