Beredar photo dengan tag "Emak ini provokator", tampak seorang emak berpakaian warna jingga lembut, kontras dengan ekspresinya yang garang,  pada aksi demo berujung penganiayaan terhadap Ade Armando.
Emak, seorang ibu, wanita, identik dengan kasih sayang dan kehalusan. Kok bisa tetiba berubah garang? Â Mengapa? Ini kan acara demo mahasiswa, siapa emak-emak ini? Dosen yang menjaga keselamatan mahasiswanya kah? Â Ataukah emak ini orang yang mau menemani anaknya berdemo? Â Kenapa ekspresinya begitu garang?
Berbagai pertanyaan ini mendorong jari tanganku berselancar mencari jawaban. Nah, di bawah ini ada beberapa penjelasan yang mungkin bisa menjawab keheranan pembaca kalau ada di antara pembaca ikut heran sepertiku. (Baca#kepo)
1. Â Konformitas
Mataku mampir pada sebuah  teori yang sepertinya mampu menjelaskan fenomena ini, yaitu konformitas.Â
David Myers, ahli Psikologi Sosial dalam bukunya mengemukakan bahwa tekanan kelompok dapat menimbulkan  perubahan perilaku pada individu, yang disebut dengan konformitas.
Jadi kalau di sosmed kita bisa melihat photo si emak tampil manis, tersenyum lembut di samping suaminya lalu tahu-tahu wajahnya berubah garang di antara para pendemo, itu bisa jadi merupakan fenomena konformitas.Â
Mengubah sikap, perilaku agar sama dengan kelompok yang ada.
Mengikuti  kelompok mayoritas adalah hal yang umum terjadi dengan beragam alasan dibaliknya. Mulai dari takut terkucil, berharap diakui, ingin mendompleng keuntungan, ingin dianggap hebat, ingin mengejar kebenaran yang ia yakini, dan berbagai keinginan lainnya.Â
Apa alasan si emak? Hanya dia dan Tuhan yang tahu.
2. Merasa "Klik"