Mohon tunggu...
Prajna Delfina Dwayne
Prajna Delfina Dwayne Mohon Tunggu... Penulis - Lulus dari Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan tahun 2022. Saat ini bekerja sebagai Legal Manager and Government Relationship di Rekosistem, perusahaan pengelolaan sampah berbasis teknologi.

Tujuan publikasi di Kompasiana untuk menggali potensi sebagai penulis, melatih metode penelitian, dan memperdalam kemampuan analisis. "Learn, unlearn, relearn"

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Menikmati Hidup Tanpa Membebani Kehidupan

31 Desember 2023   16:34 Diperbarui: 8 Januari 2024   11:45 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah derasnya arus globalisasi, manusia tidak bisa berhenti berinovasi. Berbagai inovasi teknologi muncul dan terus bertambah mengikuti kebutuhan dan imajinasi manusia. 

Dampaknya ada yang baik, ada yang buruk. Dampak buruk yang paling nyata saat ini ialah perubahan iklim yang sudah mencapai titik didih.

Dalam artikel yang berjudul "The Green Man's Burden" (The Economist Holiday Double Issue, December 23rd 2023 -- January 5th 2024), menyebutkan bahwa hampir semua aktivitas manusia menghasilkan emisi gas rumah kaca dan tidak ada mahluk hidup yang dapat menghapus semua emisi yang sudah dihasilkan, bahkan termasuk yang sudah terkubur tanah. 

Meskipun demikian, diperlukan upaya agar laju perubahan iklim dapat diperlambat dan berproses menuju net-zero emissions pada 2050 dimana karbon yang sudah dikeluarkan dapat terserap dalam jumlah yang sama.

Terdapat pertanyaan menarik pada artikel tersebut yang boleh jadi pemantik, is it too much to ask individuals to do their part to mitigate these harms? (Apakah terlalu berlebihan untuk meminta setiap individu untuk ambil bagian dalam mencegah kerusakan tersebut?).

Menurut saya, tidak. Meskipun saat ini, sebagian besar masyarakat sebetulnya tidak punya banyak pilihan untuk menggunakan listrik berbahan bakar fosil atau energi bersih. 

Atau, sebagai warga ibukota, sangat sulit untuk tidak menggunakan pendingin ruangan setidaknya saat tidur di malam hari untuk mendapatkan kualitas istirahat yang baik. 

Juga kita tidak dapat menghentikan produksi plastik karena sudah paling efisien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari umat manusia.

Namun, bukan berarti kita hanya bisa pasrah. Kita dapat menerapkan mindful living atau hidup dengan kesadaran penuh, dimana tiap manusia dapat melatih dirinya untuk selalu mengambil langkah yang lebih baik dibandingkan mengikuti apa yang dilakukan oleh arus utama (mainstream) tapi belum tentu berkelanjutan.    

Beberapa aktivitas sederhana sebagai bentuk turunan dari hidup dengan kesadaran penuh yang dapat dilakukan oleh masyarakat, ialah: 

Pertama, wawas terhadap penggunaan listrik. Hal ini dapat dimulai dari memilih produk yang hemat listrik. 

Apabila memang keadaan tidak memungkinkan untuk memilih, maka dapat mematikan alat elektronik apabila sudah tidak digunakan. Adanya token listrik juga dapat membantu pengguna untuk memantau pemakaian listrik dari hari ke hari hingga akumulasi per bulan.

Kedua, wawas terhadap penggunaan pakaian, sepatu, dan tas agar lebih awet. Di tengah tren fast fashion atau produk gaya hidup dengan harga yang relatif murah dan terus berganti model mengakibatkan penumpukan limbah akibat naiknya konsumsi produk. 

Untuk dapat memperpanjang umur produk, kita dapat memilih untuk menangani pakaian tertentu secara khusus, tidak sembarangan dicuci menggunakan mesin cuci. 

Kita juga dapat memperbaiki dan memanfaatkan kembali pakaian dengan menjahit bagian yang bolong, dipakai sebagai baju santai, hingga diberi kepada orang yang masih bisa memanfaatkan baju tersebut.

Sumber: Dok. Pribadi
Sumber: Dok. Pribadi

Ketiga, menyimpan kantong kresek atau spunbond bekas belanja dengan rapih sehingga dapat digunakan kembali untuk belanja yang dapat digunakan berkali-kali hingga waktunya untuk didaur ulang. 

Penggunaan plastik secara optimal hingga didaur ulang secara tepat dapat mengurangi penumpukan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir.  

Keempat, makan secara berkesadaran. Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial sering kali memviralkan tempat makan dan minum yang menawarkan suasana, rasa, dan porsi yang "lebih". 

Ada baiknya untuk membungkus dan menyimpan makanan yang tersisa dan dikonsumsi pada waktu makan berikutnya atau bisa dibagikan kepada orang lain sehingga tidak terbuang. 

Setidaknya empat kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh siapapun dalam kehidupan sehari-hari. Tentu saja masih banyak hal-hal kecil lain yang bisa dilakukan dimulai dari diri sendiri. 

Terkadang hidup yang penuh berkesadaran dan berkecukupan memberi makna yang lebih dalam pada kehidupan umat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun