Saya setuju dengan opini Bapak Andreas Adhy Aryanto yang pada bulan Mei lalu menuliskan surat pembaca yang berjudul "Semarakkan Kembali Toko Buku" yang intinya menyuarakan tentang toko buku yang perlu dihidupkan lagi.
Bapak Andreas mengungkapkan kemirisannya atas toko buku yang semakin sedikit, puncaknya ketika toko buku ternama yang tutup untuk selama-lamanya.Â
Waktu saya kecil hingga remaja, dengan mudah saya menghampiri toko buku dan majalah di pasar. Buku bukan barang elit. Melainkan barang yang dapat dengan mudah dijangkau oleh siapapun dari berbagai kalangan dengan harga yang beragam pula. Kondisi hari ini memang banyak ditemukan event atau bazar buku tapi banyak ditemui dengan harga yang tidak murah.
Bahkan untuk saya yang sudah bekerja. Untungnya, saya masih dikelilingi oleh teman-teman yang juga senang membaca dan genre bacaannya mirip. Untuk bisa membaca tidak perlu selalu beli (untuk dimiliki), hanya cukup pinjam dan tidak lupa dikembalikan dalam keadaan baik.Â
Bahkan kantor saya cukup mendukung dengan memperkenankan sebagian ruang lemarinya untuk diisi dengan buku-buku yang dapat dibaca dan dipinjam oleh siapapun dengan menuliskan nama peminjam, judul buku, tanggal pinjam, dan tanggal pengembalian untuk bisa dimonitor rekam jejaknya. Saya rasa perpustakaan mini seperti ini sangat mudah diadakan. Hanya saja apakah ada kemauan untuk memulainya?Â
Saya pribadi sudah memulai untuk memberikan minimal satu buku per bulan ke Perpustakaan SMA, tempat dimana saya dulu bersekolah dan dikenalkan dengan buku-buku sastra. Terdengar sedikit bukan?
Karena hanya dihitung dari saya seorang. Tapi coba bayangkan kalau masing-masing pembaca melakukan hal yang serupa. Menyumbangkan buku lebih banyak akan lebih baik. Tapi setidaknya mulai dari kemampuan masing-masing dan dilakukan secara konsisten.Â
Saya berharap anak-anak yang bersekolah secara merata dapat memiliki akses yang sama atas buku, koran, dan majalah atau sumber bacaan apapun dengan mudah dan murah (accessible for everyone).
Di sisi lain saya juga berharap perpustakaan sekolah dapat dibuka lebih dini (sebelum jam murid masuk sekolah) dan tutup lebih akhir. Sehingga lebih banyak waktu yang dapat dihabiskan oleh murid sekolah di dalam perpustakaan. Bukan hanya di jam istirahat yang hanya berjangka kurang lebih 15 menit x 2.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H