Berita tentang Klitih, geng remaja yang melakukan aksi brutal di Yogya, membuat orang tersentak karena selama ini Yogya terkenal sebagai kota yang penduduknya halus, lembut, sopan penuh tata-krama.
Namun jika kita melihat lebih jauh dari sisi otak manusia, sebenarnya tidak terlalu mengejutkan. Otak manusia, sebagai arsitek, pelopor pendorong sikap dan tindakan memiliki struktur yang sama di belahan negara/kota manapun orang itu berada. Sehingga suatu aksi sebagai respon dari suatu kondisi, sangat mungkin terjadi di negara/kota manapun.
Seorang neuroscientist asal Amerika, Prof Paul MacLean di tahun 1960, lewat teorinya yang Bernama “The Tiune Brain”, membagi otak manusia berdasarkan letak dan karakteristiknya menjadi tiga bagian: The Primitive Brain (Reptilian Complex), The Limbic System (Paleomammalian Complex), The New Cortex (Neomammalian Complex).
Setiap bagian otak ini memiliki fungsi dan karakteristik yang berbeda. Mari kita lihat satu persatu.
1. Reptilian Complex
Disebut juga sebagai reptilian brain, otak reptil.
Fungsi: Mengatur gerak, reflek, insting. Otak reptil ini dikenal sebagai penjaga, dia yang membuat makhluk hidup sigap mempertahankan keamanan dirinya.
Karena fungsinya adalah untuk mempertahankan diri, maka dia mempunyai tiga mode reaksi terhadap hal-hal yang membuatnya merasa tidak nyaman ataupun terancam
- Mode A. Freeze. Dia akan membeku, sampai dengan berlalunya si bahaya. Membeku ini bisa dalam artian tubuh yang membeku, diam tidak bergerak, namun tidak jarang sampai pikirannya pun membeku, alias “nge-blank”
- Mode B. Fight. Dia akan terbang, pergi melarikan diri. Berusaha sejauh mungkin menghindari si bahaya selagi dia masih mampu bergerak untuk lari.
- Mode C. Fight. Dia akan berkelahi, melawan habis-habisan semua yang membuatnya merasa terancam.
Mengutip tulisan Zabidi Mutiullah; (Tayang di Kompasiana.com dengan judul "Klitih Messi dan Ronaldo, Bukan Hanya Punishment"), diulas bahwa salah satu penyebab klitih karena pelakunya menggunakan klitih sebagai jalan untuk mendapatkan pengakuan.
Nah, apa hubungannya dengan karakteristik si reptilian brain?
Untuk remaja dianggap tidak ada oleh komunitas/teman berkumpul, atau tidak eksis, adalah sebuah bahaya. Mereka bisa terkucil. Tidak dianggap dan tidak mendapat pengakuan dari komunitas/teman berkumpul adalah bencana bagi mereka. Orang dewasa yang tidak diakui saja punya ketersinggungan, apalagi remaja yang dikatakan merupakan periode unjuk gigi dan mencari jati diri.
Apapun akan mereka lakukan untuk menghindari bahaya tidak eksis, dan para anggota geng klitih memilih cara fight.
2. Limbic System
Disebut juga sebagai mammalian brain/otak mamalia.
Fungsi: Pengendali emosi, keseimbangan hormonal, bioritme (detak jantung, tekanan darah). Otak yang terletak di bagian tengah ini dikatakan bertanggung jawab terhadap feeling/perasaan seseorang. Dari sinjilah muncul respon senang, takut, marah, tidak suka dan berbagai respon emosi lainnya.
Saat geng klitih melakukan kebrutalannya, kemudian mendapatkan puja-puji kekaguman dari anggota geng lainnya, disitulah mammalian brain mereka terpuaskan. Muncul ketagihan untuk mendapatkannya yang mendorong mereka melakukannya lagi dan lagi.
3. Neocortex
Disebut juga sebagai neomammalian brain
Fungsi: Berpikir secara sadar, mengolah informasi, menganalisis, mempertimbangkan, menyimpulkan dan berbagai fungsi logis rasional lainnya ada di sini.
Bagaimana dengan remaja pelaku klitih? Apakah mereka tidak punya pertimbangan tentang resiko atas perbuatannya? Kemana logika berpikirnya? Dimana nurani dan kesadaran mereka tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan?
Jawaban untuk pertanyaan di atas adalah Zonk. Pelaku klitih tidak mungkin memikirkan resiko dan melakukan pertimbangan logis di saat mereka sedang terhasut oleh anggota geng. Karena dikatakan oleh Maclane, cara kerja ketiga bagian otak ini seperti sistem portal buka tutup.
Saat reptilian brain remaja geng klitih didominasi perasaan takut tidak diakui eksistensinya, meledak mendorong untuk fight, disusul mammalian brain yang dipenuhi emosi dan ketagihan atas puja-puji, maka arus berpikir mereka tidak akan mampu mencapai neocortex. Mereka terpaku pada dominasi dorongan fight dan emosi, arus berpikirnya terhenti hanya sampai mammalian brain, sehingga tahapan berpikir rasional penuh pertimbangan tidak akan pernah terjadi.
Sumber:
https://www.thescienceofpsychotherapy.com/the-triune-brain/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H