Mohon tunggu...
Prajna Delfina Dwayne
Prajna Delfina Dwayne Mohon Tunggu... Penulis - Lulus dari Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan tahun 2022. Saat ini bekerja sebagai Legal Manager and Government Relationship di Rekosistem, perusahaan pengelolaan sampah berbasis teknologi.

Tujuan publikasi di Kompasiana untuk menggali potensi sebagai penulis, melatih metode penelitian, dan memperdalam kemampuan analisis. "Learn, unlearn, relearn"

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pengalaman Bekerja di Startup Pengelolaan Sampah

9 Juni 2024   23:07 Diperbarui: 10 Juni 2024   20:35 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi - Waste Station Blok M

Sebagai bagian dari Generasi Z yang lahir pada tahun 2000, saya menyadari bahwa 'Green Jobs' mulai naik daun. Hal ini terutama disebabkan karena krisis iklim ekstrem yang semakin dapat dirasakan oleh khalayak umum. 

Kenyataannya, generasi muda lah yang harus berjuang untuk mencari cara meminimalisasi dan mengatasinya karena tenaga kerja produktif di Indonesia saat ini hingga dua dekade ke depan didominasi oleh generasi milenial dan z.

Beruntung, saat ini saya sedang memasuki tahun kedua berkarir di Rekosistem, salah satu climate tech start up di Indonesia yang mengelola sampah. Spesialisasi Rekosistem ialah mengelola sampah yaitu melakukan pengangkutan sampah dari hulu, pemilahan, pendataan, hingga mendistribusikan sampah yang sudah dipilah ke pendaur ulang sehingga menekan jumlah sampah yang dibawa ke Tempat Pemrosesan Akhir.

Rekosistem dibangun oleh dua co-founder bernama Ernest dan Joshua yang berasal dari Teknik Industri Universitas Katolik Parahyangan angkatan 2011. Bisa dibilang, mereka merupakan generasi milenial yang memiliki visi "to make sustainability accessible for everyone" yang dicerminkan melalui Rekosistem. 

Saat ini Rekosistem sudah beroperasi dan dapat diakses oleh masyarakat setidaknya di 5 Kota besar, yaitu Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan, Bandung, dan Surabaya dan akan terus melebarkan sayapnya ke daerah lain.

Meskipun bisa dibilang baru memasuki dua tahun bekerja di Rekosistem, saya merasakan perkembangan yang sangat pesat dari perusahaan ini, yaitu ketika saya pertama kali masuk pada tanggal 15 September 2022 karyawan masih terhitung sebanyak 37 orang. 

Per hari ini, 9 Juni 2024 karyawan Rekosistem sudah berjumlah 99 orang yang tersebar di beberapa kota. Belum termasuk dengan mitra-mitra seperti operator Waste Station, pemilah, supir dan kenek truk, dan lain sebagainya yang dapat berjumlah ratusan.

Di tengah terpaan isu "tech winter", saya mengacungi dua jempol kepada perusahaan tempat saya bekerja yang dapat bertahan dan malah terus menerjang ketidakpastian di depannya. Bahkan terus berekspansi dan dapat menyerap tenaga kerja lebih, bukan sebaliknya.

Beberapa hal yang dapat saya bagikan melalui tulisan ini ialah, karyawan Rekosistem didominasi oleh Gen Z. Kurang lebih sekitar 60 - 75% dari total keseluruhan karyawan merupakan Gen Z, tidak segan untuk merekrut fresh graduate untuk dapat bergabung dan bahkan terlibat dalam misi-misi strategis perusahaan.

Saya juga merasakan banyaknya benefit baik dari segi materil maupun non materil yang diberikan oleh perusahaan, seperti gaji layak (bersaing dengan perusahaan lain dibidang yang serupa), BPJS dan asuransi kesehatan, tambahan cuti (ulang tahun), fleksibilitas waktu kerja (WFH 2x seminggu), training sesuai kebutuhan tim dan individu, dan lain sebagainya.

Hal ini membuktikan kombinasi kepemimpinan yang baik dan adanya kepekaan atas kesempatan untuk mengatasi masalah (krisis iklim > sampah yang menumpuk) bisa membuka lapangan pekerjaan baru.

Seperti yang kemarin baru saya dengar dari tutor Leadership Training Rekosistem, pada masa ini belum ada yang 'paling' expert dibidangnya. Semuanya baru dan tidak pasti (uncertainty). Kuncinya ialah dapat bertahan di masa-masa sulit dan memanfaatkan sumber daya yang ada.

Beberapa bulan terakhir semakin banyak perusahaan yang membutuhkan jasa pengelolaan sampah karena sudah ada pasarnya. Hingga saat ini pun masih banyak sampah yang menumpuk tidak ada habisnya karena produksi dan konsumsi yang tanpa putus pula.

Maka dari itu, saya meyakini, sektor Green Jobs, salah satunya pengelolaan sampah akan menjadi peluang masa depan yang cerah. Tinggal generasi muda saat ini yang perlu merasa terpanggil untuk berani melangkah masuk ke green jobs atau masih memilih untuk bekerja pada industri padat karya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun