Nah, disini lah oleh-oleh menjalankan perannya, sebagai alat untuk pamer, menunjukkan dan membanggakan diri si pembawa oleh-oleh, tanda keberhasilan pengumpulan materi saat merantau.Â
Waduh, bagaimana kalau penghasilan pas-pasan saja? Pas lah untuk memenuhi kebutuhan hidup tanpa harus pinjam sana-sini, pas juga untuk sekolahkan anak, pas untuk beli sedikit oleh-oleh tapi bukan kategori "Waw" yang layak  untuk pamer...
Tidak perlu gundah apalagi sampe gulana, kembali kepada tujuan awal, pemberian oleh-oleh untuk membuat bahagia yang menerima. Keluarga terdekat, seperti ayah ibu dan saudara adalah orang yang menyayangi kita apa adanya.Â
Yakin, bahwa kita bisa datang mengunjungi untuk melepas rindu saja sudah lebih dari cukup bagi mereka. Â Oleh-oleh sederhana pun tentunya sudah cukup membuat mereka bahagia.
Tapi, setiap balik mudik, pasti ketemu saudara lain  yang juga mudik, dan selalu pamer segala benda termasuk oleh-oleh "Waw" tadi.. Harus bagaimana ?
Pandanglah  dengan kebahagiaan dan rasa syukur. Bersyukur saudara  kita sukses dan bisa membawa oleh-oleh "Waw"  untuk keluarga di kampung.
Belum tentu maksudnya membawa semua kemewahan itu untuk merendahkan kita yang pas-pasan. Untuk orang yang sudah terbiasa dengan benda ber-merek, mereka memang merasa tidak nyaman dengan benda tanpa merek. Itu adalah hak mereka sebagai hasil jerih payahnya, itu adalah pilihan mereka terkait gaya hidup dan penampilan.Â
Kalau pun terlihat bahwa saudara kita punya niat pamer, menunjukkan apa yang dia miliki, kita jadikan sebagai motivasi dan doa, semoga suatu hari kita juga bisa berhasil sepertinya.
Nah, sudah siap untuk mudik? Yuk, oleh-olehnya disiapkan dari sekarang, ingat, sesuaikan dengan kemampuan. Â Selamat mudik.Â