Mohon tunggu...
Prajna Dewi
Prajna Dewi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Humaniora, parenting, edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyiapkan Pewaris Perusahaan

21 April 2022   05:30 Diperbarui: 21 April 2022   06:44 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Danu kesehatannya menurun, sudah berminggu minggu tidak bisa tidur. Terutama sejak bersitegang dengan putra satu-satunya, Joko, yang menolak keras mengelola perusahaan yang sudah Pak Danu rintis sejak puluhan tahun dengan susah payah.

Tidak terbilang upaya yang dilakukan Pak Danu hingga perusahaannya berkembang sampai hari ini, yang membuat seorang Danu jadi keluarga terpandang. Tapi sayangnya Joko tidak berminat sedikitpun untuk mengelola perusahaan ini, Ancaman pencoretan dari daftar ahli warispun tidak membuat Joko berubah pikiran. Joko lebih tertarik untuk mengejar cita-citanya menjadi pilot.

Di belahan lain dari kota yang sama, Pak Iskak sahabat Pak Danu juga terganggu kesehatannya. Tidak bisa tidur bukan karena putranya tidak mau membantu menggantikan dirinya mengurus perusahaan.

Purnomo, putra Pak Iskak sangat bersemangat mempraktekkan ilmu yang didapatnya saat berkuliah di universitas ternama di negeri Paman Sam. Saking bersemangatnya, dia bahkan melakukan perubahan besar-besaran, restrukturisasi.

Semua pegawai andalan Pak Iskak, yang sudah mengabdi puluhan tahun sejak awal perusahaan dirintis,  ditebas habis, diganti dengan tenaga muda yang dipercaya Purnomo akan lebih efektif mendulang pundi emas.

Permintaan Pak Iskak untuk menahan pegawai senior tidak didengarkan. Karena menurut ilmu yang dipelajari Purnomo, efisiensi penting. Otak dikedepankan, hati nurani boleh minggir.

Mengapa Pak Danu dan Pak Iskak bernasib malang terkait penerus perusahaan? Bukankah seharusnya mudah untuk meneruskan sebuah perusahaan yang sudah maju jaya.

Ternyata di sisi lain, ada Pak Sukanto Tanoto, yang bisa tidur nyenyak. Karena putranya ada yang mau membantunya mengelola perusahaan, dan membantu dalam pengertian sesungguhnya, bukan malah menciptakan huru-hara seperti Purnomo yang bablas.

Perusahaannya, Royal Golden Eagle (RGE)  Ia rintis sejak awal,  hari ini sudah menjadi perusahaan kelas dunia yang bergerak di bidang sumber daya alam yakni  industri pulp and paper, kelapa sawit, selulosa spesial, viscose fibre, dan pengembangan energi.

Ke empat bidang usahanya tersebar di Indonesia, Kanada, Cina bahkan Brazil. Dengan total aset lebih dari 12 miliar US Dolar dan memiliki 60 ribu pegawai.

Pak Tanoto memiliki 4 orang anak, sejak kecil, anak-anaknya sudah diperkenalkan pada pekerjaan yang ditekuninya. Perkebunan dan pabrik RGE kerap menjadi destinasi wisata anak-anak Pak Tanoto.

Alih-alih berphoto di pegunungan salju dengan peralatan ski yang gaya, sejak masih duduk di bangku taman kanak-kanak, anak-anak keluarga Tanoto sudah terbiasa mengenakan helm proyek dan berkeliling di perkebunan serta menelusuri kanal dan sungai.

Hingga mereka besar, perkebunan dan lapangan sudah menjadi bagian dari pengalaman masa kecil yang terus melekat di ingatan mereka, meninggalkan kesan yang mendalam dan ikatan batin yang erat.

Maka tidak heran jika anak Pak Tanoto dengan senang hati bergabung membatu usaha ayahnya.

Namun status sebagai anak dari pemilik perusahaan tidak serta merta memberikan mereka posisi atas di perusahaan. Pak Tanoto meminta agar anaknya memulai dari posisi bawah, bahkan sebelumnya mereka melalui tahapan bekerja dulu di perusahaan lain. Merasakan bagaimana menjadi pegawai orang sambil menimba pengalaman.

Inilah yang membedakan Pak Tanoto dengan Pak Danu maupun Pak Iskak. Tahapan mempersiapkan pewaris perusahaan dilakukan jauh-jauh hari. Kenal dan kecintaan anak-anaknya terhadap perusahaan serta memulai posisi dari bawah membuat proses peralihan menjadi lancar tanpa kendala.

Jika semua pengusaha besar menjalankan cara seperti Pak Tanoto, tentunya  mitos: "Generasi pertama membangun, generasi kedua menikmati, dan generasi ketiga menghancurkan" dapat dipatahkan.

Orang Tua adalah figur otorita

Sejatinya semua orang tua mampu memerintahkan dan mempengaruhi anak. Karena bagi seorang anak, orang tua adalah figur otorita, orang yang berwenang atas dirinya, orang yang semua ucapannya akan didengar. 

Sehingga di masa kanak-kanak, semua paparan, ucapan, anjuran yang dilakukan oleh orang tua akan masuk ke dalam pikiran anak, bahkan jauh ke alam bawah sadarnya.

Anderson Tanoto, Salah seorang putra Pak Tanoto, mengatakan bahwa masa liburan bersama keluarga di poerkebunan masih Ia kenang dan meninggalkan perasaan berkesan sampai sekarang.

Upaya Pak Tanoto memperkenalkan perusahaannya sejak dini, serta menunjukkan value yang dimiliki oleh perusahaan kepada anak-anaknya, merupakan tindakan yang sangat tepat dari seorang figur otorita yang menyiapkan pewaris perusahaan.

Keluarga Tanoto Berlibur di Perkebunan                  Sumber: primahapsari.com
Keluarga Tanoto Berlibur di Perkebunan                  Sumber: primahapsari.com

Sumber: 

http://www.primahapsari.com/2017/11/mendidik-anak-menyukai-bisnis-keluarga.html

https://www.sukantotanoto.net/id/sukantotanoto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun