Ganguan kadar dopamine dalam tubuh sangat mungkin terjadi akibat aktivitas seksual dan sensasi menyenangkan yang terus menerus diulang hingga berlebihan.
Hormon dopamine, Â adalah senyawa kimiawi di otak yang berperan untuk menyampaikan rangsangan ke seluruh tubuh. Dikatakan bahwa kemampuan mengingat hingga menggerakkan anggota tubuh juga dipengaruhi dopamimne
Dopamine meningkat kadarnya  saat seseorang mengalami sensasi yang menyenangkan. Seperti saat menonton acara humor, mengonsumsi makanan enak, melakukan aktivitas seksual dan sebagainya.
Jika dilepaskan dalam kadar yang sesuai, akan membawa efek positif seperti rasa gembira, tenang, bahkan percaya diri, namun disisi lain jika secara berlebihan akan membawa dampak buruk seperti mudah gelisah, stress, Â hiperaktif, Â hingga insomnia.Â
Bahkan dalam taraf tertentu pelepasan dopamine yang terlalu banyak dikatakan dapat memicu timbulnya gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (attention deficit hyperactivity disorder/ADHD) hingga meningkatkan risiko gangguan skizofrenia (gangguan mental mempunyai ciri-ciri perubahan dalam persepsi, pemikiran, mood, dan tingkah laku)
2. Masalah sosial
Pada artikel saya di kompasiana  yang berjudul "Klitih Dalam Kacamata The Triune Brain" saya menyebutkan  pentingnya peran neocortex/bagian otak yang memegang fungsi kognitif  dakm hal hadirnya kemampuan berpikir, menganalisis dan mengambil langkah penuh pertimbangan pada seseorang.
Neocortex sendiri terbagi menjadi beberapa bagian. Bagian depan neocortex disebut prefrontal cortex/PFC,  fungsinya memegang intelektual yang lebih tinggi (higher cognitive functions) seperti emosi dan perilaku. Banjir dopamine ternyata berpotensi merusak PFC, yang artinya merusak fungsi kognitif, nalar, yang mengakibatkan pengendalian emosi yang sebelumnya sangat baik bisa menjadi rusak dan tidak terkontrol.
Orang dengan ganguan emosi dan nalar, sudah pasti menghadapi masalah sosial baik dari skala ringan seperti terganggunya pergaulan/terkucil  akibat mood swing dan emosinya yang tidak terkendali, hingga  kemungkinan melakukan tindak kriminal akibat nalarnya yang tidak bekerja.
Gawatnya, dr Fatmawati dalam Alodokter mengatakan bahwa kerusakan otak  semacam ini bersifat permanen.
3. Ingin mencoba