Mohon tunggu...
Prajna Dewi
Prajna Dewi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Humaniora, parenting, edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merangkul Siswa SMP Lewat Komunikasi

16 April 2022   05:09 Diperbarui: 16 April 2022   06:11 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artinya saat kita bicara, perlu dijaga intonasinya terkendali, gesture tidak menunjukkan ketidaksukaan apalagi kemarahan. Dengan bahasa yang baik akan membawa pula perubahan sikap menjadi baik.

Perlu diingat, apapun  pendekatan yang diambil dalam menghadapi perilaku siswa, pada dasarnya kita sedang menawarkan suatu model untuk dicontoh oleh mereka.

 Hukum Komunikasi Albert MehrabianSumber: www.pintrest.co.uk
 Hukum Komunikasi Albert MehrabianSumber: www.pintrest.co.uk

3. Masukkan Unsur Empati   

Komunikasi juga membutuhkan empati, yakni kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi yang dihadapi orang lain. 

Mencari tahu alasan yang ada dibalik pelanggaran siswa dapat membangun empati kita. 

Saat Siswa merasakan adanya empati, biasanya mereka akan lebih terbuka menceritakan permaslahannya.

Contoh Siswa yang tidak mau menyalakan camera saat belajar daring. Sementara aturan sekolah jelas tertera bahwa siswa wajib menyalakan kamera. Ternyata saat diajak bicara, didapati bahwa siswa terpaksa mematikan kamera karena malu dengan kondisi rumahnya yang kecil, dan ayahnya yang selalu lalu lalang hanya dengan kaos singlet.

 Empati saja tidak menyelesaikan masalah, perlu langkah selanjutnya, kita bisa ajak mereka memikirkan alternatif apa saja untuk mengatasi problem ayahnya yang lalu-lalang. 

Apakah dengan membuat penghalang di belakang punggung, mengganti arah duduk dan sebagainya.

Ajakan ini mengacu pada teori yang diungkapkan Thomas Lickona, bahwa pembentukan karakter berarti pembentukan "Lifelong learner and critical thinker"  yang membentuk siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat yang kritis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun