Pak Pilul bingung, tahun ini lebaran pertama yang akan dia rayakan sejak posisinya naik bertingkat-tingkat menjadi orang penting.
Bingung bukan karena memikirkan ganjil genap yang kabarnya akan diberlakukan untuk kendaraan yang mau mudik, karena pak Pilul sudah jauh-jauh hari pesan tiket pesawat untuk mudik.
Kebingungannya adalah karena mendadak bel rumahnya ditekan pengantar hampers lebaran  sehari tiga kali, sudah menyamai durasi orang yang minum antibiotik. Ya, Hampers, keranjang cantik berisi segala benda. Tiap menerima hampers mata istri pak Pilul berbinar-binar, sementara pak Pilul mulai nanar.
"Jangan buka dulu bu" Katanya.
Pak Pilul berpikir...
Tiba-tiba dia teringat sumpah jabatannya, bahwa dia tidak akan memanfaatkan jabatannya untuk kepentingan pribadi, akan menjaga integritas, menjaga nama baik institusi, dan masih banyak  menjaga-menjaga yang lainnya.
Nama pengirim hamper tertera jelas, kalau dia terima, apakah ini tidak akan mengganggu integritasnya nanti terhadap pengirim?Â
Apa niat pengirim mengantar keranjang berisi piranti kristal gemerlap yang tentunya jauh dari murah. Apa pula niat  pengirim hampers berisi tas dengan merek yang biasa dipamerkan para artis.Â
Ada juga yang mengirim hanya kue dan makanan ringan. Eh, tapi bukan "hanya", karena kue dan makanan ringan ini dari outlet yang dia tahu harganya selangit.
"Pak, bukaaa !!!" Suara bu Pilul sudah mulai naik 2 oktaf.